; day one - chic jaebeom

95 8 1
                                    

One of his personality that I like ─chic Jaebeom.

🌴

Pagi itu aku ada janji temu dengan klien perihal mengevaluasi acara mereka yang aku pandu minggu lalu. Ya, aku jadi mc mereka. Suatu pekerjaan yang mudah sekaligus sulit. Mudah karena aku melakukannya dengan senang hati dan memang itu passionku, juga sulit dalam hal menghidupkan suasana suatu acara. Ugh, kurasa aku buruk dalam membuat lelucon, membuat acara kemarin terasa agak garing.

Oh ya, klienku alias Direktur Kim dari lembaga belajar yang cukup terkenal di kalangan anak sekolah memintaku untuk pergi ke kafe seberang taman kota. Aku menyetujui dan segera bersiap. Dan tak seperti biasanya Jaebeom mengintil. Ia merayuku dengan berkata, "aku tak ada kerjaan hari ini, bosan juga di apartemen, jadi izinkan aku ikut ya." Sambil mengiming-imingi traktiran makan siang jadi ya oke-oke saja.

Kami tiba di kafe lebih awal dari Direktur Kim. Setelah memesan minuman, kami duduk sambil mengobrol sebentar hingga tak lama kemudian beliau datang. Direktur Kim menyapaku dengan sapaan hangat dan jabat tangan. Aku memperkenalkan Jaebeom juga padanya, manner mengajak orang asing.

"Ah ya, saya tahu anda. Sempat ada project dengan Clara's Magazine bukan?" tanya beliau pada Jaebeom.

"Ya benar sekali, senang bertemu anda, Pak," jawab Jaebeom sopan. Ia membalas jabat tangan Direktur Kim.

"Senang bertemu denganmu juga."

Setelahnya aku mempersilahkan beliau untuk duduk dan langsung mulai membahas tentang kegiatan minggu lalu. Tentu dengan Jaebeom yang setia duduk disampingku.

Intinya sih beliau puas dengan cara kerjaku yang cekatan dan pintar membaca situasi. Beliau juga berkata bahwa jika ada project di waktu yang akan datang mungkin akan menggaetku lagi sebagai mc. Tentu saja aku tersanjung dengan pujiannya. Kuucap terima kasih berkali-kali pada beliau.

Hingga ada satu kalimat Direktur Kim yang membuatku sakit hati. Kalimat yang terasa merendahkanku sekali. Sampai-sampai telapak tangan kiriku dengan otomatis meremas lengan Jaebeom. Aku tak peduli, lagipula dari penglihatan Direktur Kim juga tidak akan terlihat tanganku sedang menggenggam erat lengan Jaebeom. Sungguh rasanya sakit sekali dikata-katai seperti itu. Mati-matian aku menahan tangis, saking marah dan jengkelnya. Jaebeom yang mengerti menggenggam balik tanganku, seolah berkata 'tidak apa-apa, ada aku disini.'


Omong-omong kalian ingin tahu beliau mengatakan apa?


Beliau berkata bahwa cara kerjaku memang bagus namun penampilanku tidak mendukung sama sekali.

"Kalau kerjanya bagus tapi tidak begitu cantik ya sama saja, iya kan Tuan Im?" ujarnya lalu tertawa pelan.

Bagiku tawa itu adalah tawa paling kejam di dunia. Tawa meremehkan. Tawa yang membuat harga diriku terinjak-injak.

Tapi tak kusangka.


Jaebeom yang sedari tadi diam saja, dari awal pembicaraan hingga saat dimana tanganku tiba-tiba menggenggam erat lengannya, akhirnya bersuara. Aku masih ingat tatapan sinisnya saat membalas perkataan Direktur Kim.

Dengan suara beratnya, Jaebeom berkata, "maaf Pak, tapi saya kurang setuju. Kemampuan seseorang tidak dinilai dari penampilan fisiknya, tapi dinilai dari bagaimana ia bekerja dan bersosialiasi di lingkungan baru.

Perkataan anda barusan sangat rendahan sekali. Kukira direktur lembaga belajar terkenal seperti anda punya karakter yang baik pula, karena anda mengelola lembaga belajar bukan? Lembaga yang mengajarkan anak sekolahan tentang tata krama. Nyatanya apa? Sampah.

Maaf, teman saya sibuk mengurus klien lainnya. Kami pamit, terima kasih."

Lalu ia berdiri dan menarik tanganku untuk segera pergi dari kafe itu. Meninggalkan Direktur Kim yang mulutnya kejam itu.

Woah, benar-benar deh! Chic Jaebeom memang yang terbaik! Kalau tidak ada Jaebeom mungkin aku sudah menahan malu, amarah, kesal, semuanya jadi satu sampai di apartemen.

"Besok lagi kalau mau ketemu klien, aku harus ikut!" kata Jaebeom. Matanya masih berpendar amarah.

Aku hanya bisa tersenyum dibelakangnya dan tidak melepas genggaman tangan Jaebeom sejak keluar dari kafe.

Kalau seperti ini bersyukur sekali rasanya punya Im Jaebeom sebagai temanku.

Aw...


hanya teman ya?

🌴

🌴

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
seven days with Im Jaebeom | complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang