Dua

164 13 1
                                    

'Secangkir latté diperjalanan pulang.'

- - -

Jung Jefferey atau lebih akrab dengan sebutan Jaehyun ketika dia di Korea. tengah menunggu traffic light merah berubah menjadi hijau, kakinya mengetuk jalanan bosan, matanya sering kali melirik jam tangan hitam yang melilit dipergelangan tangan kirinya.

Hembusan nafas berat keluar dari sela bibirnya entah untuk keberapa kali, sudah waktunya dan ia terlambat.

Urusan kerjanya yang tidak bisa dibilang lenggang membuatnya sedikit kesusahan, tumpukan kertas di atas mejanya masih menanti untuk dikerjakan, namun ada sesuatu yang tidak bisa ia abaikan begitu saja, lebih penting dari kertas-kertas sialan yang jika ada kesalahan akan berujung menjadi sampah tak terbuang yang menumpuk diatas meja kerjanya.

"Cepatlah berubah." Gumam Jaehyun pelan mendongakan kepalanya menatap traffic light yang senantiasa berwarna merah.

Tiga puluh detik berikutnya Jaehyun bersyukur karena lampu sudah berubah menjadi hijau, mungkin jika tidak berubah Jaehyun akan menerobos jalanan walaupun ramai. Sesegera mungkin ia melangkahkan kaki panjangnya untuk menyebrang jalanan yang basah sisa hujan siang tadi.

Tidak peduli sepatu yang dikenakannya basah dan kotor terkena genangan air, Jaehyun berjalan cepat menuju tempat dimana seseorang pasti sudah menunggu setengah jam lamanya. Ya, orang itu pasti menunggunya, karena Jaehyun sendiri tidak akan membiarkan orang itu melangkahkan kaki walaupun hanya selangkah, jika bukan dirinya yang menjemput.

Langkah yang terburu-buru membuat Jaehyun beberapa kali menabrak bahu seseorang sehingga kerap mendapat makian dan umpatan, tapi semua itu Jaehyun abaikan, ada hal yang lebih penting dari pada melayani seseorang yang tidak dikenalnya tengah memaki, walaupun Jaehyun memang salah.

Matanya berkeliaran kesana kemari ketika sudah memasuki gerbang yang masih terbuka lebar dengan seorang satpam yang berdiri dengan sebatang rokok di sela jarinya, satpam itu tersenyum seraya menyapa Jaehyun sekilas, Jaehyun hanya mengangguk sebagai jawaban.

Jaehyun tersenyum ketika melihat siluet seseorang yang sangat akrab di penglihatannya dari kejauhan, orang itu tersenyum seraya melambaikan tangannya, segera Jaehyun mempercepat langkahnya setengah berlari, matanya tidak pernah lepas dari sosok itu.

"Maafkan aku." Dua kata pertama yang Jaehyun keluarkan ketika sudah berada di depan orang yang menunggunya. Jaehyun menundukan sedikit tubuhnya, mensejajarkan tingginya dengan orang dihadapannya, tangannya meraih tangan orang itu yang terasa dingin, Jaehyun semakin merasa bersalah, selama itu kah dia menyuruh orang spesialnya menunggu?

Seseorang dihadapan Jaehyun memiringkan kepalanya dengan alis yang mengerut, bukan tidak mengerti maksud Jaehyun, hanya saja dia tidak mau membuat Jaehyun semakin merasa bersalah. "Maaf untuk?"

Jaehyun terkekeh. "Maaf karena membuat kamu nunggu. Pasti kamu kesal ya? Wajah kamu murung dan tangan kamu jadi dingin begini karena lama nunggu saya. Maafkan saya." Tangan Jaehyun terulur untuk mengelus surai brunette lawan bicaranya, lalu membawa wanita itu kedalam pelukannya.

"Seharusnya ngga usah jemput, kalo lagi sibuk. Aku bisa pulang sendiri kok, lagian disini jalanannya selalu ramai." Jawabnya merasa sedikit canggung dengan sikap Jaehyun yang yang selalu saja berlebihan, seharusnya ia memahami Jaehyun dan tidak menunggu lelaki itu datang menjemput. Tapi, ia sendiri takut untuk melakukan itu, bukan takut penjahat atau hantu, ia justru takut Jaehyun akan marah seperti waktu itu.

"Siapa bilang? Bahkan ya, walaupun saya sedang sibuk hubungi saja, saya akan jadi seseorang yang selalu ada buat Diana Hwang. Jangan merasa sungkan, karna kamu prioritas saya." Jaehyun tersenyum, melepaskan pelukanya untuk melihat reaksi kekasihnya itu.

GISELLE - Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang