Sudah hampir 30 menit lamanya Afra menunggu Sandra di ruang tamu. Entah apa yang membuat gadis bertubuh cungkring itu lama sekali keluar dari kamarnya.
Afra bosan menunggu. Memangnya siapa yang tidak kesal jika disuruh menunggu tanpa diberi makan dan minum?
Sandra memang sudah menawarkan pada Afra untuk mengambil sendiri makanan di kulkas, tapi bukan Afra namanya jika tidak mager alias males gerak.
Cukup sudah, aku gak tahan lagi!. Batin Afra.
Ia bergegas menuju kamar Sandra di lantai 2.Tok..tok.tokk... (Suara ketukan pintu)
"Iyaa bentar..."
Sandra membukakan pintu. Sementara Afra hanya terbengong dan menghela nafas panjang.
"Sandraaa, kok lo belum ganti baju?!"
Betapa kesalnya Afra melihat Sandra yang masih memakai baju yang ia kenakan saat kekampus hari ini. Ternyata Sandra hanya menghabiskan waktu untuk membongkar isi lemari. Namun, tidak memilih satupun dari berlembar-lembar pakaian yang sudah berhamburan di atas kasur.
Ingin rasanya Afra membenamkan wajah polos Sandra di balik gumpalan baju yang sudah menggunung.
Sandra menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum ala cengiran kuda seperti biasanya.
"Gue bingung mau pake yang mana. Semuanya udah pernah gue pake."
"Ya Allah! Kalau gitu besok-besok lo beli aja baju bahannya dari plastik. Biar kalau abis make tinggal buang."
Afra langsung memilihkan Sandra baju long dress dan rok berwarna soft pink sesuai dengan warna kesukaan Sandra.
"Nih pake."
"Serius lo milihin gue baju kayak gini?" Sandra menatap baju yang di sodorkan padanya.
"Ya seriuslah. Kata mama gue, cewek itu anggun kalau pake baju beginian."
"Gitu ya, okelah. Gue cobain dulu ya."
Afra mengangguk dan memilih merebahkan dirinya di sofa kamar Sandra yang empuk. Ia merasa sedikit pusing sekarang.
Sandra keluar dari kamar mandi dan menunjukkan diri dihadapan Afra yang tengah memijit pelipisnya.
"Rak, gimana? Gue cantik dan anggun like a princess disney kan?"
Afra mengacungkan jempol dan beranjak dari tempat duduknya.
Sandra mematut dirinya di kaca dan langsung mengambil tas abu-abu yang tergantung di balik pintu kamarnya.
"Yok, berangkat." ujar Sandra sambil sesekali kembali menatap pantulan dirinya di cermin.
Afra hanya berdeham dan melangkahkan kaki keluar dari kamar Sandra yang bernuansa pink. Sandra, mengekor.
....
"Demi seluruh cogan di dunia Ra, itu cowok ganteng banget!" seru Sandra.
Beberapa menit yang lalu mereka telah sampai di cafe botaners. Sayangnya, mereka sedari tadi belum masuk, melainkan berdiri dibalik jendela kaca yang transparan.
Sandra yang punya ide. Dia mau memastikan, jika cowok gebetannya itu memang sesuai dengan foto profile nya di Instagram. Kalau sesuai, maka dia akan masuk dan kalau tidak sesuai maka dia akan langsung memblokir cowok itu tanpa ampun.
Afra hanya menatap malas pada orang yang 'katanya' gebetannya Sandra itu.
"Ya udah ayok masuk sekarang. Gue pegel nih." ucap Afra dengan ekspresi kelelahan.
Sandra mengangguk dan lagi-lagi menatap pantulan wajahnya di cermin.
"Look like princess!" ucap Sandra pada dirinya sendiri.
Lonceng berbunyi, tanda pintu cafe terbuka.
Tepat di meja nomor 21. Duduk seorang laki-laki berkacamata dengan kemeja warna maroon. Style nya sungguh menawan. Dengan mata cokelat muda dan lesung pipi yang semakin menambah daya tarik laki-laki itu.
"Azka? " Seru Sandra.
Laki-laki itu menatap Sandra sejenak lalu melihat ke smartphone miliknya. Benar, ini orang yang sedang dia tunggu.
"Sandra ya? silahkan duduk."
Ucap lelaki itu dengan sopan."Eh iya, makasih."
Afra langsung mendudukkan dirinya di sebelah Sandra.
Sandra yang mulai tersenyum sendiri sambil sesekali melirik kearah laki-laki dihadapannya.
Tampan dan menawan. Itulah ada dibenak cewek berponi itu."Ekhm..." Afra memecah keheningan sejenak dan menatap buku menu di cafe itu.
"Mau pesan apa?" ujar laki-laki dengan sedikit kecanggungan.
"hm aku orange jus sama potatato fried slice aja. Kamu mau apa Ra?"
Afra membolak-balikkan buku menu.
"Hmm... Samain aja deh."
"Oke, gue pesenin dulu ya."
Lelaki itupun pergi menuju meja pesanan untuk memesan.
"Rak, ganteng banget kan? Gak salah pilih kan gue?" celoteh Sandra.
Afra hanya tersenyum tipis menanggapi Sandra yang terlihat sangat senang karena berhasil mendapatkan gebetan super ganteng setelah sekian abad menjomblo.
Beberapa menit kemudian, lelaki itu kembali dan telah duduk dikursi yang ia duduki sebelumnya.
Hening sejenak.
"Hm... darimana tadi San?" ucap Azka.
"Dari rumah. Lo sendiri? Udah lama nunggu?"
"Nggk kok. Gue juga tadi ada urusan sebelum kesini."
"Oh iya gpp." Sandra tersenyum simpul. Begitupun Azka yang tersenyum manis menunjukkan lesung pipi di wajah nya.
Afra sibuk dengan pemandangan diluar cafe. Malas sekali rasanya mendengarkan percakapan dua anak manusia yang tengah dimabuk asmara.
Menurut Afra, Azka memang tampan. Tapi, apapun itu terserahlah. Afra tidak perduli lagi pada laki-laki manapun.
Baginya, semua lelaki sama saja. Hanya melihat wanita dari fisik dan kecantikan nya. Jika sudah hilang cantiknya maka akan ditinggalkan untuk mencari mangsa yang baru.
Sama, seperti laki-laki dirumah yang biasa dipanggil ayah oleh Afra.
"Ra..." Sandra menyenggol bahu Afra yang terlihat melamun menatap kearah luar.
"Hmm... Apa?" Afra menoleh pada Sandra.
"Itu Azka nanya nama lo." bisik Sandra.
"Ngapain dia nanya-nanya nama gue?"
"Ya gpp. Kan lo temen gue."
Afra menatap Sandra dengan lesu. Harusnya dia memang tidak mengikuti kencan buta Sandra dan menjadi obat nyamuk disini.
"Gue Afra." ucap Afra singkat.
Lelaki dihadapannya kembali mengulas senyum.
"Gue Azka." sahutnya.
Udah tau kali. Batin Afra. Namun ia juga membalas senyum Azka dan kembali menatap lalu lalang mobil di luar.
Afra merasakan kencan buta Sandra ini akan menguras banyak dayanya. Selain karena ia tidak suka nongkrong di cafe. Ia juga merasa malas untuk berbicara dengan lelaki di hadapan nya sekarang.
Beberapa menit kedepan akan terasa panjang. Afra menghela nafas. Berdoa, semoga detik demi detik berlalu dengan cepat hari ini.
......
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuncup di Esok Hari
SpiritualHati ini bagaikan bongkahan gunung es, ia begitu keras dan dingin. Kokoh bertengger keegoisan dan kemunafikan secara bersamaan. Aku mencintai, namun membenci. Aku mempercayai, namun menolak dalam hati. Namun, semuanya berubah. Sejak aku meraih cahay...