Ceklek!
"Masuklah." Gusion mempersilahkan Lesley terlebih dahulu masuk ke dalam apartemen baru mereka.
Lesley menyeret kopernya hingga di samping sofa. "Gue--"
"Aku," sela Gusion. "Jangan pake gue-elo selain pada teman-temanmu."
Gusion mendekatkan wajahnya dengan wajah Lesley. "Well, karena mulai hari ini kau bukan sekedar teman untukku. Kau, Lesley Paxley, teman hidupku. Istriku."
"Mengerti?"
Lesley mengangguk kaku. Detak jantungnya terasa menggila ketika Gusion dengan sengaja mendekatkan wajah ke arahnya.
"Kita jalani pernikahan ini dengan serius. Yakinlah bahwa perasaan akan tumbuh seiring berjalannya waktu," ucap Gusion.
Lesley menatap Gusion dengan mata berkaca-kaca. "Aku mempercayai hal itu. Hanya saja ... hiks, seseorang pernah merusak kepercayaanku akan hal itu."
"Tapi tidak denganku," tegas Gusion.
Gusion merangkul pundak Lesley, kemudian memeluknya. "Aku berbeda dengan dia. Percayalah padaku, kau takkan pernah menyesali keputusan ini seumur hidup."
....
Ceklek...
Gusion keluar dari kamar mandi dengan keadaan topless. Cowok itu sibuk mengeringkan rambut dengan handuk sembari mencari kaos yang akan ia pakai.
"Wah, pemandangan yang indah untukku."
Gusion menoleh, mendapati Lesley berdiri di pintu kamar mereka sembari bersedekap. Cewek itu baru saja selesai memasak makan malam, bisa ditebak dari apron yang masih terpakai di tubuhnya.
"Kamu akan terbiasa dengan hal itu," ucap Gusion santai. "Tapi tolong, jangan meniru kebiasaanku."
Lesley tertawa. "Baiklah, akan kuingat itu."
Lesley hendak keluar dari kamar, tapi langkahnya terhenti ketika teringat dengan tujuan awal ia ke kamar.
"Makan malam sudah siap. Kita makan bersama?"
...
Lesley dan Gusion menikmati makan malam mereka tanpa suara. Hingga keduanya selesai, Lesley membereskan meja makan sementara Gusion menonton tv di ruang tengah.
"Ley."
Lesley menoleh. Cewek itu tidak jadi masuk ke dalam kamar karena Gusion memanggilnya.
"Sini, deh. Kita ngobrol dulu." Gusion menepuk sofa kosong disebelahnya.
Lesley terdiam. Cewek itu merasa harus melakukan sesuatu terlebih dahulu. "Em ... bentar, ya. Aku harus siapin keperluan buat sekolah besok."
Gusion mengerutkan keningnya. "Bukannya kita besok masih gak masuk, ya? Kata Mama, kita masuk hari Selasa."
"Kan besok aku mau ambil seragam sama nyerahin berkas-berkas kepindahanku, Gusion," ujar Lesley gemas.
"Masih besok, kan? Kalo bisa dikerjain nanti, kenapa harus sekarang, sih?"
Lesley menatap datar cowok -ekhem- suami nya itu. "Ya udah. Kita ngobrolnya nanti atau besok aja juga bisa, kan?" tantang Lesley.
"Ya udah, deh. Aku ngalah. Kamu siapin keperluan kamu biat besok dulu, baru kita ngobrol."
Gusion tersenyum senang. Cowok itu paling suka diajak berdebat. Dan mungkin, Lesley bisa menjadi partner atau lawannya dalam berdebat. Cewek itu seeprtinya pintar memutar balikkan ucapan Gusion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Come Back to Me
Fanfic[Slow update] Penyesalan selalu datang di akhir. Gusion tak menyadari bahwa kehadiran Lesley dihidupnya akan membawa dampak tersendiri untuknya. Dirinya yang baru mengenal cinta, harus terluka karenanya. Gusion terpuruk, melihat Lesley bersama cowok...