Awas typo!!
" bapak manggil saya? " ucap jimin, memasuki ruang kepala sekolah.
" jimin, bapak hanya bisa berharap kepadamu. Kamu sebagai ketua kelas tolong atur kelasmu. Jangan sampai anggotamu mengganggu kelas lain " ujar pak choi.
" kita gak mengganggu kelas lain, mereka saja yang merasa terganggu " balas jimin berjalan duduk di sofa tanpa di persilakan.
" banyak guru-guru yang melapor pada saya bahwa kelas kamu benar-benar mengganggu pelajaran "
" kan saya sudah bilang tadi, kita gak ganggu kelas lain "
" tapi mereka merasa terganggu dengan ulah kelasmu jimin!. Saya bukannya tidak suka sama kalian tapi saya peduli. Saya hanya tidak ingin kelas kalian di anggap buruk ". Helaan keluar dari mulut pak choi.
" Kau sebagai ketua kelas seharusnya bisa membimbing mereka, mengajarkan mereka bagaimana menjadi siswa yang disiplin! " sambungnya.
" bukannya itu tugas bapak? " tanya jimin menaikkan satu alisnya.
" jaga ucapanmu jimin!! " bentak pak lee yang juga berada di sana.
Jimin memutar bola matanya malas. Tak menghiraukan ucapan pak lee, ia beranjak dari duduknya. " bapak masuk kelas saya saja gak pernah sok peduli ngatur ngatur segala, yang bapak pedulikan kan cuman uang. Jadi gak usah sok peduli sama kelas saya! ". Bantingan pintu dari jimin tanda percakapan talah usai.
Halaan nafas kembali terdengar dari mulut pak choi.
" saya akan ke kelas XI IPA 1 "
" jangan dengarkan perkataan jimin tadi pak. Biar saya yang akan mengurus kelas XI IPA 1 "
" oh jadi pak lee mau menjadi wali kelas mereka? "
" ah- itu " tanpa menunggu jawaban dari pak lee, pak choi bergegas keluar ruangan menuju kelas XI IPA.
-
Setelah sampai di kelas kapal pak choi di buat kaget dengan pintu kelas yang di tutup rapat, sebenarnya apa yang mereka lakukan?. Pak choi membuka pintu dengan perlahan ia takut akan mendapatkan hadiah prank ketika membuka pintu.
Mulutnya menganga matanya melebar ia kaget dengan apa yang ia lihat.
Sebenarnya apa alasan kelas XI-IPA 1 di sebut kelas kapal(?) Lebih bagus di sebut gudang daripada kelas. Meja dan kursinya tak beraturan, dindingnya penuh dengan coretan, banyak kertas berserakan, papan tulisnya pun turun kebawah,
Posisi penghuninya juga berantakan. Ada yang duduk di meja, ada juga yang duduk di lantai. Lalu apa guna kursi di sana.
" sebenarnya apa yang kalian inginkan?! " semuanya serentak menoleh ke depan tempat seseorang yang kini menatap tajam ke arah mereka, namun hanya berlaku beberapa detik.Merasa tak di hiraukan pak choi kembali bersuara " APA KALIAN TIDAK DENGAR ?!! " suaranya meninggi emosinya semakin memuncak melihat para siswa di depannya kembali tak menghiraukannya.
" Kamu yang coret coret tembok " gadis yang dipanggil itu menoleh dan mengangkat satu alisnya tanpa berniat menjawab " berhenti mencoret tembok dan kembali ke bangkumu! " bukannya berhenti gadis itu malah acuh tak peduli.
" saya bilang kembali! "
" yoo " gadis itu menoleh bukan, bukan pak choi yang memanggil melainkan sang ketua kelas.
" apa? "
" sini duduk " yooa membelalak lucu bisa bisanya jimin nyuruh dia duduk. Apa jimin takut dengan pak choi.
Yooa perlahan duduk di sebelah jimin, ia menatap jimin meminta jawaban.
" gambarnya di sini aja " jimin menunjuk meja yang berada di depannya.
Pak choi yang mendengar itu kembali tersulut emosi setelah beberapa detik tadi meredam.
" kau seharusnya melarang jimin!! ". sahut pak choi
" kau ini benar benar "." Saya minta kalian semua berdiri dan kembali ke tempat kalian masing masing sekarang " ucap pak choi penuh penekanan.
" Udah lah gak usah basa-basi, bapak kesini mau apa? "
" Apa kalian tidak diajarkan sopan santun selama disini? Kemana rasa hormat kalian terhadap orang tua? "
" Tumben peduli "
" Lagian yang nyuruh kesini juga siapa? "
" Dih aneh "
" Kalo gak perlu perlu amat mending keluar pak "" KELUAR KALIAN SEMUA DARI KELAS INI " seperti sebelumnya tidak ada yang menghiraukannya. " ATAU SAYA PANGGIL ORANG TUA KALIAN! " . Seketika semua menatap ke arah pak choi.
Satu persatu dari mereka berdiri dan mulai berjalan keluar kelas dengan tatapan tak lepas dari sang kepsek. Pak choi tersenyum puas, ternyata tidak terlalu sulit pikirnya.
Setelah semuanya keluar pak choi menyuruh mereka ke lapangan, namun lagi lagi pak choi di buat terperanga oleh tingkah muridnya. Bukannya ke lapangan mereka justru menuju pergi mengambil kendaraannya dan keluar meninggalkan sekolah.
Pak choi benar benar marah kepalanya terasa terbakar bagaimana bisa seorang kepala sekolah yang cukup di takuti di permalukan di hadapan seluruh siswa. Ya seluruh siswa adipati agung melihat semua itu.
" Cepat dapatkan wali kelas untuk mereka sekarang! ".
Bersambung..
Adegan di atas hanya di lakukan untuk cerita bukan dunia nyata.
Dont coba coba ya ges