; day six - one fine night

16 1 0
                                    

(disarankan untuk membaca sambil mendengarkan lagu Def. - WANT U ;)) )



jadi mampir ke studio?

tentu saja, mau kubawakan apa?

dirimu saja sudah cukup

prettt. ayam goreng, call?

HAHAHAHA. call!


Itu pesan dari Jaebeom tadi siang yang aku balas secepat mungkin. Sudah sejak lama aku ingin mengunjungi studio kecilnya yang terletak hanya 10 menit dari apartemen Jaebeom. Tapi baru sekarang dia memberiku kesempatan -setelah kami berpacaran hihi. Kalau dulu sih dia bilangnya, "enggak mau ah, rahasia tau. Ntar tiba-tiba kamu pulang, harddisk ku sudah hilang," yang aku jawab "maksudmu kau takut aku mencuri harddisk mu yang berisi ratusan lagu yang selalu kau puja-puja itu??!" Dan dia mengangguk sambil tertawa terbahak-bahak. Eyy dasar Im-jahil-Jaebeom.

Karena dia rencana bekerja dengan produser lain dari pagi, kuputuskan untuk datang agak malam sekitar jam delapan agar tidak mengganggu kerjanya. Sesampainya disana pun, Jaebeom dan teman sesama produsernya masih serius mengerjakan lagu mereka. Fyi, aku bisa mengintipnya dari lingkaran kaca kecil di bagian pintu. Ya sudah, mari kita menunggu saja diluar (maksudnya di ruang tamu studio Jaebeom). Oh haruskah aku menata meja kerjanya di sudut ruangan itu untuk membunuh waktu? Hm.. sepertinya jangan, karena Jaebeom tidak suka ada yang menyentuh barang-barangnya. Baiklah mari hargai 'ruang pribadinya' yang itu. Bagaimana dengan buku-bukunya yang berantakan itu? Hadeh tertumpuk begitu saja di sofa. Baiklah, kalau yang ini mungkin tidak apa-apa. Aku memutuskan untuk menaruh tumpukan bukunya di meja kecil sebelah kanan sofa, lalu membenarkan vasnya yang miring. Bukunya aku tata mulai dari yang terbesar dan tertebal sampai ke yang terkecil dan tertipis, dari bawah hingga ke atas. Ok sudah beres!

Sekarang... ah! Sepertinya tidak ada lagi yang harus dibereskan, maka dari itu kuputuskan untuk melanjutkan membaca bukuku. Untung saja aku bawa! Semoga tak lama lagi dia selesai, aku takut ayam gorengnya dingin dan jadi alot. Saat tanganku hendak beralih membuka halaman ke sepuluh, tiba-tiba pintu studio Jaebeom terbuka. Aku menoleh dan bertemu tatap dengan matanya yang lelah tapi masih bersinar itu, di belakangnya ada dua temannya yang kemudian langsung pamit untuk pulang.


"Sudah lama? Kenapa tidak memanggilku?" ujarnya sambil berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan. Aku mengikutinya.

"Tidak mau mengganggu, lagian cuma... dua puluh menit? Iya sekitar segitu aku menunggu. Tidak lama kok."

Jaebeom tersenyum lalu mengalungkan satu lengannya di bahuku.

"Aku beli ayamnya setengah goreng dan setengahnya lagi yang bumbu. Cola juga. Oh, aku beli chips juga nih! Dan.. makanan kucing? Hehehehe, banyak yang kubeli tadi," kataku bersemangat sambil memperlihatkan semua yang aku sebutkan tadi. Jaebeom tersenyum lagi sambil mengacak rambutku pelan.

"Good job! Ayo makan!"

Kami pun makan sambil berbincang. Sisi Jaebeom saat makan seperti inilah yang membuatku senang. Dia selalu bisa membuat orang lain ikutan lapar. Namun.. ugh, aku baru sadar ternyata pipinya semakin tirus saja. Jaebeom sedang banyak pikiran ya? :(


"Kerjaanmu lancar, Beom?"

"Uhuh. Kenapa tiba-tiba?" (dia bertanya begini karena tadinya kami sedang membicarakan Nora dan kucing-kucing Jaebeom yang lain)

seven days with Im Jaebeom | complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang