KITAB PENGHIBURAN PARACLETUS
BAGI ARIUS YANG BERKELUH KESAH
1.
Arius, lelaki paling cerdas di sepanjang daratan Mesopotamia, matahari sedang rebah beristirahat di peraduannya di langit barat saat lelaki itu duduk di gigir Sungai Efrat. Tubuhnya yang senantiasa tegak kini telah membungkuk oleh suatu beban yang teramat berat di pundaknya, sementara awan mendung yang digiring oleh angin kesedihan menutupi kedua matanya, mengucurkan air hujan yang mengiris pipinya. Dalam pada itu ia memandang bias wajahnya pada muka air sungai, dan seketika terasalah padanya bahwa keheningan di sekitar laksana mata-mata tombak tajam yang mengguris-guris kulitnya.
2.
Berkatalah Arius dalam ratapan yang menyayat keheningan: "O Efrat yang perkasa, seandainya pikiranku seperti engkau yang selalu mengalir, terus maju, tidak pernah mundur! Seandainya pikiranku sejernih tubuhmu yang sanggup memantulkan keluasan dan cemerlang langit! Pikiranku kini tak lebih daripada kubangan air berlumpur."
3.
Arius yang malang, Kishar, gadis pujaan seluruh lelaki Akkadia, telah mencampakan raga dan jiwanya. Kishar telah berpaling darinya, dan lebih memilih menjatuhkan dirinya ke pelukan seorang pembuat ukiran gading dari Habasyah. Hatinya kini umpama kendi tembikar yang hancur, dan di sanalah ia kini, dengan niat hendak melepas nyawanya sendiri di kedalaman Sungai Efrat.
4.
Tepat saat ia hendak meloncat, lewatlah seorang gembala tua. Ialah Paracletus, dan dengan kata-kata lembut yang meluncur dari bibirnya, dibimbingnya Arius supaya menanggalkan niatnya. Diajaknya pemuda itu ke gua tempatnya tinggal. Di sanalah, selama tiga malam, gembala tua itu memberi Arius petuah-petuah yang menyatukan kembali kepingan-kepingan hatinya ...
YOU ARE READING
Dialog Tiga Malam
General Fiction"Seorang dungu yang terus melarutkan diri dalam kenangan selamanya akan melangkah terhuyung-huyung dalam kegilaan. Laksana seorang yang tertarik pada keindahan hutan di musim semi, ia susuri hutan itu dan saat ia hendak pulang barulah disadarinya ba...