dua puluh

3K 327 64
                                    

.
Dahyun masih terdiam mematung tidak percaya dengan apa yang Sana ucapkan padanya. Kedua tangannya secara otomatis menjauh dari tubuh Sana sembari bibir yang terangkat darinya menciptakan senyum tipis.

"K-kau yakin?" Tanya Dahyun ragu.

Sana mengangguk pelan.
"Maaf, dan terima kasih telah menjadi kekasihku selama kurang lebih satu bulan ini. Ku harap suatu saat nanti kau mendapat kekasih yang jauh lebih baik dariku. Dan pastinya kau juga mencintainya." Jelas Sana dengan satu tangannya mengacak rambut Dahyun pelan lalu pergi meninggalkannya.

"Bagaimana jika sekarang kau yang ku cintai, Sana? Kenapa ini harus terjadi padaku..." batin Dahyun menatap kepergian Sana.

Dia tidak bisa memaksa Sana seperti gadis itu dulu memaksanya. Ini perjanjiannya, dan Dahyun hanya ikut dalam permainan Sana semata. Tidak bisa mengatur dan tidak bisa menolak ataupun membantah. Dia sudah benar-benar seperti boneka. Tapi apa yang ia bisa perbuat sekarang? Tidak ada. Menikmati penyesalan mungkin itu yang tepat.

.
.
.

"Aku pulang." Ucap Dahyun lemah memasuki rumah yang tidak berpenghuni. Irene masih bekerja dan pulang malam nanti. Perlahan langkahnya masuk ke dalam kamar yang hanya satu-satunya terdapat dalam rumah itu. Menjatuhkan tubuhnya sembari memejamkan matanya erat.

"Apa aku dan Sana memang sudah berakhir?" Pikirnya kembali mengingat kejadian tadi.

"Rasanya seperti mimpi. Aku memang benar-benar dipermainkan olehmu, San. Kenapa baru sekarang kau mengatakannya! Kenapa!!!" Dahyun berteriak frustasi.

"Disaat aku tidak mau, kau kau tetap kekeh mempertahankannya. Tapi disaat aku sudah mulai membalasnya kau malah ingin mengakhirinya. Salahku apa Sana?! Kenapa kau tidak memikirkan perasaanku saat ini?" Gumam Dahyun mengusap wajahnya kasar.

Tak lama kemudian ia memilih duduk dan mangambil ponsel di tasnya untuk menghubungi seseorang.

"Halo unnie, apa aku mengganggu waktumu?"

"Tidak. Tapi jika kau menghubungiku untuk waktu yang lama mungkin itu akan sangat mengganggu."

"Aniya! Aku hanya ingin minta izin padamu untuk menyusul unnie. Sangat membosankan berada di rumah sendirian. Lebih baik aku membantu unnie saja."

"Kau sudah pulang?"

"Ne, izinkan aku..."

"Tidak tidak, kau pasti lelah. Lebih baik kau istirahat saja."

"Bagaimana dengan unnie sendiri? Unnie juga perlu istirahat. Biar aku ke sana menggantikan unnie, sementara unnie bisa istirahat."

"Dahyun.. jangan membantah..."

"Mianhae, tapi aku-"

"Unnie ada orderan sekarang. Jangan keras kepala." Peringat Irene yang langsung mematikan panggilannya.

Dahyun mendengus. Ia tidak peduli dengan larangan kakaknya itu, yang ia butuhkan sekarang hanya sebuah aktivitas menyibukkan diri agar ia lupa dengan semua pikiran yang memenuhi otaknya.

Perlahan Dahyun melepas sepatunya dan bersiap-siap mengganti pakaian untuk pergi ke tempat Irene bekerja.

.
.
.

Tn. Choi tiba di rumahnya setelah setengah bulan lamanya berada di luar kota untuk melaksanakan tugas bersama dengan salah satu guru terdekatnya. Tanpa pikir panjang kini ia sudah di depan kamar kedua anaknya untuk mengecek kondisi mereka satu persatu. Rasa rindu pun juga tidak dapat disembunyikan dari hati seorang appa ketika berpisah cukup lama dengan kedua putrinya itu.

Who are You? (SaiDa ft. MiChaeng)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang