Tiga

90 8 0
                                    

Walaupun sudah dulu sekali tapi bekasnya akan selalu terlihat.

- - -

"Maafkan saya, untuk segala hal yang terjadi dimasa lalu, yang terjadi baru-baru ini, sekarang, bahkan dimasa depan, saya akan terus meminta maaf, maafkan saya, saya sudah gagal untuk menjadi yang terbaik bagi kamu." Jaehyun meraih kedua tangan milik Diana, merematnya kuat, matanya menatap tepat dimanik segelap malam yang indah untuk dipandang. Bahkan Jaehyun tidak pernah merasa bosan menatapnya, selalu indah dan menjadi favorite nya.

Diana membolakan matanya, kakinya otomatis mundur selangkah, bibirnya terbuka kemudian tertutup rapat, tidak bisa mengeluarkan sepatah kata sekalipun, lidahnya kelu untuk sekadar membalas kalimat yang Jaehyun lontarkan. Diana tidak pernah membayangkan ini sebelumnya, bukan ini jawaban yang ingin Diana dengar, lebih baik jika Jaehyun memakinya! Bukan malah meminta maaf tentang pengakuan jahat Diana.

Terlalu tiba-tiba, sehingga Diana tidak bisa untuk memberi tanggapan secara langsung dan cepat, otaknya bekerja cenderung lambat. Dalam hati, Diana merutuki dirinya yang bisa-bisanya selalu menjadi bodoh dihadapan Jaehyun, dirinya merasa tertampar mendengar jawaban tak terduga Jaehyun.

Angin kencang berhembus menerpa tubuh keduanya, membuat geraian rambut Diana ikut tertiup searah angin, begitu juga dengan surai coklat terang milik Jaehyun yang melambai-lambai, mengacak tatanan rambut Jaehyun yang selalu tersisir rapi berbentuk apple hair.

"H-huh?" Akhirnya hanya satu kata itu yang keluar dari sela bibir semerah darah Diana. Matanya mengerjap beberapa kali, matanya bergerak kekiri dan kekanan gelisah, membuat Jaehyun mengencangkan genggaman tangannya pada Diana untuk mendapatkan fokusnya.

"Diana?"

Berhasil, Diana menatap Jaehyun dengan takut-takut dan terkesan ragu, alisnya saling bertauan dan mengerut, telapak tangannya berkeringat dalam genggamam Jaehyun.

"A-aku tidak mengerti." Gagap Diana setelah menelan air liurnya yang kering.

"Apapun, tanyakan apapun yang tidak kamu mengerti Dy, maka saya akan membuatnya jelas untukmu. Seharusnya saya yang bilang begitu, saya tidak mengerti dengan keinginanmu yang sama sekali jauh dari pikiran saya." Jaehyun maju selangkah, mengikis jarak diantara mereka, tangannya berpindah pada lengan Diana.

"Jangan seperti ini, aku rasa semuanya sudah j-jelas. Kita berakhir tanpa adanya perasaan yang tersisa." Diana berucap gugup, aura Jaehyun seram bukan main dan Diana merasa terintimidasi sekarang.

"Ada, kamu ada!" Bentak Jaehyun tanpa sadar, ia menggoncang tubuh Diana pelan, tangannya yang berada dilengan Diana mengerat, menyalurkan betapa kesal, marah, sedih, kecewa dalam hatinya.

Diana terkejut dengan bentakan Jaehyun, ini pertama kalinya Jaehyun membentaknya, pertama. Tapi tidak berapa lama Diana mendengus, sudut bibirnya terangkat. "Apa? Katakan padaku, karena dalam hatiku namamu saja sudah tidak ada." Diana mengalihkan pandangannya, kemana saja asal tidak pada manik terang Jaehyun. Bohong! Perkatannya penuh kebohongan, karena ketika bibirnya berucap demikian, hatinya terasa seperti tersayat pisau.

Jaehyun menarik Diana kedalam pelukannya, pelukan hangat yang membuat Diana selalu merasa aman, tenang, dan bahagia yang berhasil menggelitik kedalam hati. Sayangnya Diana berusaha sekuat mungkin menyangkal semua itu, otaknya menyangkal rasa nyaman itu, sedangkan tubuhnya tetap diam menikmati pelukan Jaehyun, dan hatinya berdenyut sakit, tenggorokan Diana tercekat setiap perkataannya tertahan diujung lidah.

"Oleh karena itu maafkan saya, jangan seperti ini, saya bahkan tidak bisa membayangkan hidup tanpamu setelah lamanya kebersamaan kita. Apa kamu tidak pernah memikirkan sampai kesana? Apa kisah cinta kita sebercanda itu? Apa cintaku bahkan tidak kamu rasakan walaupun seujung kuku? Apa ketulusanku tidak pernah sampai dihatimu? Enam tahun Dy, dan ketika satu langkah menuju pernikahan kamu membatalkannya begitu saja? Mengapa tidak bilang langsung jika kamu bosan? Mengapa harus melalui Mama?" Jaehyun menangis dan Diana menyadari itu karena pundaknya terasa basah dan hangat, bohong jika hati Diana tidak ikut sakit melihat lelaki yang selalu terlihat kuat dan gagah manjadi lemah seperti ini.

GISELLE - Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang