prolog

91 11 1
                                    

Cahaya terang menelisik di balik sela-sela tirai yang sedikit terangkat. Sunyinya ruangan sempit dengan penerangan yang minim membuatnya Terlihat begitu menyilaukan. Seingat Jihan, ia tak bermain main dengan tirai itu semalam, tapi mengapa tirai itu  membangunkannya. Tapi sungguh Jihan tidak mengangkatnya. Lantas siapa?

Ah Jihan lupa jika ia tidak sendiri disini. Ketahuilah Jihan juga tidak tau apa-apa. sekarang ia benar-benar seperti orang bodoh yang menanyakan siapa yang membuka tirai tapi melupakan pertanyaan terpenting seperti siapa pula orang yang membawanya kemari?  yaa orang yang menculiknya pasti telah bersusah payah membuka tirai ini untuknya, bagaimana tidak tirai itu seperti berada di atas awan sangat tinggi dan menjulang. Jika kalian bertanya mengapa Jihan tampak tenang saat semuanya terlihat tidak baik, itu karena ia lelah. Jihan akui menangis dan meraung meminta seseorang dengan ajaib mau membukakan pintu itu melelahkan. Jadi agaknya Jihan lebih memilih opsi untuk diam dan berhemat tenaga selama ia masih diberi nafas. Setidaknya orang yang menyekapnya masih memberi kebutuhan primer seperti makanan. Itu sudah cukup.

Jihan bergeser sedikit menuju pojok ruangan. Disini benar- benar sempit hanya dengan bergeser saja kau bisa berpindah dari pojok kanan kepojok kiri. Tak usah bayangkan panas dan pengapnya ruangan ini, terkadang Jihan sampai harus melepas semua pakaiannya hanya untuk bartahan dari ekstrimnya suhu di ruangan ini. Siapa yang mau terpanggang hidup-hidup? peduli setan dengan kamera pengintai atau semacamnya, nyawa lebih penting.

Jihan merasakan perutnya bergejolak, nampaknya semua cacing yang bersemayam di perutnya menuntut untuk mendapat gaji harian. Jadi sekarang jihan memutuskan untuk menunggu makanannya, lebih tepatnya menunggu orang itu mengirim makanan untuknya, Jihan menanti dengan duduk di pojok ruangan sembari membuka lemari kecil yang menggatung di atas kepalanya, dengan harap-harap sudah ada makanan yang menunggu didalam disana. Mungkin itu bukan lemari, lebih tepatnya sebuah lift kecil yang hanya muat menampung sepiring nasi dan lauk. Orang itu terlalu pintar menbaca kemungkinan Jihan kabur dari tempat ini. Jika dihitung menurut perkiraan untuk bebas hanya tersisa duapuluh lima persen sisanya mungkin mati.

Jihan membuka lemari tersebut dan menemukan sekotak susu untuk ibu hamil berada di dalamnya.
"Apakah ini lelucon. Dasar orang sinting!" Jihan lupa jika orang yang menyekapnya pasti sinting.

Bagaimana tidak, ia menyekap orang yang tidak tau apa-apa. Jihan benar-benar tidak tahu. Apa salahnya? apa yang orang itu mau darinya? apa ia punya hutang? Dan sekarang lihat ia memberikan Jihan susu untuk ibu hamil, dia pikir perut Jihan sebuncit apa sampai-sampai ia mengira kalau Jihan hamil. Hey biarku beritahu Jihan sangat menjaga bentuk tubuhnya dengan berolah raga secara rutin. Mungkin ia bisa menerima saat orang itu mengirim makanan yang selalu hambar karena kurang garam. Tapi tidak dengan sekotak susu ibu hamil. Jika diminumpun ini tidak mengenyangkan. Jihan membutuhkan energi lebih untuk bertahan di tempat ini.
 
Jangan berfikir Jihan bodoh dengan langsung memakan makanan yang orang itu beri. Siapa taukan orang itu menaruh racun di dalamnya. Jadi saat pertama kali Jihan disekap di sini, ia berusaha memastikannya dengan memberikan makanan tersebut kepada sekelompok tikus yang berlalu lalang dihadapannya. Ah Jihan lupa memceritakan selain pengap dan sempit  ruangan ini juga salah satu aset sarang bagi para tikus dan kecoa. baiklah kembali pada percobaan Jihan, setelah sekelompok tikus itu memcicipi makanan yang orang itu bawakan untuknya. Jihan melihat tidak ada perubahan pada tikus itu seperti kejang atau semacamnya. Jadi jihan tau itu aman.

Jihan mengambil sekotak susu tersebut dan langsung meminumnya. Ia haus di tambah lagi cacing- cacing yang berdisko ria di dalam perut Tidak memberi kompromi, ia juga tak punya pilihan lain selain menenggak cairan putih dengan rasa pisang itu. Tak apalah toh susu ibu hamil banyak vitaminnya.
Rasanya juga tidak buruk. Ini enak. Oke mungkin selepas kejadian ini Jihan akan menyetoknya dirumah. Itu pun kalau ia berhasil selamat dari sini.

Jihan menghela nafasnya panjang saat berujar lirih, "mau  sampai kapan aku disekap disini." Jihan hanya bertukar argumen dengan dirinya sendiri mencoba mengurangi keluh yang ia tanggung dengan mengungkapkannya secara langsung meski ia tau tak akan ada jawaban selepasnya. Jihan melajutkan pelan saat berusaha mencicit dengan suara paruh, "apa aku akan bebas?" Jihan tak tak tau jawaban pastinya yang jelas ia sedikit merasa lebih baik saat memcoba berfikir positif.

Sebentar nampaknya Jihan melupakan presensi selembar kertas pada kotak susu tadi. Ya begitulah makananan yang Jihan terima selalu membawa note yang di tulis dengan tinta warna warni. Yang jelas Jihan tak mengerti betul apa isi dan maksud dari tulisan note tersebut. Isinya hanya berupa tulisan berbahasa asing dan sebuah simbol. Entahlah tidak jelas tapi itu terlihat seberti sebuah bunga. Mawar mungkin?

Jihan hanya sesekali menerima note berupa tulisan seperi 'berbahagialah' Atau mungkin tulisan lain seperti 'takutlah' tetapi tetap saja tidak ada satu pun kesimpulan yang dapat Jihan simpulkan dari semua note sialan itu. Jihan masih menyimpan semuanya. Barangkali masih bisa di gunakan tapi Jihan tidak menjamin note tersebut dalam keadaan baik. Bagaimana tidak, lihat tikus disini saja kelaparan. Jihan yakin kertas tersebut sudah koyak atau paling tidak berlubang.

Tapi untuk note kali ini Jihan menemukan tulisan dalam note tersebut ditulis menggunakan tinta berwarna merah, sangat tebal hingga rasa-rasanya kertas note itu siap ditembus oleh pena si penulis.

Bagus kali ini Jihan menemukan Sebuah kalimat bukan huruf-huruf tidak jelas. Setidaknya Jihan masih bisa menerka-nerka maksud si penulis.

'Kau sudah siap?'

di akhiri dengan Simbol itu lagi. Ini simbol apa? Kalau dilihat simbol ini mirip seperti bunga. Jihan tidak tau pasti jenis bunga apa itu. Tapi..
"Aahg" Jihan merasakan kepalanya berputar  hebat. Ini menyakitkan sungguh. seperti gasing yang tengah berpusing cepat  semua memorinyapun ikut berputar.  Ini tidak baik sungguh. Ada yang salah dengan kalimat itu. Jihan berusaha mengingatnya. Tapi apa? Ia yakin tujuh puluh lima persen itu kalimat yang tidak asing. Siapa? Kenapa? Ada apa?

Jihan memijat pelipisnya kasar saat berujar, "Jika itu bebas maka aku seribu persen siap, dasar sialan- " Jihan menjeda sejenak kalimatnya saat merasakan denyut hebat menyerang syaraf otaknya. Ini tak biasanya terjadi. Jihan mengais kesadarannya saat kembali melanjutkan "jika itu mati maka aku pun siap." Bukan Ji, bukan itu. Jihan  menjambak surainya kuat, sangat kuat. Ini benar-benar menyakitkan. Kenapa rasanya ia sedang ditusuk dengan pisau dapur berkali-kali, atau mungkin seperti dihantaman batu besar dengan ujung yang runcing. Tanpa Jihan sadari cairan bening   keluar dari kelopak matanya yang bengkak. Ada yang salah denganmu Jihan.

Disela- sela sakit hebat yang menyerang kepalanya, Jihan menguap. Sekarang apa lagi kenapa tiba-tiba kantuk menyerangnya. kelopak matanya terasa berat. Seakan siap menutup. Denyut jantungnya juga memburu, keringat yang Jihan keluarkan menyerupai orang yang baru saja menyelesaikan lomba maraton. Ingatkan bahwa Jihan belum mandi selama lima hari.
Namun apa itu? pintunya terbuka. Jihan tidak salah melihatkan. Alih-alih memastikan, kesadaran Jihan hilang dibawa habis oleh rasa kantuk yang kian memuncak[]

~
Yuhuu. Sebenernya aku itu udah banyak bikin cerita cuma blm di publis aja.
Kebetulan aku suka ceritanya. Ada teorinya gitu kan gurih. Jadi aku publis deh. Untuk pemeran cowoknya di part 1 dah munculkok:v

Franklin🌼Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang