Patah hati bagi perempuan adalah kehancuran percaya diri. Tangis tanpa henti, terpuruk, menghindari dunia. Tetapi berakhir dengan kebangkitan dan menjadi kuat. Berbeda dengan lelaki yang kelihatan tegar di depan, lalu jatuh perlahan. Lama-kelamaan tenggelam dalam kekelaman.
Tepat seminggu setelah Jena pergi ke New York. Tanpa pamit setelah hari pertemuan mereka. Jaehyun memutuskan untuk kembali ke Sydney. Pendidikannya telah usai di negeri kangguru itu. Jadi entah apa yang dicari. Mungkin ketenangan? Atau hanya sebuah usaha melupakan? Intinya di sana Jaehyun banyak bersenang-senang. Menghabiskan setiap malam dengan minuman beralkohol untuk berakhir di pagi hari dengan kepala yang berdenyut sakit dan perut yang diaduk-aduk oleh rasa mual.
Malam ini Jaehyun kembali lagi ke tempat dengan dentuman suara yang keras. Banyak orang yang sedang menggerakan tubuh di lantai dansa, bercumbu di sudut-sudut tak bercahaya, tapi tentu saja tujuannya kemari bukan untuk itu. Si lelaki hanya bertujuan minum-minum seperti biasanya. Sampai tujuan itu berubah saat tiba-tiba sang kekasih menghampiri. Elena terlihat amat cantik dan menggoda. Shit! Jaehyun sedang marah dan berpikir menyelesaikannya dengan menyentuh gadis bermata biru itu.
"Babe, stop! Kau sudah terlalu banyak minum!" tangan Elena mencegah Jaehyun yang sudah mengangkat gelasnya. Dia memang tinggal di kota sebebas Sydney. Namun Elena masih memegang prinsip dan aturan.
"No! I need more. Okay, Honey?"
"NO!"
Sentakan keras dari Elena dibalas lumatan ganas pada bibir ranum gadis turunan Australia-Jerman itu. Jaehyun tak memberinya kesempatan untuk bernapas barang sedikit. Jarak yang tercipta selalu cepat-cepat dikikis oleh tangan Jaehyun yang menarik pinggang sekaligus tengkuknya.
Elena? Bagaimana dia bisa melawan tenaga Jaehyun yang sangat besar?
"Jay- hmmph- J-"
"Ssst! I want you!" bisik si lelaki seduktif. Mengeluarkan uang untuk membayar minumannya sebelum membawa pergi sang kekasih ke tempat lain. Lelaki itu menyeringai, beruntungnya malam ini dia memilih club yang bersebelahan dengan sebuah hotel.
"Honey, you're so damn sexy tonight," suara yang berat, pandangan yang sayu, dan seringain. Jelas Jaehyun sudah dikuasai napsu. Bahkan mereka baru sampai di sebuah kamar yang sembarangan dipilih. Hanya menutup pintu dan Jaehyun telah menarik Elena kembali. Bibir keduanya kembali bertemu. Tentu dibarengi lumatan dan Jaehyun tak segan mengetuk gigi Elena agar mau memberi lidahnya akses.
"Nggh," lenguh Elena. Ini nikmat dan hampir membuatnya melayang. Belum lagi tangan gagah Jaehyun yang mengelus punggungnya. Lalu berlari ke perut ratanya. Elena hampir terlena.
"Honey hhh," Jaehyun membanting tubuh Elena ke kasur. Menjelajah leher gadis itu dengan lidah hangatnya, membuat tanda di sana tanpa rasa iba. Padahal Elena berkali-kali berteriak. Bukannya merasa kasihan dan ingin berhenti, justru suara itu membuat gairahnya semakin menjadi.
"You should be mine! Tidak boleh pergi lagi!" Elena mulai menangkap kejanggalan dalam racauan Jaehyun yang masih membuat tanda kepemilikan di tulang selangkanya. Namun perhatiannya tersita oleh Jaehyun yang tiba-tiba sudah bergerak untuk melucuti pakaiannya. Gadis itu hanya sisa menggunakan bra berwarna merah miliknya. Sementara Jaehyun sendiri masih berpakaian lengkap.
"Hey! Kau hhh juga harushhh melepas- lepaskan pakaianmu, Jay!"
Jaehyun masih tidak menggubris. Satu tangannya telah bermain di dada kiri Elena sementara mulutnya bercanda di bagian lainnya. Sungguh, Elena melayang. Menikmati setiap sentuhan pria yang bernama barat Jay itu. Memutuskan untuk pertama kalinya, malam ini akan menyerahkan diri pada lelaki yang dia cintai. Dia telah percaya pada sosok ini. Sebelum apa yang terucap oleh Jaehyun mengetuk kesadarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FanfictionJanji dan berjanji ternyata bukanlah perkara yang mudah. Jaehyun tahu kemudian hari. Janji yang pernah dia ucapkan dengan tujuan melindungi malah jadi penghancur. Bukan hanya dia, bukan hanya diri sendiri. Tetapi menghancurkan mereka dan kita. Start...