Part 5

21 6 2
                                    

Happy Reading💜

"Kenapa baru pulang?"

Satu kalimat itu membuat Lingga terdiam tanpa melihat sesosok lelaki paruh baya yang sedang menonton televisi diruang tengah dengan koran yang sudah ia simpan dimeja.

Tanpa menjawab pertanyaan dari lelaki itu, Lingga hanya berjalan lurus dengan kaki yang melangkah begitu cepat, tak ingin berdebat.

"Lingga!"

Lagi, Lingga hanya meneruskan langkahnya karena memang objek nya hanya pada satu ruangan yaitu 'kamar'.

Wijaya - selaku ayah dari Lingga hanya bisa menghela nafas panjang dengan kelakuan Lingga. Sepertinya kesalahannya diwaktu lampau itu tidak bisa membuat Lingga memaafkannya.

Tak lama kemudian, Vanessa muncul dari arah dapur hanya untuk memberitahu ayahnya jika makan malam sudah siap atau mungkin ia sedikit penasaran karena teriakkan ayahnya sampai hingga dapur dan disambut kupingnya dengan baik.

"Pa, makan malem udah siap." sahut Vanessa diiringi langkah menuju ruang tengah.

"Nanti Papa nyusul, kamu duluan saja." jawab sang empu sembari meninggalkan ruang tengah untuk pergi ke ruang kerjanya hanya untuk memastikan berkas apa saja yang harus ia selesaikan setelah ini.

Vanessa hanya bisa menatap nanar kepergian sang ayah, dan tak lama kemudian ia kembali melangkahkan kaki nya kedapur untuk sekedar memastikan bahwa makanan sudah tersaji di meja makan.

🐇🐑🐇

Tok.. Tok.. Tok..

"Kak Linggaaa~." teriak Vanessa lembut dari luar.

"Masuk Ca, ga dikunci pintunya." begitu sang kakak menjawab panggilannya, Vanessa pun segera masuk.

"Makan malem dulu, Kak." ucap Vannesa mengingatkan Lingga.

"Nanti, Kakak lagi ga mood." balas Lingga yang terlihat malas.

"Ck, yaudah kalo gitu Eca ke bawah dulu, Kak." setelah mengucapkan itu, Vanessa melangkahkan kakinya keluar dari kamar Lingga.

Setelah merasa Vanessa sudah benar benar pergi, Lingga melangkahkan kakinya menuju kamar mandi untuk melakukan ritualnya.

🐇🐑🐇

Keadaan meja makan yang sangat suram ditambah tatapan permusuhan yang Lingga berikan kepada Papanya membuat Papanya mengalihkan pandangannya menatap anak gadisnya yang kebingungan.

"Eca, ayo makan. Malah bengong." ujar Wijaya berusaha mencairkan suasana.

Kemudian Wijaya mengalihkan pandangannya pada Lingga yang masih menatapnya dengan tatapan sinis itu.

"Tadi kamu belum jawab pertanyaan Papa. Darimana kamu?" tanya Wijaya to the point.

Lingga tidak menjawab pertanyaan Ayahnya, melainkan ia segera beranjak dari duduknya. Wijaya yang mulai kesal pun ikut berdiri dan angkat bicara.

"Lingga! Tunggu!" teriak Wijaya yang membuat langkah Lingga terhenti.

"Apalagi?!" ucap Lingga menaikkan nada bicaranya.

"Kamu benar benar ga punya sopan santun sama sekali ya?!" tanya Wijaya emosi.

"Emang anda pernah mengajarkan sopan santun pada saya? ngga kan?" Lingga bertanya balik dengan nada mengejek.

Kesabaran Wijaya sudah habis, ia hampir saja akan menampar anak sulungnya tersebut. Jika saja Wijaya tidak mengingat kesalahannya di masa lalu.

"Kenapa? mau nampar saya? tampar aja." ucap Lingga tersenyum sinis sembari menunjuk nunjuk kearah pipinya.

Lingga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang