then.

117 15 13
                                    

Entah sudah berapa lama waktu yang terlewati sejak Yerim duduk di ruang tengah yang luas ini. Sebagian dirinya menyesal tidak mengiyakan tawaran Sooyoung eonnie untuk menemaninya di sini. Tapi bila Sooyoung eonnie ada, tujuan utamanya tak akan dengan utuh tersampaikan.

Hening menyelimuti ruangan yang biasanya dipenuhi kegaduhan khas para member BTS.

Petugas keamanan yang mempersilakannya masuk sudah kembali berjaga di sisi luar gedung. Begitupun dengan pengurus rumah tangga yang biasa datang tiap sore. Bibi Ah Yoon. Wanita paruh baya dengan tubuh gempal, rambut yang sebagian besar memutih namun ramah dan memiliki tatapan menenangkan. Ia sempat memeluk Yerim saat gadis itu datang. Bibi Ah Yoon membisikkan rasa rindunya pada Yerim dan berharap ia dan Jungkook bisa sedekat dulu.

Iya, dalam beberapa kesempatan singgah ke Dorm kekasihnya, Yerim sudah bertemu dan berkenalan dengan beliau. Dan dari gesturnya terlihat ia sangat suka Yerim singgah. ‘Kau membawa warna yang baru di tengah bocah-bocah ini, Yerimmie. Sering-seringlah berkunjung..’ begitu Bibi Ah Yoon bilang suatu kali.

Yerim menghela nafas sambil menyeka aliran air mata yang perlahan menetes. Sungguh, ia pun rindu. Namun kenyataan tidak memungkinkan.

Sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya sesaat lalu, manajer Sejin mengabarkan mereka telah di perjalanan setelah makan malam bersama staf BigHit dan hampir sampai ke dorm.

Tidak berapa lama dari itu, suara elektronik terdengar dari pintu masuk yang terbuka, disusul keriuhan yang biasa Yerim dengar bila seluruh member Bangtan bersama.

Mata Yerim refleks terpejam, dalam hati berbisik, menguatkan dirinya melakukan ini. ‘sudah terlalu lama..’ batinnya.
Tawa dan teriakan para member BTS sekejap terhenti saat menemukan sosok Yerim berdiri di ruang tengah, tersenyum tipis, membungkuk hormat sambil memeluk mantelnya.

Yoongi yang pertama bersuara, “Yerim-ah.. ada apa? Kenapa bisa ada di sini?”

“Sejin oppa memberi izin aku masuk. Aku harap tidak apa-apa..”

Jin dan Jimin terlihat menggaruk kepalanya, canggung. Yerim melihat Jungkook berdiri tersembunyi di belakang Hoseok, sementara Taehyung di sampingnya, merangkul bahu pria itu. Saat tatapan Yerim jatuh padanya, tangan Taehyung reflek turun dan perlahan menjauh dari sisi Jungkook.

“Bila tidak keberatan aku ingin berbicara dengan Jungkook oppa, berdua saja..”
Hening menyelimuti beberapa saat. Yerim dapat merasakan tatapan Jungkook mengeras. Tidak suka. Pengetahuannya terhadap reaksi Jungkook kadang membuatnya takut sendiri, ia kadang merasa mengenal pria itu lebih dari memahami dirinya sendiri.

Namjoon menoleh sejenak ke arah Jungkook sebelum akhirnya menjawab, “kami akan meninggalkan kalian di sini. Member yang lain akan ke kamar masing-masing, kurasa.. Guys..”

Satu per satu member BTS beranjak. Yoongi yang pertama berlalu, tanpa berkata apa-apa lagi, hanya mengangkat bahunya pelan.

Sementara member lain membisikkan sesuatu ke arah Jungkook sebelum menjauh, Namjoon mendekat ke sisi Yerim, mengacak rambut di puncak kepalanya lembut, “terima kasih, Yerim.. apapun hasilnya nanti, ketahuilah kami tetap menyayangi kalian berdua. Dia memang kadang-kadang suka agak bodoh perihal cinta.. well, siapa yang tidak..”

Namjoon melirik Jungkook sesaat—Jin sedang berdiri di hadapan member termudanya, entah memberikan wejangan apa—sebelum melanjutkan, “kalian sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan.. well, dirimu setidaknya.. baik-baik tanpa kami di sini, oke?”

Yerim tersenyum, “terima kasih oppa, aku harap aku bisa..”

Jimin adalah orang yang terakhir pergi. Ia menepuk pundak Jungkook sebelum melempar pandang ke arah Yerim, memberi senyum, mencoba menenangkan gadis itu.

How Can I Love the Heartbreak, You're The One I LoveWhere stories live. Discover now