🕊 Part 5

1.4K 273 55
                                    

Musim gugur telah berlalu. . .

Danau yang selalu dijatuhi dedaunan kering kini dijatuhi butiran putih yang dingin.

Danau yang selalu dijatuhi dedaunan kering kini dijatuhi butiran putih yang dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Musim salju telah tiba. Aku harap aku masih bisa melihat musim gugur di tahun depan. Meski di tahun yang berbeda tapi setidaknya tetap bisa melihatnya dengan orang yang sama.

"Fuuhh" aku menghangatkan kedua tanganku yang hampir mati rasa karena kedinginan.

"Kenapa tidak pakai sarung tangan?" tanya malaikat yang selalu disampingku. Ia mengeluarkan kedua tangannya dari balik saku mantelnya. Ia menggenggam kedua tanganku dan mengusap-ngusapnya agar tidak membeku.

Orang ini--bukan, malaikat ini tetap berada di di tempat yang sama. Duduk di kursi yang sama dan memandangi danau di waktu yang sama.

Aku bertanya sebenarnya apa yang dia lakukan disini? Maksudku. . . Kenapa selalu diam disini?

"Ini tempat yang berkesan" jawabnya.

Sebenarnya ada hal yang ingin aku tanyakan. Ini menyangkut soal warna sayapnya. Aku benar-benar penasaran apakah dia memang terlahir dengan sayap berwarna hitam atau sebenarnya dia terlahir dengan sayap berwarna putih? Lalu melakukan kesalahan seperti kisah yang pernah aku baca di buku dan sayapnya menjadi hitam? Aku benar-benar ingin tahu. Tapi aku ragu.

Kami berjalan-jalan menuju taman di tengah kota sambil berpegangan tangan. Tak ada satupun yang tahu karena hanya aku yang bisa melihat keberadaannya.

Ada mitos yang mengatakan jika sepasang kekasih berciuman di depan pohon besar yang ada di tengah kota saat turun salju maka mereka akan bersama selamanya. Aku menceritakan hal itu padanya. Aku tidak berharap lebih karena aku ragu apakah kami ini sepasang kekasih atau bukan? Atau mungkin inilah yang disebut sebuah hubungan tanpa status? Karena dia pun tidak pernah mengatakan jika dia menyukaiku atau hal semacam itu.

Aku terdiam sejenak sampai akhirnya ia bertanya "Apa kau mau mencobanya?"

Aku terkejut bukan main. Apa dia serius? Dia mau berciuman denganku? Tapi. . . Aku belum pernah melakukannua dengan siapapun. Jika aku melakukannya dengannya maka dia akan menjadi ciuman pertamaku. A-ah... Aku tidak bisa membayangkannya. Aku bahkan tidak berani menatap wajahnya karena wajahku sendiri pasti sudah sangat merah.

"Kenapa? Kau tidak mau?" dia kembali bertanya.

"T-tapi itu kan hanya mitos" aku tiba-tiba gugup.

"Kalau tidak dicoba siapa yang tahu?" dia berjalan mendekatiku. Menyentuh kedua pipiku dan mengusap lembut kedua mataku yang sedari tadi terus tertutup. "Apa kau tidak mau melakukannya denganku?"

Aku membuka mataku dan melihat wajahnya yang sudah sangat dekat denganku. Aku tidak bisa menjawabnya karena lidahku rasanya beku dan sulit untuk aku kendalikan.

"Apa kau tidak mau bersamaku untuk selamanya?"

"Mau. . ." aku menggerakkan bibirku namun tidak mengeluarkan suaraku. Aku melihatnya tersenyum dan kemudian aku merasakan sesuatu yang lembut tengah menempel di bibirku yang dingin. Tapi bibirnya terasa begitu hangat.

Angel's HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang