The future

54 5 0
                                    

Memang tak sedarah, namun kami sehati. Kasih sayang yang ku beri adalah murni, jadi jangan coba-coba sentuh putriku!

•••••••••


~♥~-Atreus pov's

Langit biru tua menyelimuti bumi ditemani gemerlap bintang yang indah disana. Membentuk berbagai bentuk lambang Zodiak sehingga terlihat menakjubkan dan tentunya amat memanjakan mata.

  Aku menatap kagum pada langit yang begitu mempesona, aku tidak menyangka kalau didalam hutan yang kata orang-orang sangat berbahaya ternyata didalamnya penuh kejutan, dimana aku tidak bisa menemukannya dikerajaan yang hanya berisi perbudakan, pelelangan gadis-gadis, pajak rakyat melonjak naik sehingga menyebabkan kemiskinan melanda.

Semua itu terjadi karena ibuku ratu Faye sedang sakit parah sekarang hingga membuat bangku kerajaan kosong sementara, yang beberapa bulan lalu diduduki (Dikuasai) oleh ratu Nut-kakak ibuku

"Hei...?" 

"Kau melamun?" Tanya Asena seraya melambaikan tangannya tepat didepan wajahku.

Aku menggeleng padanya kemudian menatap kembali langit-langit dengan tatapan kosong,
"Aku tidak melamun Asena." Jawabku mengelakkan

"Tapi kau tidak mendengalku belbicala dali tadi." 
Ucapnya dengan bibir manyum kedepan yang membuatku ingin tertawa. Mengapa dia lucu sekali?

Aku menutup mata mencoba menikmati angin yang menyentuh seluk besuk tubuh. Kemudian melihat hamparan rumput disana yang sangat luas, membuatku enggan pulang nantinya. Aku tersentak kaget ketika kepala Asena bersandar dibahuku dengan nyaman, bahkan matanya mengikuti kearah pandanganku seolah ingin melihat apa yang aku lihat sekarang.

"Kau menginapkan?" Tanya Asena yang ku jawab anggukan.

"Bagus! kalena malam ini akan ada peltunjukan...tunggulah sebental lagi." Serunya dengan mata yang berbinar-binar membuatku tersenyum, entah mengapa kalau melihat Asena tersenyum maka sontak aku pun ikut menarik sudut bibir. Ia pun masih terlihat nyaman bersandar.

Mungkin tidak apa-apa untuk menginap sehari disini atau bahkan lebih lama. Karena ketika mengantar Asena pulang kerumah lalu ingin bergegas pergi, mendadak aku diajak untuk menginap oleh ayahnya Asena yang bekerja sebagai pemotong kayu.

Ayahnya masih sangat muda namun aku belum melihat bagaimana rupa ibunya. Aku sangat yakin pasti sangat cantik, karena anaknya saja secantik ini apalagi wanita yang sudah melahirkannya.

"Asena...?" Panggilku

"Huh? Ada apa?"
Jawab Asena tanpa menoleh kearahku

"Dimana ibumu?"

Ia tak menjawab namun memalingkan wajahnya kearahku kemudian melengkungkan bibirnya membentuk sebuah senyum yang indah lalu menunjuk langit-langit. Aku tak mengerti, ingin bertanya maksudnya tetapi ia sudah menjawab duluan.

"Dia ada disana, melihat, melindungi dan menyayangiku dari kejauhan." Ucapnya lirih
"Kadang aku bisa mendengalnya memanggil namaku lewat angin dan membelaiku dengan kasih sayang lewat mimpi yang telasa nyata." Lanjutnya membuatku terus mendengarkan.

Aku sadar kalau yang dimaksudkan Asena adalah tentang ibunya yang sudah meninggal namun ia masih menganggapnya hidup dan menjaga dirinya. Entah mengapa ada rasa sesak di dada yang sulit untuk dijelaskan lewat lisan.

"Bagaimana ibumu? ahhh latu Faye? Apa dia selalu ada untukmu?" Tanyanya balik padaku membuat helaan nafas berat terdengar begitu menyimpan beban.

"Ibuku seorang ratu paling disayang rakyatnya, aku dan papa. Namun semenjak ibu sakit, ayah pergi dan tahta yang kosong di isi oleh bibi Nut. Kini kerajaan sedang mengalami krisis ekonomi." Jelasku

Queen Of DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang