4. Daniel (Without Kang)

33 6 1
                                    

"Boleh ikut gabung?" suaranya terdengar berat

Gua merasa familiar dengan suara ini, karena penasaran gua langsung menoleh dan menjawab "Silahkan".

Gua sangat shock, Ternyata dia adalah Daniel. Dia datang seorang diri.

Gua benar-benar merasa terkejut, jantung gua tiba-tiba berdegup semakin cepat.

Selama 3 tahun belakangan baru kali ini gua bisa melihat wajah Daniel secara dekat. Selama ini, gua cuma bisa merhatiin dia secara diam-diam.

Sedari tadi gua hanya bisa merasa kagum ketika melihat Daniel. Bayangin aja sama lu. Orang yang lu suka selama 3 tahun terakhir tiba-tiba duduk di depan lo.

Gua gak bisa mendeskripsikan sebahagia apa gua hari ini.

Walaupun nervous, gua harus tetap rileks. Gua harus bersikap seolah-olah gak ada apa-apa. Gua harus tetap tenang dan bersikap cuek.

Dalam beberapa menit hanya terjadi keheningan diantara kami. Gua perhatiin, Daniel cuma diam dan fokus dengan bukunya.

"gila kalo diliat dari deket gini, dia jadi cakep banget" -gumam gua dalam hati

Belajar gua jadi gak fokus gara-gara dia -tapi emang pada dasarnya gua gak ngerti sih. Gua terus berusaha untuk tetap lanjutin belajar. Tapi nihil, mata gua gak bisa berhenti buat curi pandang ke arah Daniel.

"Lo kenapa?" Daniel sepertinya sadar kalau gua merhatiin dia.

"Ah enggak ko, gua cuma lagi mikirin soal aja"
Gua gelagapan kaya maling ke Cyduk warga. Mulut gua spontan jawab kaya gitu.

"Oh" Daniel hanya menjawab dengan singkat. Ia kembali bertanya.

"emang lu belajar soal apa?"

"Matematika"

"Soal Matematika kok dipikirin, dikerjain dong" jawab Daniel dengan nada yang terdengar seperti meledek.

Apaan sih kok jadi ngeselin gini ni orang.

"Abis soalnya bikin pala gua pusing" jawab gua dengan nada yang sedikit kesal. -bukan kesal karena ledekan Daniel. Tapi soal!

"Coba gua liat, siapa tahu gua bisa"
Daniel menarik buku yang ada di tangan gua.

Dia ngebantuin gua menyelesaikan beberapa soal. Dia pinter banget, sumpah gua jadi makin kagum sama dia.

"Wah ko lu bisa sih?"

"Sebenernya kalo lu paham, ini gampang kok. Mau gua ajarin?" Daniel tiba-tiba nawarin gua buat diajarin matematika.

Emang gak sia-sia semalem gua gak belajar cuma buat mikirin dia. Hari ini, dia sendiri yang nemenin gua belajar.

"Boleh?" Tanya gua basa-basi.

"Bolehlah, kan gua yang nawarin"

Gua gak nyangka Daniel bisa sebaik ini sama gua. Dia ternyata orangnya benar-benar asyik.

Padahal selama ini Daniel terkenal sangat cuek sama cewek. Tapi memang sepertinya rumor tak pernah sepenuhnya benar. Dia baik dan care banget ternyata.

Hari itu, berkat ajaran dari Daniel, nilai matematika gua lumayan bagus. Walaupun memang gak sebagus temen-temen gua, tapi setidaknya ini jauh lebih baik dari nilai gua yang kemarin-kemarin.

Tuhan memang benar-benar memberikan berkatnya sama gua hari ini. Gua bener-bener bahagia, apalagi bisa duduk sebelahan sama Daniel bahkan bisa belajar bareng.

Hari ini tuhan memang baik. Gua cuma bisa berharap kalau ini bukan mimpi.

"Thanks god, hari ini adalah hari bersejarah"

SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang