dua puluh delapan

3K 356 57
                                    

Dahyun keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk yang sudah tersedia. Kedua tangannya sibuk meraih beberapa helai pakaiannya, ternyata sudah cukup kering. Namun ada beberapa pasang baju lainnya di kasur yang kelihatannya masih baru. Dahyun mengangkat bahunya acuh lalu berniat duduk di pinggiran kasur sembari mengecek ponselnya yang semalam sama sekali tidak digunakan.

Wajahnya mendongak dari ponsel hingga matanya bertemu dengan sebuah cermin yang memang tepat berhadapan dengannya. Matanya mengernyit mendapati sesuatu yang aneh di tubuhnya.

Dahyun tidak sempat melihat dirinya tadi di kamar mandi walaupun disana juga terdapat cermin dengan ukuran sama. Ia hanya mementingkan tubuhnya yang sudah benar-benar lengket kala itu.

Matanya terus fokus pada sesuatu itu ketika tubuhnya mulai lebih mendekat ke arah cermin.

"Bekas merah apa ini?" Pikir Dahyun mengusap lehernya berulang kali.

"Kenapa tidak hilang?"

Dahyun kembali masuk ke kamar mandi membasuhnya dengan sedikit air lalu mengusapnya terus-menerus.

Tetap saja bekas itu tidak hilang.

"Yak apa ini?!" Dahyun kesal namun perlahan ia megabaikannya. Mungkin hanya sebuah goresan pikirnya.

Dahyun keluar kamar mandi dengan tatapan kosong karena kebingungan. Tak lama kemudian Sana datang dengan baju yang sudah ia kenakan.

"Sup nya akan datang sebentar lagi. Sekarang kau pakailah baju ini. Aku membelikannya untukmu tadi."

"Tidak, bajuku sudah kering. Setelah ini aku juga harus pulang."

"Kau mau memakainya atau ku kurung kau disini sampai besok?"

"San... Kenapa lagi denganmu? Bukankah kau sudah tidak ingin berhubungan denganku lagi?" Keluh Dahyun sedikit meninggikan suaranya membuat wajah ceria Sana berubah seketika.

"Aku benci ini. Kau bersikap seakan-akan kau tidak pernah melakukan apapun padaku dulu. Aku akui, semua yang kau lakukan ini sangat berarti untukku. Bahkan aku sendiri tidak bisa membalasnya." Dahyun masih menatap Sana.

"Tapi karena itu. Jangan semakin membuatku terus bergantung padamu. Kau sudah memiliki Minju. Jika seperti ini terus, kau malah membuatku semakin berharap padamu. Apa yang kau katakan kemarin memang cukup mudah, namun sangat sakit ketika diterima olehku. Kau pikir perasaanku ini mainan?"

Sana menunduk sementara Dahyun menghela napas panjang.

"Aku mencintaimu. Tapi kau malah menyakitiku. Bahkan kau berhubungan dengan Minju disaat dimana kau memutuskanku. Apa sebenarnya sejak dulu kau tidak benar-benar mencintaiku?"

Sana menggeleng pelan.

"Aku punya alasan mengapa aku memutuskanmu. Aku punya alasan." Suara isakan kecil terdengar di telinga Dahyun.

"Maaf aku harus pulang." Dahyun meraih pakaiannya berniat memakainya kembali namun ditahan oleh Sana.

"Aku merindukanmu. Habiskanlah waktumu seharian ini bersamaku. Aku mohon."

"Untuk apa? Apa kau juga akan menyakiti hati Minju? Cukup aku saja, Sana. Jangan Minju." Dahyun masuk ke kamar mandi meninggalkan Sana yang terduduk menahan sesak di dadanya.

Tak butuh banyak waktu Dahyun kembali keluar. Mengambil tas dan ponselnya lalu menatap Sana yang masih menunduk berusaha menahan isakannya.

Dahyun sedikit berjongkok untuk melihat wajah Sana. Memeluknya sebentar agar gadis itu sedikit lebih baik. Ucapannya memang terlalu kasar tadi tapi itu semua adalah ungkapan yang Dahyun pendam. Ia sangat lepas kendali akan perasaannya.

Who are You? (SaiDa ft. MiChaeng)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang