Baik-baik saja?
Huh?!
Apanya yang baik-baik saja?!
Apa kalian tau disini ada apa? Apa yang saya rasa disini sebenarnya?
Hati saya terluka…
Topeng itu hebat! Dia mengelabui kalian! Dia membodohi kalian! Semua kesakitan ini saya tanggung sendiri padahal saya tidak kuat!
Hanya Tuhan…
Hanya Tuhan yang mendengar cerita saya. Dia selalu ada untuk saya. Setia disamping saya padahal saya tidak pernah disampingnya.
* * *
"Aleta."
Mendelik. Ku pelototi wanita berlesung pipi itu garang. Tidak suka dia memanggil namaku dengan mulut kotornya. Dulu juga dia tidak pernah memanggilku dengan sebutan itu. Berada disampingku saja tidak sudi.
Lalu sedang apa dia disini? Meratapi nasibku yang tidak bisa bergerak selama dua hari karena dirantai oleh Papahku sendiri?
Air mata wanita itu jatuh. Rasanya kamarku akan banjir lagi oleh tangisnya. Entah sudah berapa kali dia datang kesini dan dipaksa pulang karena tangisnya.
Dia itu kenapa, sih? Yang gila 'kan aku.
Isakkannya tak reda, malah semakin jadi. Aku menatapnya bingung. Ku perhatikan dia dari atas sampai bawah. Cantik dan modis seperti dulu. Tak ada yang berubah. Namun dia sekarang terlihat dewasa. Rambutnya dulu sebahu dan berwarna putih, sebelas dua belas dengan uban. Sekarang rambutnya menjuntai sampai bawah bahu. Warnanya sekarang hitam. Wanita itu mirip Irene Red Velvet campur Jisoo Blackpink.
Ngomong-ngomong, Irene dan Jisoo itu siapa, ya?
"Aleta…"
Sekali lagi aku memelototinya. Namaku di panggil lagi dengan mulut itu?
"Sobek! Sobek mulutnya!" teriakku membuat dia malah semakin terisak. Lah, apa ada yang salah? Aku hanya ingin merobek mulutnya. Setelah terobek, dia baru boleh bicara lagi. Aku merobek mulutnya agar mulutnya yang kotor itu bersih. Apa yang salah?
"Takut, ya?" Aku tertawa ciciringilan. Perih yang aku rasa di kedua tanganku akibat berkali-kali bergesekan dengan tali tambang, tak ku hiraukan.
Wajah wanita itu memucat. Lucu sekali. Aku tak sabar untuk benar-benar merobek mulutnya.
Dia mundur selangkah. Menatapku takut. Hey, memang dia pikir aku setan?
Jangan takut...
Aku bukan setan...
Aku cuma sakit jiwa.
Ku lihat bahunya bergetar hebat. Aku membulatkan mata takjub. Mulutku membentuk huruf O dengan sempurna. Wanita ini lucu sekali.
Matanya yang sembab, tubuhnya yang bergetar, rambutnya acak-acakkan.
Padahal waktu dia datang beberapa menit lalu masih rapih. Kenapa sekarang berantakan?
Oh, ya, aku ingat. Sebelum aku di rantai dan diikat tali lagi, aku sempat menarik dan menjengut rambutnya. Lihat saja di lantai. Beberapa helai rambutnya berserakan. Ih, kamarku jadi kotor.
Bersihin lagi, woy!
"Sini! Gue bakal robek mulut lo!" Aku berteriak lalu tertawa. Sebenarnya aku ingin memanggil namanya, tapi aku lupa. Yang aku tau, dia itu teman SMA ku.
Teman atau musuh, ya?
Wanita itu menggeleng ketakutan. Sial! Kenapa takut coba?
Aku mengeram keras saat mencoba melepas tali yang terikat kuat di lenganku. Sulit sekali membukanya. Papah ku memang hebat. Mungkin dia sengaja agar aku menggesekan tanganku pada tali ini ketika hendak kabur, agar tangan ku terluka dan putus. Semuanya … jahat.
Ku tatap wanita yang sudah acak-acakkan itu melotot. Amarahku mencuat. Andai disini ada pisau. Sudah ku pastikan bahwa aku akan menusuk habis wajah cantiknya itu.
"Gue bakal tusuk mata lo!!!"
Dia menggeleng. Rupanya dia benar-benar takut. Padahal kalo dipikir-pikir, aku tak akan mampu melakukan itu. Kedua tangan dan kakiku diikat. Emang aku bisa apa? Cewek itu bego sekali. Padahal waktu SMA dia cukup pintar. Juara satu mulu. Jujur, dulu aku sempat iri padanya.
"Sini, Anjing!!!" teriakku. Tak terasa air mata ku jatuh. Tak tahu kenapa, rasanya dadaku sesak. Wajah gadis itu membawa ku tenggelam dalam kelamnya masa lalu.
Aku ingat. Dulu, dia pernah mengurung aku semalaman di wc.
Mata ku memerah. Aku ingin sekali membunuhnya.
"ANJIIIING!!!" Aku lupa namanya, jadi ku panggil anjing saja. Lagi pula sipatnya tak jauh beda dengan hewan najis itu. Sama-sama lucu.
Aku terheran saat dia kesulitan membuka pintu. Wanita itu panik. Pintunya di kekunci, ya? Aku tertawa kegirangan. Kasian.
"Gak bisa! Lo gak bisa kemana-mana! HAHAHA!"
Dia ketakutan. Sangat ketakutan. Keringatnya banyak. Ah, jadi ingat dulu. Waktu olah raga, dia pernah ngeluh karena lari jauh tapi keringatnya dikit. Tiba-tiba dia menghampiri ku, kemudian meneliti tubuhku. Aku bugar, keringat ku banyak.
Tapi… dia nya nggak suka. Aku malah di masukin ke tong air di atap sekolah dan tinggal sendirian. Lucu 'kan?
"Maaf, Aleta."
"Bosen!!! Gue bosen dengernya!"
Aku tertawa tapi air mataku tak hentinya jatuh. Kenapa rasanya perih? Aku merasa hati kecil ku bagai disayat silet. Wanita itu menangis kian jadi. Dia terus berusaha membuka pintu namun tak kunjung terbuka. Sekali lagi, kasian.
Pintu akhirnya terbuka. Aku melongo melihat siapa yang membuka pintu. Dia ibuku… memeluk wanita itu erat. Disini aku, anak kandungnya hanya bisa menatapnya sakit. Rongga dadaku sesak. Aku seperti barang yang di buang. Aku tak terlihat. Tak di butuhkan. Dari dulu aku memang di hempas. Waras saja aku tak diinginkan, apalagi gila seperti ini?
Aku mendengar suara tangis ibuku bersahutan dengan tangis wanita itu. Aku merasakan air mata ku jatuh lagi.
Aku juga ingin di peluk...
Ibuku mengusap punggung wanita itu dan menyebut namanya. Barulah aku tau nama wanita itu.
"Sinta."
* * * *

KAMU SEDANG MEMBACA
Namaku Aleta (END)
RandomREVISI!!! 17+ Hari ini. Dua tahun sudah aku dinyatakan mengidap gangguan jiwa. * * * Hidup yang kujalani penuh dengan duri. Aku menginjak pisau setiap hari. Tak pernah ku rasa kebahagiaan. Selalu disakiti dan dihianati. Di benci semua orang bahkan...