1

104 13 0
                                    


"Ada apa dengan mu?" Suara berat membangunkan pria mungil yang sedang menggenggam segelas vodka di meja bar. Kepalanya tersungkur diatas meja. Tak awam untuk lelaki ini dalam seminggu terakhir.

"Haha" jawab yang bersangkutan, vodka telah mengambil alih isi otak dan tubuhnya. Ia hampir tak sadar.

"Apa kau perlu memesan ruang lagi?" Tanya bartender pada lelaki yang baru saja muncul di hadapannya.

"Jihoon sangat gila akhir akhir ini" lanjut bartender. Wonwoo memasukkan kedua tangannya pada saku celana, melihat sahabatnya yang kini tak berdaya.



Wonwoo berfikir keras, seminggu telah berlalu, keadannya tak kunjung pulih, beginikah ia jika patah dari kisah cinta?, baru sekali ini dan jangan sampai terulang.



Jihoon, seorang penulis lagu tersohor di penjuru Korea, yang disetiap interviewnya ia mengatakan tak pernah memiliki wanita, namun nyatanya memang benar adanya. Lelaki ini sangat sosiopat. Asing dengan manusia baru disekitarnya, jangankan wanita, lelaki saja sulit menjadikannya teman.




"Jihoon ah, kau mau istirahat di sini?" Tanyanya



"Jung" jawab Jihoon, Wonwoo menggeleng lebih keras mendengar jawaban dari sahabatnya.

Ia segera mengeluarkan ponsel pintarnya, mengetikan nama yang akan dituju.





"Wae?" Jawab seseorang di seberang panggilan Wonwoo.

"Kau bersama Jung Hana?" Tanya Wonwoo

"Ani, Jihoon lagi?" Tanyanya seakan mengerti betul keadaan yang Wonwoo hadapi.

"Bantulah Aku" Wonwoo yang sudah lelah dengan tingkah Jihoon ingin menyerah dibuatnya.

"Sudahlah, seperti biasa saja, pesankan kamar, aku sedang ada latihan dengan Saem"

"Ya, Hoshi ya, ya!!" Suara Wonwoo mengeras, melarang seseorang itu menutup ponselnya, namun seperti biasa tak di hiraukan oleh lawan bicaranya.


Tak bisa seperti ini, Jihoon harus menyelesaikan semuanya. Hana harus ikut serta dalam menghadapi Jihoon, ia yang masuk ke dunia Jihoon.
Otak Wonwo bekerja, ia mengeluarkan ponsel pintarnya kembali, menelpon wanita yang menurutnya tepat dalam membantunya.




Wonwoo mengangguk mantap, ketika yang bersangkutan setuju dengan tawarannya, membiarkan Jihoon berhadapan dengannya.

Wonwoo membawa Jihoon yang sudah hilang kesadaran ke kediaman Jung Hana.







"Hana ya" panggil Wonwoo, Wonwoo benar benar berusaha keras mengirim Jihoon ke rumah atap milik Hana.

"Salah besar jika kau bilang dia seperti ini karena ku, ini karena dia sendiri dan sifat sosiopatnya!" Bentak Hana pada Wonwoo yang berdiri mematung didepan rumah Hana.

Jihoon masih bertengger padanya, namun Hana segera membantu Wonwoo untuk masuk ke kediamannya.

"Kau, kembalilah, Jihoon membutuhkan mu"

"Cih, bukan seperti itu Jeon Wonwoo, aku tau kau penyanyi dan membutuhkan lagu ciptaanya, kau jangan khawatir, Jihoon akan segera pulih" Jawab Hana yang membiarkan Jihoon tidur di kasur satu miliknya.
"Pulanglah" lanjut Hana, mendorong punggung Wonwoo pelan untuk segera pergi dari hadapannya.




-----

Hari pertama, setelah kelulusanku pada Universitas Art ternama. Aku mengambil jurusan musik sebelumnya.

Setelah ku kirimkan data diri dan juga tetekbengeknya pada salah satu agensi yang tidak terlalu memiliki nama, ya PL3TIS kini aku mendapatkan panggilan kedua.

"Hai, Kau juga lolos tes kedua?" Tanya ku pada seorang lelaki yang sama dengan ku, terlalu pagi untuk datang di agensi kecil ini.

Ia hanya melirik ku seadanya, dan berkutat kembali dengan gitar akustiknya.

Senyum. Hanya itu yang bisa ku keluarkan, apa aku peduli? Tidak sama sekali, tadi hanya reflek pagiku sehingga harus menyapa seseorang tak berguna sepertinya.

Ku keluarkan pianika biru yang selalu jadi andalan, seperti jimat keberuntungan, entah bagaimana pianika ini yang mengantarku hingga tes ke 3 saat ini.

Aku tidak ingin menjadi artis atau public figur, hanya saja aku harus berkutat dengan music, bagaimanapun caranya aku harus mewujudkannya. Musik adalah dunia ku, dan jangan sampai aku meninggalkannya.


"No 16 dan 17 silahkan" panggil wanita dengan rambut kucir kuda dan kaos putih oversize, papan jalan warna hitam sebagai pelengkapnya, ia staff dalam pembukaan recruitment ini.

"Ne!!" Jawab ku dan lelaki disampingku bersamaan.

Tegang, sangat, jantungku berdegup tak karuan, kakiku bergetar, tangan ku dingin. Apa aku terlalu terlihat gugup? Ahh entahlah.

Atasan yang kini kami hadapi menyuruh kami untuk menggabungkan musik pianika dan juga gitar akustiknya.

Lelaki mungil ini melirik ku sekilas, ia membisikan sesuatu, intinya apa aku bisa bermain bruno mars just the way you are?.

Aku mengangguk mantap, sangat bisa, aku penggilanya.

Ia tersenyum, memulai dengan gitarnya, aku mengikutinya.
Hanya instrumen yang kami mainkan sampai pada akhirnya kami mencapai reff, sang gitaris mengeluarkan suara emasnya, membuat ku tercengang atas keindahannya.

"Baiklah, kalian lulus, Jihoon kau bisa diteruskan menjadi idol, dan kau harus mengikuti training, Hana kau bisa lanjut sebagai asisten komposer, kau juga harus memgikuti training. Selamat kalian menjadi trainee di PL3TIS entertainment"

Seperti boom, otak ku tak dapat berfikir lagi, kebahagiaan menjulur di seluruh tubuh ku, air matapun mulai menumpuk di pelupuk mata, ingin membuncah membasahi pipi.

"Selamat, aku... aku Lee Jihoon" ucap lelaki kecil tadi, menjulurkan tangannya.

"Ne, kau juga selamat, Jung Hana, panggil saja Hana" jawab ku, air mataku mulai mengalir. Jihoon yang melihat hanya tertawa, menyipitkan mata dan memperlihatkan gigi rapihnya.

Aku tak malu sama sekali karena ini tangis bahagia.

To Be Continued~

O N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang