Huh!
Jaemin mendengus sebal karena acara televisi di akhir pekan ini tidak ada satupun yang menarik. Mencoba menonton acara komedi di channel A, tidak lucu. Lalu acara berita di channel B, beritanya itu-itu saja. Diganti ke channel C yang menayangkan film kartun, ck! Jaemin sedang tidak tergoda menikmati hal-hal kekanakan. Alhasil tangannya sedari tadi hanya mengutak-atik remote. Hingga suara bel apartemennya membuyarkan atensi Jaemin pada benda persegi panjang di hadapannya.
Bocah itu berjalan malas ke arah pintu. Ayolah. Ini akhir pekan. Jadi Jaemin tidak ingin diganggu oleh apapun. Termasuk dengan kedatangan tamu. Namun pemikiran itu segera berlalu saat matanya mendapati wajah yang amat familiar melalui layar interkom.
"Hyung?" sebelum membuka pintu.
Cklek
Benar, ada sosok yang dipanggilnya hyung di sana. Tengah menampakan dua dimple dalamnya sembari menatap Jaemin penuh bahagia. Tak ambil pusing, yang lebih muda segera memberi sebuah pelukan, disambut lelaki bersurai cokelat terang dengan senang hati.
"Ck! Padahal kau bisa memasukan sandinya sendiri. Kami belum menggantinya, jika kau ingin tahu," Jaemin tetaplah Jaemin yang suka menggerutu. Lelaki itupun diprotes hanya karena membuatnya harus mengangkat pantat dari sofa yang empuk untuk membukakan pintu.
"Aku masih ingat sopan santun bertamu, jika kau ingin tahu," si dimple meniru cara berbicara Jaemin. Keduanya terkekeh bersama. "Lagipula sudah lama juga aku tidak berkunjung. Posisiku di rumah ini bisa jadi sudah berubah juga, mungkin?" nada bicara itu terdengar berbeda dari sebelumnya. Entahlah, Jaemin tidak pandai menafsirkan. Namun tampaknya ada penyesalan dan keraguan di sana.
"Ayo masuk!" ajak Jaemin yang tak ingin memperpanjang percakapan mereka di ambang pintu.
"Oh, ya. Jeno tidak ikut Jaehyun hyung?" saat Jaemin berbalik di balik punggung Jaehyun menyembul sebuah kepala dengan surai hitam kelam. Mata pemiliknya melengkung bagai bulan sabit. Jung Jeno ada di sana.
"Ya! Kapan kau datang?"
Jeno memutar bola matanya malas "Aku ada di belakang samping Jaehyun hyung dari tadi. Kau terlalu fokus padanya saja, bocah."
"Cih, bocah bicara bocah."
Saat ini pemuda Jung yang lebih tua ingin tertawa sekencang-kencangnya. Tidak, bukan karena pertengkaran Jeno dan Jaemin yang seumuran itu amat lucu. Hanya saja perdebatan tidak penting mereka ini dapat membuat hatinya lega. Jaehyun merasa dia memang sudah benar-benar kembali ke rumahnya setelah perjalanan panjang yang lama. Ya, dia sudah di sini. Keyakinannya akan lengkap jika satu orang lagi tertangkap oleh atensinya nanti.
"Jeno, kau di sini?" itu bukan suara para lelaki. Melainkan seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah kamar-ketiganya tahu kamar siapa itu-hanya menggunakan bathrobe dan sebuah handuk kecil yang membungkus kepalanya.
"Iya, Jena Noona. Aku datang," senyum manis itu masih berkembang hingga Jena menangkap kehadiran sosok lain. Dia lalu terpaku, seakan dunia berhenti berputar dan dirinya sedang terlempar ke dunia mimpi.
"Aku juga datang, Na."
Buyar. Keterpakuan Jena berhenti saat suara yang amat dia kenal menyapa pendengaran. Jadi benar lelaki itu ada di sini? Dirinya tidak sedang bermimpi.
"O-oh, baiklah. Aku ganti baju dulu," lalu gadis itu berlalu kembali ke kamarnya. Terdengar suara pintu yang tertutup. Jaehyun hanya mampu tertawa kecil atas kebodohan seorang Jena. Dirinya kemudian menyusul Jaemin dan Jeno yang sudah sama-sama duduk di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FanfictionJanji dan berjanji ternyata bukanlah perkara yang mudah. Jaehyun tahu kemudian hari. Janji yang pernah dia ucapkan dengan tujuan melindungi malah jadi penghancur. Bukan hanya dia, bukan hanya diri sendiri. Tetapi menghancurkan mereka dan kita. Start...