Chapter 6 (End)

3K 319 87
                                    

"Lho, Singto?"

"Eh, mbak Pin?"

Singto tersenyum ramah pada si perempuan pramu toko kue yang menatapnya berbinar. Seolah lupa Krist di sampingnya yang melihat penuh tanya pada interaksi keduanya.

"Nggak kuliah?" Tanya si perempuan yang dipanggil Pin.

"Udah pulang, mbak. Ini mau ke rumah ayah." Jawab Singto.

Pin mengangguk. Meneruskan tatap pada Krist yang masih melongo imut.

"Ini, pacar kamu?" Pin menunjuk Krist.

Singto tersadar. Menoleh pada Krist lalu kembali ke Pin untuk menggeleng. "Belum, mbak."

"Belum?" Ini Krist yang bertanya.

Singto tak menjawab. Malah tersenyum misterius pada si manis.

"Kit, kenalin ini mbak Pin, tetangga deket rumah ayah. Dan mbak Pin, ini Krist, capar."

"Capar apaan?" Tanya Pin yang sebenarnya juga dari Krist. Meski si manis cuma diam.

"Calon pacar, mbak." Dijawab dengan cengengesan di akhir kalimatnya.

"Dihh.. apaan sih." Respon Krist cuek.

"Kalian cocok kok. Oh ya mau yang mana kuenya tadi?" Pin.

"Yang ini aja mbak, satu." Singto menunjuk kue black forest di dalam etalase.

"Ok. Mau pake angka sama ucapan juga?"

"Pake dong, mbak."




....



Di tengah perjalanan seusai membeli kue, Singto merasakan seseorang di boncengannya mulai mengantuk. Makanya dia coba memulai pembicaraan berharap Krist tetap terjaga.

"Kit, ngantuk?" Mulai Singto.

Krist menggeleng tapi meletakkan dagunya di bahu kiri Singto. "Lagi mikir aja."

"Mikirin apa?"

"Mbak yang tadi. Kalau dia emang tetangga lu berarti tempat kerja dia jauh dong dari rumahnya?"

"Oh, mbak Pin?" Singto mengedik bahu geli karena Krist menganggukkan kepalanya di sana.

"Dia tuh single mom. Harus ngehidupin anaknya satu sendirian. Belum lagi orang tuanya dia juga udah nggak kerja. Makanya dia kerja keras banget." Jelas Singto.

Krist mengernyit. Kepo juga dia lama-lama. "Emang lakinya kemana?"

"Nggak ada."

"Lah, kok bisa punya anak?"

Singto tersenyum memperhatikan Krist yang menunjukkan rasa ingin tahunya seperti bocah.

"Bisa lah. Dia dulu jadi TKW di Malaysia sampe ngga pulang bertahun-tahun. Eh giliran pulang malah udah hamil tapi nggak ada yang tanggung jawab."

"Yang ngehamilin orang sana?"

"Katanya sih majikannya di sana. Dan pas dia ketauan hamil, dia malah diusir sama majikannya itu. Kasihan ya dia."

Krist mengangguk lagi. "Tadinya lu aja yang nikahin. Itung-itung lu nambah pahala kan bantuin orang." Ucapnya asal.

"Kalo gue nikahin mbak Pin terus ntar yang nikahin lu siapa dong?"

"Mario Maurer."

"Jiahh, gue aja lebih ganteng dari Mario Maurer."

"Pede amat lu, Bambang."

Belum juga sempat Singto menanggapi ucapan sarkas Krist, motor mereka berhenti tepat di sebuah rumah berpagar putih milik Singto.

Keduanya turun. Krist mengikuti Singto masuk setelah Singto membuka pintu gerbang dan memasukkan motornya.

FUTSAL (Peraya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang