Chapter 5

2.4K 291 29
                                    

"... Kit, Kit.."

"Eh, gimana Mike, gimana?"

Mike berdecak kesal. Chat dengan siapa sih temannya ini dari tadi diajak ngobrol malah sibuk main hape.

Saat ini dua pasang sahabat itu sedang di meja taman untuk mengerjakan makalah mereka.

"Gun kemana sih, bete gue ngobrol sendiri mulu. Dari tadi lu main hape sambil senyam-senyum nggak jelas." Keluh Mike.

"Ya sorry, gue lagi ada perlu sama orang nih. Gun juga paling bentar lagi dateng. Ngasih tugas doang kan dia?"

Mike mengangguki perkataan Krist. Setelahnya Krist melepas hape karena merasa dipandangi intens oleh Mike.

"Kenapa lu?" Tanya Krist.

"Kit, udah hampir tiga semester lho.."

Krist diam. Dia paham arah obrolan Mike kali ini.

"Lu nggak pingin coba dulu gitu?" Lanjut Mike.

Krist melayangkan pandangan gagal pahamnya. "Coba gimana maksud lu?"

"Ya.. coba sama gue. Lu sama gue pacaran. Sebulan aja, eh nggak, seminggu aja gitu. Siapa tau ngeklik kan bisa dilanjut. Kalau nggak ya udah putus."

Krist melongo parah mendengar saran sahabatnya itu. Yang benar saja?

"Gila lu. Dikata kumon apa pake coba-coba segala." Ujar Krist.

"Ya kan mastiin perasaan lu ke gue aja Kit. Jujur gue masih suka sama lu. Masih sedalem dulu."

Krist menghela nafas. "Mike, buat gue lu sahabat yang baik. Tapi buat ke tahap yang lebih, gue nggak bisa. Lu mungkin udah suka ke gue hampir tiga semester, tapi gue juga udah berusaha ngeyakinin lu kalau gue nggak akan bisa pacaran sama lu selama itu juga. Dari awal kan gue wanti-wanti sama lu buat lupain perasaan lebih lu ke gue?"

Mike hanya menunduk menatap lantai. Niatnya ingin mengutarakan perasaan (lagi) malah diceramahi panjang kali lebar begini.

Tak lama Gun datang dengan sekresek ciki beraneka merk.

"Hai sobb.. lah kok pada diem. Kenapa nih?" Raut ceria Gun berubah bingung mendapati keterdiaman antara Mike dan Krist.

Krist yang merespon dengan gelengan. Kemudian si manis itu berdiri dari duduknya membereskan buku dan alat tulis untuk kemudian pamit.

"Gue duluan ya. Udah ditungguin orang."

Belum sempat Mike dan Gun merespon Krist sudah berjalan meninggalkan meja mereka menuju seseorang yang menunggunya dengan motor di depan fakultas ekonomi.

"Loh, itu bukannya Singto?" Tanya Gun entah pada siapa.

Mike menoleh. "Singto siapa? Anak Hukum temennya Tay itu?"

"Iya. Belakangan ini kayaknya mereka lagi deket. Tiap abis futsalan pasti baliknya bareng." Jelas Gun.

Mike mendesah sedih. "Pantes sekarang si Kit udah nggak pernah minta  jemput ke gue lagi."

"Gun, kok jadinya gini sih?" Lanjut Mike.

"Gini gimana?"

"Padahal kan gue yang lebih deket ke dia, kok malah si Singto-Singto itu yang dia pilih."

"Lu pikir milih pacar pake sistem zonasi, dilihat dari yang paling deket segala?"

Mike tak mempedulikan candaan Gun barusan. "Sakit tau Gun."

Gun memutar bola matanya malas. "Iyalah sakit. Namanya juga lagi patah hati."

"Pantes dulu Oab sampe hampir nelen Soklin pas denger berita lu jadian sama Off." Gumam Mike lirih.

"Hah? Gimana, gimana??"










....





Semenjak diajak hunting foto ke pantai waktu itu, kini Krist dan Singto jadi semakin dekat. Apalagi setiap minggu mereka punya jadwal jalan bareng setelah selesai futsal. Mulai dari movie date, meal date, atau sekedar jalan-jalan memutari kota dengan motor Singto.

Seperti siang ini, Singto mengajak Krist membantunya menyiapkan acara kejutan ulang tahun untuk sang ayah.

Sudah jadi tradisi Singto akan pulang setiap hari ulang tahun ayahnya untuk merayakan bersama. Karena di rumah ayah Singto hanya seorang diri. Singto yang anak tunggal harus kuliah dan tinggal di kost, sedangkan ibunya sudah meninggal.

Untuk tahun ini Singto berencana pulang ke rumah dengan mengajak Krist. Modusnya sih minta bantu menyiapkan kejutan.

"Kita ke toko kue dulu, ya." Ajak Singto saat motornya tengah melaju.

Krist mengangguk. "Gue ngikut ajalah."

"Eh tapi lu emang udah nyiapin kado?" Tanya Krist.

"Udah kok tenang. Udah gue bawa malah."

"Terus gue enaknya ngasih apa dong?"

"Buat apaan?"

"Ya buat kado ke bokap lu lah. Masa gue ke rumah lu tangan kosong doang. Nggak enak njir.."

Singto terkekeh ringan. "Nggak usah deh.. Kaya ultah bocah aja. Lu dateng aja pasti bokap udah seneng, karena gue nggak pernah ajak temen balik ke rumah."

Krist yang dengar kok jadi ge-er ya? Jadi dia yang pertama?

"Beneran nggak apa-apa?"

"Iya, beneran Kiiiit.."

"Eh.."

"Boleh kan gue panggilnya Kit aja kaya temen-temen lu yang lain?"

"Mm.. boleh kok. Nggak masalah."

Akhirnya motor Singto berhenti di depan sebuah toko kue. Dari luar saja aroma kue yang baru keluar dari oven sudah sangat menggugah selera.

"Masuk yuk." Ajak Singto.

Keduanya berdiri melihat-lihat di depan etalase toko yang menyajikan berbagai jenis kue dan roti. Banyaknya varian membuat keduanya bingung menentukan pilihan.

"Pilih yang mana?" Tanya Singto.

Krist mengerutkan dahi. "Kok tanya gue? Emang bokap lu sukanya apa?"

"Bokap suka cokelat. Enaknya yang mana menurut lu?"

Krist memasang pose berpikir. Mengetuk dagu dengan telunjuknya. "Mmm.. black forest aja gimana? Cokelatnya enak tuh."

"Black forest tuh yang mana?"

"Ini nih." Krist menunjuk kuenya dari luar etalase.

"Ohh. Yaudah panggil mbak nya dulu. Mbak!!"

"Iya mau yang mana mas?"

Seorang perempuan berkulit karamel dengan rambut dikucir satu mendekati keduanya. Singto berbalik menatap si perempuan pramu toko.

"Lho, Singto?"

"Eh, mbak Pin?"

....... -Krist yang tak paham apa-apa







Bersambung....








Ini masih ada yang baca kan ya? 🙄🙄🙄

Vote komen yuk ah 🙏

Sorry for typo and thankyou 😉

FUTSAL (Peraya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang