Tiga

9 6 2
                                    

Kahfi POV

Perintah Bapak Kusnaedi melangkahkan kakinya untuk beranjak dari kediamannya. Ya kursi yang menurutnya empuk bak kasur penuh busa.

"Nah buku sudah beres disimpen di meja bapak, sekarang aku pergi kemana ya? Ke mesjid aja tapi jalannya lewat kelas Zaara deh." gumam Kahfi.

"Zaara ternyata lagi tes ngaji, kenapa wajahnya damai ya, Zaara juga bagus banget bacaannya. Tajwidnya juga tersusun rapi, tenang dan nadanya juga bagus sangat-sangat menenangkan." gumam Kahfi lagi.

"Zaara bukan hanya menarik di penampilannya, hijabnya yang buat aku gemas ingin memeluknya. Bibirnya yang jarang mengoceh dihadapan pria lain itu bagus karena suara perempuan adalah aurat. Zaara yang selalu menjaga pandangannya, pintar mengaji, rajin ikut kajian, suka memasak dan senang membantu itu yang membuatku mengaguminya sampai sejauh ini." gumam Kahfi lagi dan lagi.

"Tapi aku ga berani bilang ke Zaara, Zaara sepertinya gak suka pria yang membicarakan perihal cinta." gumam Kahfi lagi, lagi dan lagi.

"Sudahlah Astagfirullah fikiranku mulai kacau kalo udah liat Zaara." Kahfi kini beranjak menuju tujuannya.

"Ya Allah ada Zaara lagi, dimana-mana ada dia bahkan ada dihatiku juga." batin kahfi ketika menatap Zaara di masjid.

"Zaa jangan lupa nanti pulang sekolah ya, Kahfi tunggu di gerbang." pinta Kahfi.

"Ohiyah nanti Zaara kesana." jawab Zaara sembari tersenyum.

     Seperti janji Kahfi bahwa ia akan memberi alpukat untuk Zaara.

"Ayo Kahfi kita balap lari siapa yang sampe ke penjual alpukat di ujung jalan sana dapat traktiran." ucap Zaara.

"Ayo siapa takut Zaa, mulai ya 1..2..Goooooo!" Kahfi menyambutnya semangat.

"Yeaaayyyyy aku yang menangg." Zaara mengangkat tangannya.

"Yaudah Zaa selamat." ucap Kahfi terdengar kecewa.

"Ayoo jajanin alpukat yang banyak." Zaara tersenyum.

"Iya deh boleh pilih aja Zaa." ujar Kahfi.

"Alhamdulillah terimakasih Kahfi kan udah janji mau beliin alpukat." balas Zaara sambil cengengesan.

"Nah maka dari itu aku ngalah." Kahfi tertawa.

"Pokoknya makasih udah jajanin ya kahfi." Zaara tersenyum.

"Iya Zaa iya, ohiyah jangan lupa kumpul sama anak-anak ya besok." peringatan dari Kahfi.

"Oh kalau itu gak akan lupa tentunya." jawab Zaara.

~~~

Rabu malam Zaara, Kahfi, Dina, Irfan, Gina, Putri , Nazar, Jino berada di rumah anak-anak. Tepatnya sebuah panti asuhan di daerah Kp. Mekarkuning.

Tujuannya untuk menengok, berbagi rezeki dan memenuhi amanat dari ibu Fatimah.

"Teh Zaaraaaaaa." gadis kecil berusia 7 tahun langsung berlari menuju Zaara.

"Mutiiiiii, kangen gak sama teh Zaara?" ketika sampai disana Zaara langsung disambut.

"Kangen dong teh, ayo ajarin Muti masak teh biar bisa bantu ibu." Muti memegang tangan Zaara dengan kuat.

"Ayo kita menuju dapur." balas Zaara dengan semangat.

"Alhamdulillah kalian sudah datang, anak-anak nanyain kalian terus, terutama Muti suka bilang kangen Teh Zaara sama ibu." ibu Tia tersenyum.

"Ohiya Zaara kemana kok gak ada." tanya bu Tia.

Dina tersenyum
"Udah di ambil bu sama Muti." balas Dina.

"Wih di ambil kaya hati jino di ambil sama neng Dina." goda Jino.

"Wah wah bercanda ini mah, mau ditabok nih tabok?" jawab Dina sembari mengepal tangan dan mengarahkannya kepada Jino.

"Santai sayangku, malam ini gak dapet jatah loh dari abang ganteng, ya si Jino tampan." goda Jino lagi.

"Astagfirullah Jinoo gak sangka aku, tega banget sih ninggalin aku yang berjuang keras tapi gak pernah dihargai dan di pandang sebelah mata." jawab Nazar secara mengagetkan.

"Maaf sayang untuk kali ini aku gak bisa lagi sama kamu, aku udah gak nyaman, aku cape di kekang, aku mau bebas dan aku udah ketemu sama perempuan yang terbaik." jawab Jino dengan penuh penghayatan.

"Eh tunggu-tunggu langkahi abangnya Dina dulu kalo mau deket sama dia. Ya Kahfi abangnya yang paling cakep." balas Kahfi.

"Gak bener tuh yang paling cakep itu Nazar." kata Jino.

"Iya dong, aduh malu disebut cakep sama Jino sayangku." balas Nazar dengan lebay.

Seketika semua tertawa dan merasa geli mendengarnya.

"Udah udah apaan dah drama laggiiiii." kata irfan.

"Ah ganggu si irfan mah." jawab Nazar sembari tertawa.

"Iya udah ah jangan lebay kek gitu nanti gue gak suka sama Jino." Dina bercanda.

"Nah kan nanti juga bakalan suka." jawab Jino.

"Suuuutt udah! Gak di tempat mana juga drama teroos." kata Putri.

"Uluh nona besar marah." jawab Nazar dengan santai.

"Udah dulu guys malu nih ada ibu Tia." kata Gina sambil melihat Bu Tia.

"Iya gak apa-apa neng, malah jadi seru banyak orang. Ayo neng aa masuk." pinta Bu Tia.

"Iya bu." jawab Putri, Gina, dan Dina.

"Din Zaara kemana? Kenapa belum balik lagi ya dari tadi." tanya kahfi terlihat khawatir dikedua matanya.

"Ciee yang nanyain, kangen yaa? Baru di tinggal bentaran juga, hem abang abangg." ejekan Dina.

"Eh serius dulu Din." pinta Kahfi.

"Iya A kahfi iya, biasa orang yang suka anak-anak suka ilangnya lama banget. Palingan di dapur kalo enggak di kamar lagi asik-asik sama Muti sama anak yang lain juga." penjelasan Dina.

"Dan pasti gak akan inget waktu karena terlalu seru dan karena suka." tambahan Dina.

"Oh gitu, Zaara Zaara cepet kesini Kahfi mau ngomong serius." batin Kahfi.

Hayoo loo mau ngomong apa ya sama Zaara? Pantau terus yaa

Pesona Hijab ZaaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang