2

58 9 1
                                    

Berharap ada yang vote duluu~

Kedua mata mungil nan tipis kini terpejam, lelap dan dalam, bak kasur dan rumah sendiri. Sang pemilik hanya terdiam memeluk lututnya, memandangi lelaki yang pernah masuk di kehidupan asmaranya, meskipun itu sudah lama dan tak mau kembali pada masa itu. Sakit. Pikir sang wanita.

"Jung" berkali kali lelaki ini memanggil marga yang merasa milik si wanita. Jung Hana.

"Wae.. wae.. wae ddo?" Jung Hana kesal, merasa dihantui karena selalu dipanggil dalam lelap Jihoon. Sekitar 20x yang telah dihitung Hana. Hana mengacak rambutnya putus asa, bagaimana menyadarkan lelaki ini, agar dapat berbicara dan meminta penjelasan kenapa namanya selalu disebut.




Dering ponselnya menyelamatkan dari keadaan yang membuatnya putus asa, sengaja ia tak segera mengangkat telpon tersebut, memancing Jihoon agar pulih dari lelapnya.

"Aissh jinja, Yeoboseyo" Jawab Hana akhirnya, gambar macan jelas di layar ponsel miliknya, menandakan mantan rekan kerjanya Hoshi menghubunginya.

"Wae? Kenapa kau kesal?" Tanya di seberang.

"Wonwoo membawa Jihoon ke rumah" ucap ku tanpa menutupi. Hoshi sahabatnya, namun Hoshi tau betul bagaimana keras kepalanya Jihoon saat itu sehingga membuat ku kesal tak karuan sampai dengan saat ini.


"Aish Jinjja, sudah kusuruh pesan kamar saja"


"Tidak apa, sekali ini, lihat saja apa yang akan dikatakannya besok ketika melihat ku"
Jihoon sang pengecut telah seminggu ini tak berani menghadapi ku, hingga aku memutuskan keluar dari Agensi yang tak lagi kecil itu.


"Jangan terlalu kasar padanya, kau tau ia begitu sensitif"


"Aku lebih paham darimu" jawab ku singkat.


"Dia masih memanggil namamu?"


"Kau tahu?, wah micheoso!, aku menghitungnya sampai 20x"
jawab ku, kini ku ambil minuman dingin di lemari es, berusaha mendinginkan otak yang terasa panas.



"Jeonghan hyung tau?" Tanyanya. Membuat ku terdiam.

Jeonghan tidak tau. Ia tak akan terima jika aku memberi izin lelaki ini masuk rumah ku.


"Jangan memberitahunya, aku mohon, biar kuselesaikan dulu dengan Jihoon"

"Baiklah, jangan terlalu keras kepala menghadapinya ku mohon"

"Tenanglah, aku tau, kkeunno!"

--------

2 tahun ku lewati dengan tumpukan kertas dan juga alat alat musik yang memenuhi ruangan kecil ini. Aku diberikan hak istimewa di agensi ini, ruangan rekaman kecil milik ku dan juga Jihoon.

Jihoon memulai debutnya hari ini, mawar pink sengaja telah kusiapkan untuknya, ia bersama grupnya akan melangsungkan showcase debut. Jihoon akan menjadi Idol, dan aku hanya bayangannya, sang asisten timjangnim yang mengepalai project grup 13 member termasuk Jihoon.



Timjangnim tau betul, aku sangat tepat dipasangkan dengan Jihoon, otak kami sinkron, berjalan seirama, musik adalah dunia kami.






Dering ponsel merusak konsentrasiku dalam menembus lebatnya hujan. Tangan kanan ku melindungi bunga mawar, dan tangan kiriku membawa cake tous les yours kesukaan 13 orang yang akan melangsungkan perjuangannya menjadi idol ternama.






-hosh hosh hah-
Dengus ku kelelahan ketika telah memasuki gedung tempat Showcase mereka berlangsung.

"Ya!, Jihoon mencari mu!!, cepatlah kesini" ucap seseorang berbadan besar dengan pakaian kaos hitam bertuliskan SVT STAFF.





"Awas saja sampai lelaki kecil itu mengomeliku" celoteh ku kesal, masih dengan berusaha mengusap keringat yang bercampur air hujan memenuhi wajah dan juga badan ku.





"Anyeonghasseyo~~~" sapa ku pada semuanya ketika pintu ruang tunggu terbuka. Semua terdiam canggung dengan muka kesal ketika melihat ku masuk. Ada apa ini atmosfirnya sangat tidak nyaman.



"Sebenarnya kau niat untuk mendukung kami atau tidak!" Teriak salah satu lelaki yang kini berbaring di sofa.





Aku terkejut, ingin ku memakinya, namun benar benar kutahan, mengingat ini hari spesial mereka.
"Hoshi ya, kenapa kalian masih disini?, kurang 10 menit lagi cepat bersiap di backstage!"
Teriak ku layaknya manajer mereka padahal bukan. Aku siapa? Aku penulis dan komposer lagu mereka!, gila memang.




Hoshi mendesah kesal, melirik ku dengan mata tajamnya, menabrak sisi pundak ku dan meninggalkan ku. Semua mengikutinya, kecuali lelaki kurus yang keluar paling belakang sebelum Jihoon, lelaki yang dituakan, yang selalu menghargai tiap jerih payah ku.


"Gomawo sudah mendukung kami" ucapnya lirih sembari menepuk pundak ku. Aku tersenyum, membalasnya. Lelah, rasa buncahan bahagia yang sedari tadi mendorong ku menembus hujan lebat kini sirna, hilang entah kemana, kesal ingin ku buang bunga dan roti ini di depan lelaki kecil gila tak punya hati, yang kini duduk memandangku dengan mata tajamnya.




"Kenapa kau masih disini?, cepat bersiaplah, teman mu menunggu" ucap ku, meletakkan bunga dan roti di meja, surat ucapan masih bertengger diatas box roti, menyesal rasanya memberikan mereka ucapan manis.





"Kau ini tak punya otak atau bagaimana?, Tuli?, berapa kali ku menelpon mu?, datang tepat waktu!, tak perlu memberikan bunga dan roti apa ini!!, DATANGLAH TEPAT WAKTU!!!"
Teriaknya, membuat kepala ku pecah, hanya karena aku terlambat, ia menggila seperti ini. Menyesal aku datang, sangat menyesal.





"Iya ini salah ku, aku minta maaf, kita bicarakan lagi nanti, teman mu menunggu" jawab ku berusaha menahan amarah.
Jangan berfikir aku tak berani melawan lelaki kecil ini, hanya saja hari ini bukan hari yang tepat untuk beradu mulut dengannya. Ini hari spesial member dan aku tak mau merusak lebih dalam.

"Aku mohon, Lee Jihoon, cepatlah menuju ke backstage, aku saangat meminta maaf mu, bicarakan ini nanti, aku mohon!"
Jawab ku menapik tangannya yang sedari tadi menggenggam pergelangan tangan ku kasar.


Ia hanya melirik ku dan meninggalkan ku sendiri.


Tidak apa, aku sudah terbiasa dengan amarah Jihoon yang seperti ini, namun hari ini berlebihan jika membuat anggotanya kesal hanya karena ku datang tak tepat waktu, ia harus bisa memprioritaskan sesuatu, dan kali ini ia memalukan ku.




Ku lihat mereka menampilkan 6 lagu dan 2 lagu penutup, seperti latihan. Aku melihatnya penuh bangga. Hebat, mereka sangat hebat. Namun aku tak mau menemuinya dan merusak kebahagiaan mereka kali ini.


Sebelum acara selelsai, aku pergi terlebih dahulu, meninggalkan 12 potongan kertas, memberikan ucapan maaf pada semuanya. Kecuali Jihoon. Ku bawa mawar pink yang tadi dimakinya, lebih baik untuk ku, surat diatas roti kutinggalkan karena itu untuk semua.



"Masih hujan" ucap ku, hujan adalah kesukaan ku, namun saat ini hati ku sedang tak bahagia, tak dapat menikmati hujan seperti biasanya.


Ku telusuri jalanan, dengan hujan menggiring ku, aku tak apa. Hujan menghapus kesedihan ku hari ini. Jadi tak apa basah karenanya.

Dingin?, tidak, hatiku malah hangat karenanya, tadi sempat memanas, sekilas, namun membekas. Hujan juga menghilangkan bekas panas itu. Besok hatiku juga akan baik baik saja.



Lelah?, tidak, bekas keringat yang tadi masih membekas kini sudah bercampur dengan air hujan, hilang. Tak membekas, besok tak akan ada lagi lelah dan keringat.



To be Continued~

O N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang