Versi Novel 1

1.9K 46 1
                                    

Dua insan tengah menunjukkan senyuman indah di balik balutan gaun dan jas berwarna putih yang menandakann bahwa keduanya telah resmi menjadi pasangan suami istri. Menikah. Itulah yang tiba-tiba terjadi pada seorang gadis yang belum siap untuk berumah tangga. Sambil memandang foto berbingkai besar yang terpajang megah di dinding ruang tamu, seorang gadis tampak mengingat kembali saat di mana ia bersama pria yang tidak ia cintai sama-sama mengucapkan janji suci di hadapan para saksi. Mengingatnya saja membuatnya tersenyum karena ia tidak menyangka akan menikah muda. Sebuah pernikahan pribadi yang mampu membuat hidupnya jungkir balik tak menentu.

Satu hal pasti yang benar-benar tidak ia sangka adalah harus hidup saling bergantung dengan manusia yang ia nilai memiliki topeng di balik wajahnya, memiliki dua kepribadian yang ia perankan dengan sempurna. Walaupun gadis itu tidak tahu bagaimana kehidupannya ke depan, atau apakah ia bisa mengukir senyuman di kemudian hari, itu bukanlah hal yang dapat ditebaknya dengan jelas.

Cincin yang tersemat di jari manis kirinya merupakan bukti bahwa kisah yang tak mampu ia terka kini tengah bersahabat dengannya. Ia menghela napas ketika mengingat bagaimana untuk kali pertama ia bertemu dengan pria yang sedang ia tatap melalui foto berbingkai itu. Pria yang terkesan misterius baginya.

***

Suara kicauan burung terdengar indah di kedua telinga seorang gadis berambut panjang yang tengah menelusuri koridor kampus ternama di kotanya. Kakinya melangkah masuk ke ruangan kelas yang sudah cukup ramai oleh mahasiswa lain. Kursi bagian belakang hingga tengah sudah penuh dan menyisakan kursi bagian depan. Mau tidak mau gadis itu pun menempatinya. Diliriknya arloji berwarna abu di pergelangan tangan kirinya, masih tersisa sekitar lima belas menit lagi untuk memulai pelajaran.

Gadis itu merasa sedikit pusing karena mendengar teman-temannya terus membicarakan seorang selebriti yang sangat terkenal. Seperti tidak ada habis-habisnya untuk dibahas.

"Ya, ampun. Suho kok ganteng banget sih?" Itulah salah satu cewek yang sangat menyukai selebriti itu.

"Suho memang cowok paket komplit! Dermawan iya, bening iya, kaya iya, berbakat iya, tampan apalagi. Gue pasti langsung daftar deh kalau Suho mencari pacar dari fans-nya."

Melihat gadis itu tersenyum, teman-temannya langsung menghampiri.

"Eh, Rina. Lo nggak demen sama artis ini? Yakin lo?" tanya Putri, teman Rina yang sempat histeris tadi. Mendengar itu, Rina hanya tertawa kecil. "Ya, enggaklah. Gue nggak begitu tertarik dengan topik tentang artis."

"Sumpah, gue nggak ngerti deh sama selera lo. Cewek di kelas ini cuma lo yang datar banget kalau udah denger tentang Suho."

Lagi-lagi Rina tertawa kecil. "Setiap orang punya standar kekagumannya masing-masing. Mungkin selebriti, olahragawan, atau ilmuwan bukan kekaguman utamanya, bisa jadi bersapa dengan alam yang menjadi selera seseorang untuk membuatnya berdecak kagum. Kita nggak bisa memaksa atau menyuruh orang lain untuk menyukai apa yang kita sukai. Setiap orang punya dunianya sendiri."

Pipi Rina dicubit gemas oleh temannya. "Ih, mulai deh ceramahnya. Nanti rumah lo gue ramein posternya Suho loh. Mau?"

"Nggak, makasih."

Percakapan mereka harus tertunda karena dosen sudah memasuki ruangan dan bersiap untuk mengajar. Hingga jam pulang kuliah, dengan langkah kaki riang Rina melangkah ke halte bus. Ia duduk di sana untuk menunggu bus umum yang lewat bersejalur dengan arah rumahnya. Rina bukanlah orang kaya namun ia adalah gadis yang lahir dari keluarga sederhana. Rina tidak sombong dan tidak boros. Terkadang ia mandiri dan terkadang ia juga bisa menjadi manja. Rina menoleh ke samping kanannya, melihat poster berukuran sedang yang menampilkan wajah Suho menjadi iklan sebuah produk perawatan kulit yang tertempel di dekatnya. Ia mengamati wajah itu cukup lama sambal berpikir mengapa begitu banyak orang yang menyukainya. Tanpa disadari Rina, ada seseorang yang sedang memerhatikan dirinya. Rina pun menoleh kembali ke depan dan merasa ada seseorang di sampingnya. Suara deringan ponsel terdengar, orang di sebelahnya mengangkat panggilan telepon itu.

"Udah ketemu? Kalau gitu kasih dia pelajaran biar dia kapok ganggu hidup gue. Kalau gue yang turun tangan nanti bisa-bisa masalah jadi runyam dan itu akan mengancam karir gue."

"Nggak perlu lo habisi. Gue cuma lagi berbaik hati untuk nggak mengirim dia ke neraka dengan tangan gue sendiri."

Rina mendengar jelas ucapan cowok di sebelahnya. Diliriknya sebentar dan Rina menjadi berwaspada. Bagaimana tidak? Cowok bersuara dingin dengan penampilan mencurigakan; masker hitam menutupi mulut dan hidungnya, serta bucket hat yang hampir menutupi matanya—tengah berbicara dengan topik mengerikan melalui telepon. Rina yakin betul cowok di sebelahnya ini tengah menyuruh orang lain untuk menghajar seseorang. Jangan-jangan cowok di sebelahnya adalah kelompok Mafia. Mendadak Rina berkeringat dingin.

Cowok itu bangkit berdiri ketika sebuah mobil hitam berhenti di depan keduanya. Sebuah kartu nama dan buku kecil jatuh tepat di depan Rina dan tanpa sadar gadis itu memungutnya namun sang pemilik kartu tampak ikut memungutnya juga. Rina tidak sengaja melihat kartu nama itu dan kartu tersebut ditarik cepat oleh sang pemilik beserta bukunya. Pandangan mereka bertemu membuat Rina terkejut dengan pemilik mata yang baru saja ia lihat beberapa menit yang lalu melalui sebuah poster di dekatnya. Tatapan mata cowok itu tampak menusuk. Buru-buru cowok itu menuju mobil dan menyisakan gadis itu terdiam bingung di sana.

"Kim Jun-myeon? Jelas-jelas itu tadi matanya Suho. Ah, itu dua nama dengan pemilik yang sama."

"Tapi, kenapa dia terlibat percakapan mengerikan seperti itu?"

***

Sesampainya di rumah, Rina menyapa ibunya namun tiba-tiba saja ibunya memeluknya riang. Tentu saja Rina menjadi bingung, tidak biasanya ibunya memeluknya sepulang kuliah. Biasanya juga langsung menuntunya ke meja makan untuk makan siang bersama tetapi, tidak untuk kali ini dan itu menjadi sebuah pertanyaan tersendiri bagi Rina.

"Ada apa, Ma? Kok kayaknya senang banget? Menang lotre?"

"Hush! Yang main lotre kan kamu bukan Mama."

"Bercanda, Ma. Ada apa sih?"

"Malam ini kita sekeluarga dinner bareng dengan keluarga Kim. Temennya Papa. Kamu harus dandan yang cantik, bila perlu ke salon sekalian kalau kamu nggak jago dandan."

Rina langsung memanyunkan bibirnya setelah ibunya meragukan skill make-up nya. "Ya, udah. Nanti aku siap-siap. Mau makan dulu, nih. Laper." Sambil menuju meja makan, perasaan Rina mulai tidak mengenakan. Biasanya jika ada pertemuan dua keluarga seperti ini akan terjadi perjodohan yang tak terduga. Rina hanya bisa berharap bahwa keluarga Kim memiliki anak perempuan, agar bisa dijadikan teman bercerita. Namun, jika ternyata laki-laki maka Rina harus membuat ide untuk kabur.





- Can't Find Another You - Natalia Tan

(Segera Terbit di Shinnamedia)



Ini contoh versi novelnya. Bahasanya jadi lebih enak dibaca kan? Hehe.. Dan ini aku rombak alurnya artinya aku mikir lagi untuk bikin alur baru dan yang pasti akan lebih greget dan ngebaperin. Di novel ini akan tetap menjadi novel fanfiction di mana untuk nama tokoh dan cowok dan visualnya enggak berubah. Di sini Suho terkenal agak dingin, misterius, dan sedikit badboy. Terlepas dari itu, sosok misterius Suho menyimpan banyak rahasia.

CFAY ini sendiri akan terbit di Shinna Media. Boleh ikutin akun instagram shinnamedia ya untuk info novel CFAY ini. Dan novel ini terbit indie, nggak ada di Gramedia dan hanya bisa dipesen lewat toko buku online. Ikut Po kuy hehe...

Aku akan upload versi novelnya hanya beberapa bab supaya kalian tahu apa perbedaannya dari wattpad dengan versi novel.

See you di bab selanjutnya 



Can't Find Another You [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang