Setiap hari hidup Racha hanya terisi dengan duka dan air mata. Tak pernah ada tawa ikhlas terukir di bibir manisnya itu. Setiap hari ada saja hal yang membuat Racha harus menerima cubitan dari tangan malaikat yang paling dicintainya. Terkadang Racha berfikir bahwa dia bukanlah anak kandung bundanya, Racha berfikir dia hanyalah anak yang diangkat oleh kedua orangtuanya. Karena hanya sang ayah lah yang memberikan Racha kasih sayang layaknya orang tua pada umumnya. Tidak dengan perlakuan bundanya, yang setiap hari memperlakukan Racha seperti robot yang harus bekerja tanpa ada sedikit waktu untuk beristirahat.
Tak hanya di rumah, saat di sekolah pun Racha mendapatkan hal yang sama. Racha sering kali dijauhi oleh teman-temannya tanpa ada alasan yang jelas.
Dia hanya dijadikan tempat menyontek oleh teman-temannya. Terkadang Racha tidak memiliki teman di kelas, jika dia sedang dimusuhi oleh teman-temannya Racha akan memilih untuk berdiam diri di kelas.
Hanya buku diary Racha lah yang menjadi tempat menuangkan keluh kesahnya. Setiap kali ia menuliskan ceritanya pasti akan ada 1 pertanyaan di dalam pikirannya, kenapa dia harus terlahir jika semua orang tak menyukainya.
Seringkali Racha merasa iri dengan teman-temannya, karena seluruh ayah dari teman-temannya pandai agama. Sedangkan ayah Racha yang memang seorang mualaf sedari awal ketika menikahi bundanya tidak memiliki sedikit pun ilmu agama. Apalagi di bulan Ramadhan, setiap datang ke sekolah pasti teman-temannya bercerita tentang ayahnya yang mengimami shalat nya. Racha hanya bisa terdiam.
Pernah sekali Racha di tanya oleh temannya, "Racha gimana sholat mu, ayah mu pernah jadi imamnya gak?". Racha hanya bisa tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan dari temannya itu.
Racha merasa hidupnya semakin berat untuk dilalui. Racha tak pernah akur dengan abangnya, tak pernah pula berdamai dengan bundanya. Hanya ayah yang menyayanginya tetapi dia pun yang memberikan luka pada hati kecilnya.
Racha hanya bisa merasa tenang saat malam tiba, dimana semua orang di rumahnya telah tertidur. Disaat itu pula Racha selalu menangis, Racha menuangkan segala perasaannya di dalam buku diary yang setiap lembarnya telah lusuh terkena tetesan air matanya. Banyak kisah yang telah Racha tulis di dalam buku itu dan tak ada seorang pun yang tau apa saja yang Racha tuliskan di buku itu.
Ketika usia Racha menginjak remaja pun keadaannya tak jauh berbeda, dia masih sering menerima perlakuan kasar dari bundanya. Hanya saja kini Racha sudah tidak terlalu memperdulikan itu. Ia hanya menganggap itu semua wajar, karena kini Racha memposisikan dirinya hanya sebagai anak angkat.
Setiap kali bundanya berkata kasar kepadanya, ia hanya berkata di dalam hati "Racha kuat, kamu harus kuat. Ini hanya sementara ini semua karena kamu hanya menumpang di keluarga ini, kamu tidak boleh meminta hal lebih", sembari menahan air matanya agar tidak mengalir di pipi merah mudanya itu.
Pernah suatu malam Racha berbicara sendiri saat sedang di kamar, ia mengadu pada zat yang menciptakannya "Ya Allah kenapa Racha ini hidup, kenapa aku gak mati aja. Kenapa aku harus menderita. Ya Allah Racha capek, Racha itu lelah setiap hari harus dimarah sama bunda setiap hari harus dicubit, harus dimaki sama bunda. Di dunia ini gak ada yang sayang sama Racha, tapi kenapa Racha gak Allah ambil aja. Racha kesepian di dunia ini ya Allah, Racha gak punya kawan", air matanya tak dapat lagi terbendung Racha berusaha agar tangisannya tidak mengeluarkan suara meski rasanya sesak di dada Racha tetap berusaha sekuat tenaga agar tak satupun orang tau dia sedang menangis.
Upsssss.. Sorry ya teman-teman karena di bagian ini agak ngegantung ceritanya soalnya biar bisa menimbulkan efek penasaran 🤭 Btw jangan vote cerita ini ya guys. Because I could really use your vote💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Penikmat Luka
عشوائيNovel ini berisi tentang perjalanan hidup Gadis kecil yang mendambakan kasih sayang orang sekitar. Kisah ini diangkat dari kehidupan nyata. Dimana pemeran utama tak pernah mendapat kasih dan cinta, melainkan hanya mendapatkan luka. Gadis yang beruba...