UKS

21 2 0
                                    

Hari ini semua murid kelas XI-D IPA sedang melakukan kegiatan olahraga diluar kelas. Beruntungnya karena pelajaran olahraga kelas XI-D IPA dilakukan pada pagi hari, karena cuacanya yang masih bisa dibilang sejuk dibandingkan dengan olahraga pada jam 10.

Pak Abbas selaku guru olahraga pun sudah stay dilapangan menunggu murid muridnya turun.

---

"Selamat pagi anak anak" Ucap Pak Abbas.
"PAGI PAK" Jawab murid serentak.
"Baik disini kita akan mempraktekkan permainan bola basket"

Semua murid tertuju pada Pak Abbas, menjelaskan bagaimana cara bermain bola basket. Hingga setelah Pak Abbas selesai menjelaskan dan mencontohkan mengenai permainan bola basket, ia meminta muridnya untuk dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok pria bermain duluan.

Pritttt!
Permainan dimulai.
Semua siswi kelas XI-D IPA terpana melihat sosok Juna yang tampan bak pangeran menggiring bola dengan begitu cepat dan dengan cekatan, dia memasukkan bola itu ke ring lawan membuat para siswi yang melihatnya bersorak kegirangan.
"JUNAAAAA!!"
"SEMANGAATT!!"

Setelah permainan bola basket bagian kelompok pria sudah selesai, Sekarang bagian kelompok wanita lah yang bermain. Saat akan bermain, Riana merasa ada perasaan khawatir, dia mempunyai penyakit lemah jantung dan teman temannya belum mengetahui hal itu. Tapi dia mencoba untuk menutupi penyakitnya tersebut.
"Semangat Ri" Ucap Cahya menepuk pundak Riana.
"Siap!" Jawab Riana tak kalah semangat. Meskipun rasa khawatirnya masih melekat.

Prittt!
Permainan dimulai. Bianca mendribble bola ke arah lawan dan mengopernya ke Sisca. Nasya datang dari arah depan dan dengan cepat merebut bola itu dari Sisca, memberikannya pada Riana, Riana berlari secepat mungkin hendak memasukan bola itu kedalam ring lawan, tapi saat akan memasukan bola ke arah ring lawan, Tania menyenggol badan Riana hingga terjatuh, dan berhasil mengambil bola dari tangan Riana. Riana berdecak kesal. Seketika ada sakit di dadanya, itu sudah biasa baginya. Riana melanjutkan permainannya.
Sayangnya, Riana terlambat, karena tim lawan sudah memasukan bola kedalam ring tim Riana.
Alya mengoper ke arah Riana dan Riana dengan cepat mendribble ke arah lawan. Riana melakukan shooting dan akhirnya dia berhasil memasukkan bola ke dalam ring lawan. Melihat itu, Bianca kesal dan mencoba bermain kasar pada Riana, dia melempar bola ke arah kepala Riana dan membuat Riana terjatuh.

"Ishhh" Riana meringis kesakitan, seketika dia pusing dadanya sakit, penglihatannya buram dan menjadi hitam.
Riana pingsan. Bianca melihat kejadian itu hanya pergi tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Semua siswi yang melihatnya langsung mengerumuni Riana. Pak Abbas pun langsung menyuruh ketua murid kelas XI-D IPA untuk membawa Riana ke UKS. Ya dia adalah Juna.

"Juna! Bawa Riana ke UKS sekarang" Ucap Pak Abbas.
"Ah shit!" Juna memutar bola matanya malas.
"Babu kelas anjir" Bima menertawakan Juna.
"Bacot anjing!" Juna menoyorkan kepala Bima.

Juna membopong tubuh Riana ala bridal style membawanya ke ruang UKS untuk segera ditangani.
Setelah sampai, Juna membuka pintu UKS. Menidurkan Riana diatas brankar. Dia tidak melihat petugas UKS didalamnya. Dia bingung harus bagaimana menangani Riana tanpa ada petugas didalam UKS. Sedangkan diluar tidak ada satu orang pun untuk menolongnya menangani Riana.
"Lo nyusahin banget sih udah numpahin makanan ke baju gue, sekarang pake pingsan segala" Desis Juna.

Tiba tiba pintu UKS tertutup begitu keras dengan sendirinya. Juna pikir itu hanya angin, tapi dugaannya salah, itu adalah perbuatan sahabat Juna, sengaja mengunci pintu dari luar. Sikap kedua sahabat Juna sangatlah jahil.

Juna mencoba menangani Riana sendiri, dia mengetikkan sesuatu di ponselnya, mencari artikel tentang cara menyembuhkan orang pingsan.
"Cara bangunin orang pingsan"  itu yang Juna ketik di ponselnya.
Juna membacanya dengan seksama seketika dia mulai mempraktekkan apa yang dia lihat dari artikel tersebut.

Setelah dirasa cukup, dia bergegas pergi keluar ruangan, tapi dia merasa gagang pintu yang dia pegang tak kunjung terbuka, dia mencoba menendang pintu itu tapi hasilnya nihil, usahanya gagal untuk membuka pintu yang tak kunjung terbuka. Dia membuka ponselnya dan mencoba menghubungi sahabatnya. Sayangnya tidak satu orang dari mereka yang membalas pesan Juna. Juna kesal dia benar benar bosan ingin keluar, sudah tidak tahan dengan bau obat yang menyengat hidung nya.

"Cewe pembawa sial dasar!"  Gumam kesal Juna dalam hatinya.
"Enghhh" Suara erangan dari seorang wanita yang ada di belakangnya terdengar. Riana sudah bangun. Yang Riana pertama kali lihat saat ini adalah Juna. Riana terkejut melihatnya.

"Ngapain lo disini! Pergi sana!" Teriak Riana tidak suka pada Juna.
"Makasih kek ato apa, nyerocos marah marah" Jawab Juna kesal.
"Ga! Pergi sana!" Ucap Riana melempar bantal ke arah Juna.
"Pintunya ke kunci bego!" Suara berat Juna berhasil membuat Riana terdiam sejenak.
"Gue juga kepaksa bawa cewe pembawa sial kaya Lo, kalo ga di suruh Pak Abbas gue ga mau bawa Lo"
Riana beranjak dari brankar dan mencoba berjalan ke arah pintu untuk mencoba membukanya. Hasilnya sama, pintu tak juga terbuka.
Kini hanya mereka berdua yang ada di dalam ruangan UKS ditambah dengan suara bisu yang mereka lakukan.
Juna berpikir, coba saja tadi sewaktu pintunya tertutup sendiri dia langsung bergegas membukanya, tapi tadi dia sedang sibuk mencari artikel untuk menyembuhkan pingsan Riana. Juna menyesal.

1 jam telah berlalu, tak ada satu orang pun diluar yang lewat membantu Riana juga Juna yang terkunci berdua didalam UKS. Karena mungkin jam pelajaran masih berlanjut.
Riana menggeledah sakunya, mencari ponsel dan dia ingat bahwa ponselnya dia simpan di dalam tas nya.
"Lo cari cara kek, chat temen Lo Ato siapa bantu keluar dari sini!" Ucapan Riana membuyarkan keheningan diantara mereka.
"Lowbatt" jawab Juna singkat.
"Terus gimana dong ga bisa keluar ini!" Riana terus mengoceh.
"Diem berisik" Ucap singkat Juna yang kedua kali.
"Lo ga ada usahanya sama sekali! Bantuin dong!" Oceh Riana tiada henti sembari mencoba menggedor pintu berharap ada yang mendengarnya dari luar.
"Bacot" ucap singkat Juna yang ketiga kali.
"Ihhh Lo kenapa ya dobrak ke pintunya ato apa gitu biar bisa kebu-" ucapannya terhenti begitu Juna menyimpan telunjuknya di bibir Riana mengisyaratkan Riana untuk diam.
"Bisa diem?" Juna menatap Riana tajam.
Wajah Riana memerah menahan ketakutan sekaligus malu. Entahlah Riana pasrah untuk membuka pintu UKS dan terkunci didalamnya bersama Juna untuk waktu yang lama.
.
.
.
.
.
.

5000++ word:(

***E YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang