Setelah Ibu meninggal, Mas banda terlihat lebih sering di kamarnya sendirian. Jarang sekali aku melihat mas Banda mengobrol dengan Ayah atau bahkan sekedar mengucapkan selamat pagi pun tidak. Setiap harinya aku hanya melihat dia keluar dari kamarnya saat dia akan pergi ke kampus. Bahkan Kadang aku merasa penghuni rumah ini Hanya aku dan Ayah saja. Aku sangat hawatir dengan keadaan Mas banda, apakah mungkin dia sangat terpukul dengan perginya Ibu?, entahlah.
Malam itu aku sengaja mendatangi kamar mas banda karna rasa hawatirku.
"(tok tok tok) mas...mas Banda" aku mengetuk pintu kamar Mas Banda
"Kenapa ven?" Dengan nada ketusnya
"Aku pengen ngobrol mas, boleh ga?" Jawabku dengan aga gemetar
"Masuk aja ga dikunci"
Dengan tubuh kekarnya aku melihat dia memakai kaos singlet putih dan boxer birunya sedang asik main ps. Setahuku Mas Banda memang atlet gymnastik sejak dari SMA, bahkan sekarang dia masuk universitas jurusan olahragapun berkat prestasi yang didapatkanya sewaktu SMA. Tak heran tubuhnya masih sama atletisnya seperti dulu.
"mas ga kedinginan apa ac nyala trus cuman pake singlet doang?" Tanyaku sedikit heran
"udah ga usah urusin gua deh, mau ngomong apa lu?" Seperti biasanya dengan nada juteknya itu
"ngga mas, Ayah hawatir loh ama mas Banda. Ga pernah keliatan makan malem bareng di bawah udh beberapa minggu ini. Jadi aku disuruh Ayah nannyain keadaan kamu, takutnya ada apa - apa gitu" ucapku aga tegas, padahal sedikitpun Ayah tidak pernah menannyakan tetang mas Banda kepadaku
"serius lu Ayah nannyain gua?" Tanyanya heran
"iya lah Mas masa aku bohong sih, ngapain amat" jawabku sambil bergegas meninggalkan kamarnya
"heh bentar mau kemana lu?"
"kenapa mas?" Tanyaku
"ah ngga deh, kaga jadi!" Imbuhnya
"...." Tanpa menjawabnya aku segera menutup pintu kamarnya dan masuk ke dalam kamarku.
Keesokan harinya sekitar pukul 6 sore, ayah baru pulang dari kantornya. Aku yang saat itu sedang memasak makanan seadaya untuk makan malam kami tiba - tiba ditegur oleh Ayah.
"Al masak apa kamu hari ini?" tanya ayah
"ga macem - macem yah, kaya biasanya aja masak kangkung, telor dadar sama ayam goreng" jawabku
Al, memang di keluarga ini Hanya Ayah saja yang memanggil ku dengan panggilan Al, entah kenapa.
"panggil deh si Banda turun ya, kita makan bertiga. Udah lama juga ayah cuman liat dia pergi ke kampus aja. Ga pernah makan malem bareng" Suruh ayah
"iya yah tar aku panggil"
Waktu makan malampun tiba, tak disangka mas Banda turun dan duduk di meja makan tanpa harus aku menetuk pintu kamarnya. Aku merasa sedikit lega karna bisa melihat anggota keluargaku dalam satu meja. Walaupun memang Mas Banda terlihat cuek seperti biasanya, menjawab pertanyaan Ayah pun Hanya seperlunya.
Semenjak itu sikap mas Banda sedikit demi sdikit berubah, dia terlihat lebih sering meluangkan waktunya di ruang keluarga bersama aku dan ayah walaupun Hanya sekedar menonton netflix bersama.
Kemudian suatu malam
"Ven, pijetin aku dong, pegel banget badanku abis latihan hari ini" Mas Banda menyuruhku sambil berdiri depan kamarku
"taran mas, aku mau ngerjain tugasku dulu" jawabku aga ketus
"yaelah bentaran doang, cepetan gw tunggu di kamar ya" dengan nada jutek khas mas Banda
"iyah deh tar aku kesana"
Aku sedikit heran karna tidak biasanya Mas Banda memintaku untuk memijatnya. Tapi karna akupun tidak bisa menolak permintaanya, aku segera mencari olive oil yang biasa aku pakai memijat ayah, dan langsung bergegas ke kamar mas Banda.
Sesampainya di kamar mas banda, aku sudah melihat dia membuka bajunya dan Hanya menggukan boxer birunya sedang memainkan hp.
"Mas jadi ga nih mijetnya?" Tanyaku dengan malas
Tanpa banyak bicara mas Banda tidur dengan posisi terkurap dan menaruh hpnya.
Baru Sekarang aku sadar kalau tubuh mas Banda tidak seperti dulu. Tubuhnya sekarang makin kekar, makin terlihat ototnya walaupun hanya dengan aku melihatnya dari belakang. Mungkin karna dia sekarang sudah terfokus latihan gymnasticnya.
Tak banyak bicara, aku segera mengusapkan minyak zaitun itu pada bagian punggung mas banda. Terasa sekali otot - otot keras mas Banda di telapak tanganku, kulitnya yang terasa Mulus untuk seukuran laki - laki membuatku tidak risih untuk memijat mas Banda.
Aku memulai pijatanku dari daerah tengkuk, bahu dan kemudian bagian punggung serta pinggang. Sesekali aku merasakan mas Banda menggeliat kegelian ketika aku memijat bagian pinggang. Aku baru tau kalau mas Banda se sensitif ini, aku fikir dia tidak gampang geli. Dengan berniat iseng, aku sengaja aga meggelitik bagian pinggang mas Banda, dan terlihat mas banda sedikit menggelinjang.
Kemudian aku beralih memijat bagian paha mas Banda, tanpa bertanya aku lalu menggulung bagian bawah boxer biru itu ke arah lipatan pantat. Mas Banda tidak ada protes apapun saat itu, mungkin dia mengira itu hal yang wajar, padahal aku sengaja melakukanya agar paha mas Banda yang kekar terlihat dengan jelas. entah kenapa aku melakukan hal itu, padahal sebelumnya aku sama sekali tidak pernah memperhatikan tubuh mas banda walaupun memang dia sering sekali tidak memakai baju di rumah.
Dengan rasa berdebar aku memijat bagian paha yang kekar itu, sesekali aku memijat melebihi bagian paha atas mas Banda dengan tujuan bisa sedikit meraba pantat mas Banda, dan saat itu pula aku sadar kalau mas banda tidak memakai celana dalam. Aku menjadi semakin liar, jantungku terasa memompa darahku lebih cepat. Dengan kedua tanganku aku langsung memijat bagian paha kiri dan kanan mas banda bersamaan, dengan mengusapnya dari bagian lipatan lutut ke arah pantat bawah dengan lembut dan perlahan. Tidak ada sepatah katapun terucap dari mulut mas banda, aku hanya melihat dia sedikit menggelinjang dan seolah - olah menahan sesuatu. Seolah gayung bersambut, akupun memberanikan diri memasukan kedua tanganku ke dalam boxer biru itu dari bagian paha. Terasa di telapak tanganku bagian pantat mas banda yang padat, dengan perlahan aku pijat memutar dan masih saja tidak ada perlawanan apapun dari mas Banda, malah perlahan aku mendengar desahan pelan keluar dari mulut mas Banda. Kemudian tiba - tiba aku mendengar mas Banda bicara padaku,
"masukin jari lo ven..." dengan suara terlebut yang pernah aku dengar keluar dari mulutnya
Dengan perlahan aku pun menyentuh bagian lubang pantat mas banda dan mengusapnya dengan memberikan sedikit tekanan. Seketika itu pula mas Banda mendesah sejadi jadinya. Kesan jutek, cool dan berwibawa seketika itu pula runtuh.
"anjing...ven cepet masukin Jari lo.."pinta mas Banda sambil terengah keenakan
Seketika itu pula aku tersadar dari nafsu birahiku. Aku terkaget, aku merasa seakan perutku melilit.
"Mas maaf mas, aku udah kelewatan... maaf mas" dengan itu pula aku langsung lari ketakutan keluar langsung menuju kamarku dan menguncinya.
Dengan tangan masih penuh dengan olive oil aku hanya bisa diam menyender dibalik pintu kamar dan terdiam.
"begooo, apa yang aku lakuin.. gimana kalau Ayah tau tentang ini.. bagoooo vendra begooo" bergumam dalam hati.
YOU ARE READING
Jangan Bilang
RomanceSeorang laki - laki yang terjebak dalam drama Keluarga, yang membuatnya merasa bersalah namun dia menikmatinya secara bersamaan. Seorang laki - laki yang baru merasakan apa itu kenikmatan dunia.