Empat

11 4 0
                                    

Malam ini pun, seakan bintang mengajaknya menari bahkan langit pun terlihat bahagia menyambut senyuman Zaara.

Kegiatan malam ini pun selesai kini ke tujuan kedua yaitu rumah yang paling nyaman.

Sudah menunjukkan pukul 20:15, kini Kahfi sudah menemukan Zaara yang dari tadi ia cari.

"Zaara, aku mau ngomong sama kamu." Kahfi memandang Zaara serius.

"Ngomong apa Kahfi? Ada apa?" jawab Zaara.

"Tapi kita harus bicara berdua Zaara, gimana?" tanya Kahfi lagi.

"Emangnya harus berdua ya Kahfi?" tanya Zaara.

"Iya gak juga sih Zaa, biar enak aja ngobrolnya Zaa." ujarnya.

"Maaf Kahfi kalo berdua Zaara gak bisa, ditempat ini lebih baik dan tidak mengundang fitnah lebih bagus." jawab Zaara dengan tegas.

"Iya deh Zaara disini aja." pasrah Kahfi.

"Iya Kahfi, ada apa? Kenapa?" kini Zaara semakin penasaran.

"A kahfi mau ngomong apa hayoo ke Zaara?" Dina ikut bertanya.

"Semuanya tolong jangan ada yang ngomong dulu ya, ini penting banget." peringatan dari Kahfi.

"Zaa, langsung ke inti nya aja ya hari jum'at aku sama keluarga aku mau ke rumah kamu, aku mau lamar kamu. Iya aku tau usia kita masih terlalu muda untuk memikat suatu hubungan, bukan karena aku gak kuat pengen nikah sama kamu. Tapi, aku udah gak kuat kalo hati dan pikiran aku terus terpaut ke kamu Zaa aku takut itu salah satu zina pikiran bahkan hati. Kalo kamu belum siap aku lamar, kita bisa coba untuk Ta'aruf Zaa." pengakuan seorang pria yang di impikan oleh Zaara.

Tak terbayangkan lagi kabar hati Zaara saat ini, orang yang ia kagumi sejak lama kini mau melamarnya. Sebuah ikatan yang serius dan sikap berani pria dilihat dari seberapa beraninya dia mengikat pilihannya.

"Wowww Zaara subhanallah." haru Putri saat mendengarnya.

"Astagfirullah Kahfi ga sangka aku." Nazar terlalu kaget sampai mulutnya terbuka beberapa saat.

"Husss bukan astagfirullah tapi alhamdulillah dong bro. Teman kita ini mau punya bidadari hatinya, acikiwirr." Jino menepuk pundak Nazar dan merangkul Kahfi.

"A kahfi Allahuma mau lamar teman Dina hahaha." Dina mengejek Aa nya sendiri.

"Gimana Zaa ayo ngomong." rasa was-was yang menyelimuti hati Kahfi.

"Sut suuttt serius hey serius." Jino menatap Kahfi lekat-lekat.

"Jino jangan liat kaya gitu nanti baper dah." Kahfi melirik Jino dengan senyuman.

"Astagfirullah amit-amit ya Allah." Jino secara refleks menampar wajah Kahfi.

Kahfi pun tertawa puas melihat Jino, di sambung oleh teman-temannya yang ikut tertawa.

Disatu sisi ada perempuan yang terdiam, hanya bisa mendengarkan tanpa berkutik sedikit pun, ya Gina.

Serius gak nih mau lamar Zaara kok gue  gak percaya ya." Kata putri sembari tertawa.

"Ah jangan dulu drama dong yang ini mah." jawab irfan.

"Drama apaan? Ya bener ini mah serius." jawab Kahfi.

"Kalo bener pasti hati Zaara seneng banget deh sekarang, ya kan ya kan?" tanya Putri sambil menyenggol tubuh Zaara.

Zaara hanya tersenyum.

"Haduh kalo gitu kita harus dateng guys bantuin siapa tau bawa bawaan yang banyak ya kan?" Kata Nazar.

"Ah modus itu mah, bilang aja mau minta makanan yaa habisin juga tuh ludes." jawab Jino.

"Yah jangan dibilangin kan malu, Jino juga mau kan habisin makanannya?" goda Nazar.

"Ya mau dong." jawab Jino tertawa

"Ya siap-siap sediain makanan sebanyak-banyaknya deh." kata irfan.

Zaara dan Kahfi hanya tersenyum

"Jadi gimana Zaa?" tanya Kahfi lagi.

"Zaara gak tau Kahfi, Zaara bilang dulu ke ayah." penjelasan yang sangat jelas tetapi terselip harapan yang kuat.

~~~

"Zaa kenapa nangis?" ayah kaget ketika putrinya sampai rumah dalam keadaan seperti itu.

"Ayaaahh." Zaara langsung memeluknya.

"Ayaahh itu Zaara bukan? Astagfirullah Zaara kamu kenapa sayang?" ibu datang dan langsung mengalihkan Zaara dalam dekapannya.

Kini Zaara mulai membicarakannya.

"Ayah, ibu Zaara seneng banget. Allah sayang ya sama Zaara. Allah kabulin do'a Zaara. Zaara gak bisa berkata-kata lagi, nanti jum'at Kahfi mau lamar Zaara." penjelasan yang sangat mengagetkan orang tua nya.

"Alhamdulillahirabbil‘alamin anak kita mau di lamar." jawab ibu sambil melihat Ayah.

"Maha besar Allah, Zaara yang selalu berdo'a kepada Allah meminta yang terbaik perihal pasangan, dan Allah hadirkan secepat ini sayang. Boleh ko Ayah restui kamu sama Kahfi." jawab Ayah dengan tenang.

"Ibu juga akan dukung semua keputusan ayah dan keputusan putri ibu. Dan ingat selalu meminta petunjuk dari Allah ya Zaa. Malam ini sholat istikhoroh ya minta jalan terbaiknya." kata ibu sambil tersenyum.

~~~

Seperti perjuangan sayidina Ali yang mengejar cinta Fatimah. Sama sepertiku mengejar cintanya kahfi, cinta itu kini datang tanpa persetujuan, nikmatnya cinta karena Allah

-Zaara-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesona Hijab ZaaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang