"Terlambat semua sudah tercetak rapih di dalam buku takdir, apa kau pikir semuanya dapat dirubah semudah membalikan telapak tangan? Tentu saja tidak bodoh. Itu lelucon. Tolong jangan katakan itu. Kau membuatku terkekeh geli dan marah dalam satu waktu, agaknya mengambil ancang-ancang untuk merobek mulut sialan mu itu terdengar sebagai salah satu ide yang sangat sempurna di otakku."
.
.
.
.
.
Rindangnya pepohonan yang menjulang tinggi, ikut melambai bersama tiupan angin yang senada menemani kedua manusia yang tengah sibuk di bawahnya.Sekarang Taehyung dibuat repot dengan bungkus sabun yang akan Jihan digunakan. Taehyung membukanya perlahan dengan menanggalkan satu demi satu selotip yang melekat pada plastik pembungkus.
Jihan yang sedari tadi hanya memperhatikan kini ikut menatap payahnya Taehyung membuka bungkus sabun tersebut, tak sengaja ia memperhatikan bagaimana Taehyung tampak sangat telaten, wajahnya terlihat serius saat berusaha mencari ujung selotip.
'Bukankah Kim Taehyung terlihat sangat tampan?'
Jihan merasakan sesuatu yang aneh saat menatap Taehyung. Semburan pipi kemerahan dan detak jantung tak normal selalu ia rasakan saat tak sengaja menatap si pemilik rahang tegas dengan senyum maut mematikan itu.
Bagaimana cara Taehyung menatap dingin kearahnya, wajah intimidasi nya, kalimat penuh penekanan yang ia lesatkan dari lambium tipis miliknya begitu sangat membuai. Hampir semua yang Taehyung lakukan membuat Jihan kehabisan musik untuk ritme jantungnya.
Jihan tidak sedang meracau dengan hal gila bukan?
Pasalnya jika dilihat kembali, Jihan baru saja mengenal sosok pria di depannya ini beberapa jam yang lalu. Setidaknya itu yang Jihan ingat sekarang.
Jihan yakin ia melupakan banyak hal yang membuatnya tidak senang. Tapi jika itu bertemu dengan Taehyung sepertinya mustahil jika Jihan melupakannya. Jadi seingat jihan ini kali pertama ia bertemu dengan Kim Taehyung.
Jadi apakah bagus jika Jihan menyebut ini dengan ketertarikan pada pandangan pertama?
Setidaknya Jihan tak memungkiri ada gelora aneh dalam dirinya saat ia menatap pemuda tinggi semampai yang tengah berdiri di depannya itu. Semua itu hampir membuat Jihan kehilangan akal sehatnya. Taehyung punya daya pikat yang luar biasa.
Jihan akui jika afeksi dapat tumbuh hanya dengan satu kali pandang itu benar ada. Kemungkinan kau tak sengaja menangkap secuil serpihan pesona yang orang itu tebar itu benar ada dan tak jarang terjadi. Kau tidak bisa memungkiri fakta tersebut.
Jika takdir dan semua alasannya menghendaki perasaan itu tumbuh maka sekuat apa pun sangkalan yang kau ciptakan tak akan berlaku disini.
Memang benar adanya ini terlalu cepat jika ditelisik lagi semuanya memang baru saja dimulai.
Jihan juga tidak ingin cepat mengambil kesimpulan dengan mengatakan ia menyukai Kim Taehyung. Semuanya mungkin hanya sebatas kau mengagumi. Tunggu dulu
Jihan tidak melupakan fakta bahwa Kim Teahyung orang yang menculiknya kan?
Untuk pertanyaan itu aku tidak tau, kemungkinan besar IYA, dia lupa. Dilihat dari tatapan Jihan sekarang, Jihan seperti orang yang tengah tersambar petir kekaguman berlebih kepada pria di depannya, ia bahkan mengesampingkan fakta-fakta yang mendorongnya menjauh dari sosok Kim Taehyung. Salah satunya adalah fakta bahwa Taehyung orang yang telah menculiknya.
Tapi Jihan akui ini sulit, semuanya seperti mengalir begitu saja tanpa bisa Jihan bendung.
Jihan mengedip kasar saat sebuah bariton berat menyapa perungunya. Membuatnya tersadar dari semua argumen tentang kim Taehyung yang berkeliaran mencari posisi tarbaik di dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Franklin🌼
FantasyKetika kelopak bunga terakhir mulai gugur terbawa angin sendu yang memuakkan hanya satu yang Kim Taehyung tau, ia akan segera pergi menuntaskan keabadiannya. Presensi Jihan Lee dengan kondisi memori kepala yang tak lengkap membuktikan bahwa ketakuta...