"Ari! Jangan kebanyakan gaya kamu deh! Namamu sudah dipanggil tuh, sana maju!" teriak Nana kesal.
"Santai dong, Nanaku. Jangan sok perhatian gitu deh," rayu Ari sambil melangkah maju.
Prokk! Prokk!
Suara tepuk tangan menyambut para Mahasiswa/i yang telah diwisuda. Terlihat wajah-wajah mereka yang tak menyangka bahwa hari ini telah tiba.
Bersedih campur bahagia, itulah yang dirasakan Ari saat itu. Di satu sisi Ari bahagia akan wisudanya, di sisi lain dia bersedih karena seluruh teman-temannya didampingi keluarga mereka masing-masing, sedangkan dirinya bahkan tidak ada satupun keluarga yang hadir.
"He, kok sedih, Ri?" ucap Nana sambil memegang pundak Ari.
"Gapapa kok Na, biasalah," sahut Ari sambil melempar senyuman ke Nana.
"Ngomong-ngomong, kita gak ada acara nih? Untuk merayakan semua ini gitu loh. Kaya Refreshing gitu deh Ri,"
"Seriusan? Kumpulin dulu orangnya deh, kalau soal gini mah aku gak yakin kalau kalian semua bisa ikut nanti,"
"Oh, nantangin ceritanya ya! Oke! Kalau mereka sih kecil Ri! Nanti aku kabarin secepatnya," jawab Nana sambil berjalan menjauh meninggalkan Ari.
**
Di malam itu, di Kamarnya, Ari merenungi tentang apa yang harus dia lakukan untuk kedepannya, sambil menyeduh sebuah Kopi Hitam kesukaannya.
"Waktuku wis tekoh, opo sing iso ku lakoni sak iki yo," ucap Ari sambil melihat kopi nya sendiri.
(Waktuku sudah tiba, apa yang bisa aku lakukan sekarang, ya)Tok, tok!
Suara ketukan pintu.
"Ri, wis turu sampeyan Ri?" tanya seseorang di balik pintu.
(Sudah tidur kamu Ri?)"Sek, Bik!"
(Sebentar, Bik!)"Piye acara ne mau, Ri?"
(Gimana acaranya tadi, Ri?)"Aman, Bik. Aku karo konco-koncoku seneng. Wisuda barengan,"
(Aman, Bik. Aku sama teman-temanku senang. Wisuda bersama)"Yowis, tak tinggal yo,"
Dmmm Dmmmm
Handphone Ari berdering, pesan masuk dari Nana.
[Orang-orang udah kukumpulin nih, mereka mau semua kok. Besok kita kumpul di Cafe depan kampus yah!]
"Astaga, Nanaku, dia beneran ternyata,"
**
Ngueengg! Ngueeng!
Suara motor RX RAJA Ari begitu merdu. Ari tiba di Lokasi tempat mereka berkumpul. Di situ, mereka mulai membahas apa saja yang akan mereka lakukan saat Refreshing.
Dian, Rian, Fitri, Andre, dan Wanto. Mereka teman-teman Ari yang ikut serta dalam kegiatan mereka ini.
Brakkk!
"Sudah tahu, mau ke mana?" ucap Fitri sambil memukul meja.
"Apaan sih, ngagetin aja. Tanya yang ngajakin donk," jawab Rian.
"Ndre, coba cek Google, daerah perbukitan yang agak jauh dari sini di mana?" tanya Nana sambil memegang handphonenya sembari ikut mencari.
Wanto berbisik ke Ari
"Ri, tenan iki? Kok aku Wedi iki,"
(Ri, beneran ini? Kok aku takut ini)"Opo sing diwedikno, Wan? Weslah percoyo wae. Jarang-jarang iso koyo ngene, 'kan? Diluk maneh kita wis jarang jumpa,"
(Apa yang mau ditakutin, Wan? Sudahlah percaya saja. Jarang-jarang bisa kumpul kaya gini, 'kan? Sebentar lagi kita sudah jarang jumpa)"Nah!"
"Apa? Di mana Ndre?" tanya Nana.
"Ini loh, Desa Gandupa, pas banget di lereng bukit. Banyak spot foto juga, lihat nih," sambil menunjukan gambar di Handphonennya.
"Wuaasuu, wuapik tenan iki. Wan, piye rasamu? Cocok?" tanya Ari ke Wanto.
(Sialan, bagus banget ini. Wan, gimana menurutmu? Cocok?)"Wis, Jalani, Ri,"
"Seminggu lagi, kita berangkat, yah," ujar Nana dengan wajah melas ke Ari.
"Ah, Nanaku, jangan liatin aku kaya gitu donk, yaudah terserah deh kapan,"
Di dalam suasana yang begitu gembira, Dian, memiliki sebuah firasat aneh.
"Ya Allah, semoga gak terjadi apa-apa,"
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
P.U.N.T.E.N
HorrorDi manapun, adab serta kesopanan sangat dijunjung tinggi. Menceritakan tentang perjalanan kelompok mahasiswa dalam rangka merayakan kelulusan mereka. Mereka memutuskan untuk pergi Refreshing ke alam terbuka, tepatnya di Desa Gandupa, sebuah desa nan...