Prolog

62 17 2
                                    

Suasana di kota ini sejuk, tenang dan nyaman. Seakan angin mengajak bermain, rumput mengajak berbicara bahkan air mengajak pergi menelusuri indahnya sungai.

Walaupun statusnya kota tetapi rasanya seperti desa yang belum tercemar limbah produksi, polusi serta gunung sampah pun jarang ditemui.

Penduduknya pun ramah termasuk perempuan yang bernama Zaara. Bunga yang indah sebagai pertanda perempuan terbaik di rumah kediaman Bapak Jamal.

Setiap sore Zaara mengikuti kajian di masjid Al-Munawar, dimana masjid ini adalah sebuah bukti perjalanan hidupnya untuk mencari ilmu. Zaara pun akrab dengan ustadz Ali Muhammad beserta putrinya yaitu Dina Mawarullah.

Selain mengikuti kajian, ia selalu mencari ilmu di 'Peshosan' orang lain menyebutnya dengan perkuliahan siswa sholeh nusantara. Tetapi perkuliahan ini mencakup SMA, SMK dan sekolah yang kualitasnya cukup bagus penyampaian materinya pun dikuasai dengan baik.

ااَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ ، اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ

اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر لاَ إِلَهَ إِلاَّالله

Suara paling indah akhirnya hadir, kini Zaara, dan ibu sedang menunaikan sholat subuh. Ayah dan A Yusuf sudah pergi ke masjid.

"Zaara sudah selesai belum siap-siapnya, ayah tunggu di teras ya jangan terlalu lama nanti kita terlambat. " ujarnya.

"Baik ayah sebentar, ayah tunggu ibu kemana?" tanya Zaara.

"Ibu pergi ke pasar, tadi gak pamit ke Zaara soalnya Zaara lagi sholat dhuha." jawab ayah sembari mencubit pipi Zaara.

"Yahh ayah Zaara mau ikut mau bantu ibu." wajah Zaara seperti kecewa.

Seketika ayah tersenyum
"Zaara putri ayah, sudah jadi rutinankan pergi ke kajian, ayah juga tadi udah izin sama ibu ajak kamu, ibu dukung kamu pergi ke kajian Zaa, kan nanti Zaara bisa bantu ibu masak sayang." penjelasan ayah seketika memberikan aura positif untuk putrinya.

"Iya ayah, Zaara merasa bersalah gak bisa nemenin ibu ke pasar. Ayah betul aku hari ini harus pergi ke kajian, nanti Zaara masakin makanan paling enak buat ayah." wajah zaara kini berseri dengan riang.

"Ayo kita berangkat ayah." ajak Zaara.

"Mari meluncur Zaa." jawab ayah.

Sampailah ke tempat yang mulia ini, tak lama kajian pun di mulai dan ada sesi tanya jawabnya.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, perkenalkan nama saya Zaara, izin bertanya ustadz bagaimana caranya menghilangkan kenangan karena perkara hati itu susah, apalagi kehilangan orang yang begitu dicintai." Zaara selalu tersenyum walaupun pertanyaannya membuat ia gugup.

"Terimakasih untuk pertanyaannya Zaara, ketika kita jatuh cinta kepada seseorang namun cinta itu belum dalam ikatan halal, cobalah untuk mengikhlaskan dan merasakan bagaimana rasanya kehilangan dia. Jangan pernah merasa memilikinya atau mencoba melupakan dia. Sebuah usaha untuk melupakan dia tidak akan pernah berhasil jika hatimu masih terpaut pada sosoknya. Intinya Ikhlaskan semua kepada Allah. In Syaa Allah Allah akan ganti dengan orang yang lebih baik karena perkara rasa hati dan cinta itu tidak akan ada habisnya hingga ia benar-benar menemukan labuhannya. Cinta dan harapan akan tetap menjadi satu, namun caranya pun harus selalu didasarkan dengan niat karena Allah." penjelasan ustadz Ali Muhammad cukup jelas dan membuat hati Zaara lebih baik.

Kajian pun selesai, tiba-tiba Zaara teringat awal pertama mengenal Kahfi. 7 tahun silam Zaara selalu bermain dengan sosok pria. Ya dia adalah Kahfi, dimana saat masa kanak-kanak Kahfi memberikan bunga walaupun hasil tanaman entah punya siapa tapi waktu itu sangatlah berkesan, Kahfi selalu mempersilahkan Zaara membeli apapun, Kahfi selalu antar jemput sekolah sekalipun berjalan menelusuri persawahan. Dan Kahfi yang selalu marah jika Zaara tidak berangkat ke mesjid untuk belajar ilmu agama. Ya itulah Kahfi bahkan sampai saat ini Kahfi masih sama.

Apa ini yang di sebut cinta dalam diam? Memendam rasa dengan waktu yang lama? Bahkan Zaara tak ingat sejak kapan ia mencintai Kahfi. Untuk bercerita pun Zaara sangat malu apalagi untuk mengungkapkannya.

"Zaara kenapa ngelamun, ayo pulang" seketika suara itu mengagetkannya.

"Astagfirullah, ayo ayah. Maaf ya Zaara kurang konsentrasi aja ayah" tersenyum sembari memeluk pria itu.

Mencintaimu dengan cara seperti ini sangat sulit ya, biarkanlah mari kita saling menjaga dan mencari keikhlasan dalam diri masing-masing

Zaara

Pesona Hijab ZaaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang