Pemberdayaan Anak Jalanan dan Anak Putus Sekolah

11 1 0
                                    

Bagian  :  5


Malam sedingin salju. Bintang-bintang masih menyebar dan memancarkan cahayanya di langit yang kelam. Cinrara bersama Davina dan Vanessa tampak asyik makan malam di sebuah warung makan yang berdiri di atas trotoar disamping rumah sakit dr. sutomo. Warung tenda yang depannya bertuliskan nasi tempe penyet ini menjadi tempat pelabuhan terkahir dari segala aktivitas kuliahnya malam ini. Hanya sekedar makan malam mereka menyempatkan diri untuk sejenak mampir ke warung tenda nasi penyet tersebut. Davina dan Vanessa tampak melahap seluruh makanan yang sudah berada dalam piring pesanannya. Sementara Cinrara tampak santai dalam menikmati makanan tersebut.

"Kalian kalau makan seperti orang dikejar setan saja, santai dong..." tegur Cinrara geram.

"Eh...nyem, kita itu sudah lapar dari tadi sore, jam segini baru bisa makan..." sahut Davina.

"Iya nih.., lagian kan kamu tahu, kita berdua anak kosan, huft, makan juga diatur sedemikian rupa..." lanjut Vanessa.

"Bener banget kata sesa. Beda sama kamu, nyem. Kamu tinggal di Surabaya bersama orang tuamu. Jadi mau makan apapun ga usah memperhitungkan uang yang ada, tinggal capcuz dah. Sedangkan kita...." lanjut lagi davina sambil menguyah makanan di mulutnya dengan mengebu-gebu.

"Oke.., ga usah dibahas lagi. Terserah kalian mau makan kayak apa. Tapi pliss, jaga sikap ya, malu dilihat orang-orang di sini, apalagi banyak cowok tuh..." potong Cinrara.

Tiba-tiba tanpa disadari ada dua anak perempuan dan lelaki yang umurnya sekitar sepuluh tahunan. Mereka berdua mengamen di depan Cinrara cs. Tanpa diminta matanya Cinrara terus menatap kedua anak jalanan tersebut. Matanya berkaca-kaca. Dengan sadarnya, Cinrara mengembangkan senyumnya dan mengulurkan tangannya ke arah dua anak jalanan tersebut. Kemudian dia memegang erat tangan salah satu anak jalanan itu dengan perasaan kasihan yang amat dalam. Kini hatinya dipenuhi rasa iba dan rasa kasihan terhadap mereka. Hatinya sedikit terketuk dan tiba-tiba pikirannya melayang ke dalam ingatannya mengenai ide Riski untuk memberdayakan anak jalanan atau anak putus sekolah maupun kekerasan terhadap perempuan.

"Adik, sudah makan...." tanya Cinrara dan tangannya masih memegang erat anak jalanan tersebut.

"Belum kak..." jawab anak jalanan itu.

"Kita belum makan seharian tadi kak..." lanjut anak jalanan satunya lagi.

"Kalau begitu, sini duduk sama kakak-kakak ini. Kita makan bareng, biar kakak traktir..., ayoooo...." ajak Cinrara dengan penuh semangat.

"Horeeee......" teriak kedua anak jalanan tersebut lalu langsung mengambil tempat duduk di samping Cinrara cs.

Selang beberapa menit kemudian, pesanan yang sudah dipesan kedua anak jalanan tersebut sudah siap di meja mereka. Mereka berdua langsung melahap makanan tersebut. Sesekali diiringi meminum es teh. Tampaknya Cinrara hanya bisa menatap mereka dengan rasa kasihan. Sementara kedua sahabatnya-Vanessa dan Davina merasa berdosa karena selama ini mereka berdua belum bisa mensyukuri hidupnya yang sekarang ini mereka dapatkan. Sementara masih ada diluar sana yang kurang beruntung seperti kedua anak jalanan yang sedang makan bersamanya malam ini.

"Kalau kakak boleh tahu, nama kalian berdua siapa dek..." tanya Cinrara pelan dan halus.

"Aku Wawan kak..." jawab seorang anak cowok jalanan itu.

"Dan aku Latifah kak...." lanjut seorang anak cewek jalanan tersebut.

"Kalian tinggal dimana...?" tanya lagi cinrara.

"Kita tinggal di pemukiman kumuh sekitar daerah keputih yang mau mengarah ke tempat pemakaman umum..." jawab salah satu anak jalanan tersebut.

"Kalian masih sekolah kah......? " tanya Davina penasaran.

She is My SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang