HARAPAN DIUJUNG SENJA

41 3 13
                                    

Bagian :  1

           Suasana yang cukup tenang dan damai. Semua yang ada di ruangan ini tampak membaca buku, entah buku ilmu pengetahuan, buku sastra atau buku sain sekalipun. Mereka membaca dengan penuh hikmat, begitu juga denganku yang masih setia dengan halaman per halaman buku yang sedari tadi telah kubaca dengan penuh hayat. Aku pahami kalimat demi kalimat hingga aku tak menghiraukan sekitarku. Aku memang selalu asyik sendiri dengan buku-buku tersebut. Aku selalu menikmatinya hingga satu per satu ilmu pengetahuan itu merasuk dalam otakku. Perpusatakaan inilah, yang merupakan salah satu tempat dimana bisa membuatku memperoleh ilmu yang menurutku paling berharga dalam hidup ini. Selain itu, akan memberikanku wawasan yang luas dan membawaku ke masa depan yang cerah, ilmu tersebut bisa aku bawa mati. Nilai plus-plus tentunya.

           Saat ini, aku memang sedang melanjutkan studiku ke bangku kuliah di Universitas Airlangga Surabaya. Sebuah Universitas terkemuka dan merupakan salah satu Universitas terbaik yang berakreditasi A di Indonesia. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan yang maha kuasa karena anugerahNYA, aku bisa mendapatkan beasiswa Bidik Misi di Universitas ini. Melalui beasiswa tersebut, aku bisa melanjutkan studiku ke bangku kuliah ini. Sehingga harapanku untuk menggapai cita-cita dan menjadi orang yang berwawasan luas bisa aku capai, termasuk juga menjadi orang sukses kelak nanti.

           Dengan penuh harap, aku selalu percaya bahwa ini adalah anugerah terindah dari Tuhan yang belum tentu orang lain bisa mendapatkannya, apalagi orang yang ekonominya kurang mampu seperti diriku. Dalam santaiku saat ini, mataku masih menatap larik demi larik kalimat dalam buku tersebut. Buku filsafat administrasi yang ditulis oleh Prof. Dr. H. Makmur , M.Si tersebut telah membuatku larut dalam setiap kata yang tertulis dengan penuh makna. Perlu aku akui bahwa aku ini adalah mahasiswa ilmu adminitrasi negara di Fisip Unair atau kita sering menyebutnya fakultas orange. Aku baru saja memasuki semester ganjil alias semester satu dalam beberapa bulan ini.

            Tiba-tiba saja, pikiran ini mengalihkanku ke masa silam sewaktu aku masih duduk di bangku SMA. Tepatnya, aku bersekolah di SMA Negeri 1 Tambakrejo, Bojonegoro. Semua peristiwa itu masih teringat dengan jelas dan pasti dalam benakku. Disaat pengumuman kelulusan sekolah diumumkan dalam kelas tiga IPS. Aku tampak terduduk manis dengan penuh ketegangan disertai jantung yang berdegup kencang. Saat-saat itu pula, teman-temanku sekelas juga tampak galau dari raut mukanya. Guru-guru yang sudah terduduk rapi dengan ekspresi muka yang penuh harap dan mata yang berkaca-kaca. Semua itu membuatku semakin penasaran.

           Ketika tiba saatnya, amplop warna putih yang didalamnya berisi hasil ujian nasional dalam selembar kertas yang bertuliskan LULUS dan TIDAK LULUS diberikan satu per satu ke semua siswa-siswi tersebut. Seketika itu pula, rasa khawatir lebih banyak kurasakan daripada ketenangan batin dalam diriku. Walaupun aku terkenal pintar dan teman-temanku sering menyebutku "The master" dalam setiap pelajaran dan murid yang selalu menjadi juara kelas setiap semester di sekolah tersebut. Tetap saja dalam hati kecilku, aku tidak bisa membuang rasa cemas itu. Namanya juga manusia, wajarlah jikalau aku mempunyai perasaan seperti itu. Pada saat amplop warna putih yang berisi pengumuman UAN (Ujian Akhir Nasional) tersebut sudah tergengam di tanganku. Aku pun tak berani membukanya hingga aku menghadap guru favoritku yang bernama bu Tina. Ketika aku bilang aku tak berani membukanya karena takut hasilnya mengecewakan. Namun beliau hanya memandang dengan mata yang berkaca-kaca sambil mengembangkan senyumnya. Aku semakin bingung dan takut. Otakku sudah melayang kemana-mana. Takut mengecewakan kedua orang tua, tentunya akan marah padaku.

         Teringat juga bahwa kalau aku sudah keterima di sebuah perguruan tinggi negeri terfavorit di Surabaya. Rasanya tak sanggup lagi dengan semua ini. Sedangkan sahabat-sahabatku sudah berteriak dan menangis penuh haru ketika selembaran pengumuman tersebut menyatakan mereka lulus UAN. Sementara guru-guruku juga ikut menangis bahagia melihat anak-anak didiknya bisa mendapatkan predikat lulus. Akhirnya aku mulai beranikan diri untuk mencoba membuka amplop tersebut. Aku robek pelan-pelan amplopnya. Aku mulai membukanya lalu aku ambil selembaran pengumuman tersebut. Dan hasilnya, Subhanaallah luar biasa. Anugerah terindah yang tak bisa aku bayangkan sebelumnya. Aku lulus dengan nilai yang cukup memuaskan.

She is My SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang