1. Jangan Bermain dengan Nama

98 11 0
                                    

Pagi yang hangat mendadak disergap udara dingin. Berpasang-pasang mata di sepanjang koridor dan halaman sekolah segera mengenali sumber anomali cuaca itu. Quivera dan Shivera. Si kembar cewek-cowok itu baru saja turun dari sebuah sedan lawas dan kini berjalan bersisian memasuki gerbang sekolah.

Semilir angin dingin seperti meniupi rambut panjang Shivera yang dibiarkan tergerai. Helaian rambut itu mengenai mata Quivera. Cowok itu terganggu lalu menepuk helaian rambut Shivera. Seketika rambut Shivera seperti membeku kaku di udara. Tidak lagi tergerai indah ditiup angina layaknya iklan shampoo, tapi melayang horizontal di udara seperti ijuk.


"Rese!" pekik Shivera pada Quivera berlari menjauh.


Quivera meleletkan lidah pada saudari kembarnya sambil tergelak.


Tidak terima dengan perlakuan saudara kembarnya, Shivera menatapi Quivera lurus-lurus dan seketika langkah cowok itu terhenti kaku di udara. Akibatnya, Quivera terjungkal dan menabrak seorang cewek.


"Sori. Sori," kata Quivera begitu menguasai diri. Untungnya, mereka tidak sampai terjungkal bersama dan berguling di tanah lapang.


"Rasain," bisik Shivera ketika melintas di sebelah Quivera. Senyum anggunnya terpasang sempurna dan tangannya berlipat di dada.


"Kamu nggak apa-apa?" Quivera mengabaikan saudarinya dan balik bertanya pada korbannya. Cewek itu menggeleng. Cepat-cepat dia berusaha melepaskan tangan Quivera yang menopang tubuhnya. "Nggak. Nggak apa-apa," katanya. Cewek itu menyeret temannya agar mereka segera pergi.


"Waw! Yang itu tadi keren!" kata teman cewek itu.


"Keren apanya?"


"Ditolongin cowok cool itu keren. Mereka berdua kenapa bisa cool begitu ya?"


Cewek tadi cuma menjitak kepala temannya lalu pergi.


Quivera mendengar percakapan itu. Senyum tipis mengembang di wajahnya. Cool? Cool bagi sebagian remaja jelas cara bersikap yang memesona alias keren. Tapi bagi Shivera dan Quivera, cool itu benar-benar dingin as it is. Dingin karena kemampuan mereka membekukan sesuatu lewat sentuhan dan tatapan.


Bagaimana mungkin? Apa yang tidak mungkin?Bukankah orang-orang terdahulu seringkali memperingati anak cucu mereka untuk tidak bermain-main dengan nama seorang anak?


Finn—ayah Shivera dan Quivera—pergi memancing ketika istrinya yang tengah hamil tua sedang tertidur. Dia tidak menduga kepergiannya disambut dengan badai salju tiada henti. Ketika kembali ke rumah, Vera—ibu Shivera dan Quivera—sudah meringkuk di lantai dan melahirkan kedua anak kembar mereka seorang diri.


Vera yang kelelahan melahirkan bertanya pada suaminya, "Siapa nama anak kita?"


Sedangkan Finn yang mengalami hipotermia dan tidak sepenuhnya sadar kedua anaknya telah lahir terus berteriak, "aku menggigil," dia mengembuskan napas yang beku ke udara, "tubuhku gemetar!" begitu berulangkali.


"Ya sudah, kasih mereka nama 'menggigil' dan 'gemetar'. Quivera," Vera menunjuk si bayi laki-laki, lalu tersenyum pada bayi perempuannya, "dan Shivera."


"Kamu gila ya ngasih nama anak kayak gitu?!"


"Kamu yang membuatku gila karena terus menyebut kata itu!"


Pertentangan Vera dan suaminya berakhir ketika pintu rumah mereka diketuk. Finn membukakan pintu dan mendapati dokter kandungan istrinya membawa serta seorang pria."Maaf kami terlambat. Hujan badai di luar menghambat perjalanan kami," kata dokter kandungan itu. "Apa istri Anda baik-baik saja? Perkenalkan ini Prof Ken—"


Profesor yang ingin diperkenalkan dokter kandungan itu sudah melesat mendekati Vera yang terduduk di lantai. "Astaga. Bayinya sudah lahir!" seru sang professor sambil berlutut di dekat Vera dan bayinya. "Kenapa kedua bayi ini dibiarkan tertidur di lantai yang membeku?"


"Membeku bagaimana? Penghangat ruangannya menyala dan pintu cuma dibuka sebentar waktu kalian datang. Mana mungkin membeku!" Finn berlutut untuk membuktikan ucapannya. Benar saja, kedua bayi itu tengah menggeliat dalam selimut tapi tidak menangis karena kedinginan. Keempat orang dewasa itu menjadi saksi keanehan. Begitu nama itu tersemat pada si kembar, keajaiban kecil juga tersemat kepada mereka.


Sentuhan Quivera menggigilkan dan tatapan Shivera menggetarkan. Hawa dingin selalu melingkupi keduanya di manapun berada.

oOo

NKTAKI - Nanti Kita Tahu Akhir Kisah IniWhere stories live. Discover now