Satu minggu benar-benar Jaehyun dan Jena habiskan untuk bersama-sama. Oh iya, tidak ketinggalan kedua adik mereka, Jung Jeno dan Na Jaemin yang selalu saja merusuh dengan perdebatan kecil. Walaupun begitu, selalu berakhir dengan gema tawa keempatnya. Mereka begitu bahagia, begitu senang dan lega karena bagian kecil mereka telah hadir melengkapi. Jaehyun telah kembali setelah dalam waktu lama meninggalkan Jena, Jaemin, juga adik kandungnya yang memilih tetap tinggal di negeri asal.
Kalau kata Jeno dan Jaemin, saat berkumpul mereka itu sedang melakukan family time. Walaupun tidak ada para orang tua yang sama-sama tinggal di luar negeri. Namun nyatanya mereka memang sebegitu dekatnya hingga seperti lahir dari satu keluarga yang sama.
"Hey, bangun!" Jaehyun tak kuasa menahan tawa gelinya kala memasuki kamar Jena dan menemukan gadis itu masih bergelung di dalam selimutnya hingga sebatas kepala. Memangnya gadis itu tidak sesak napas apa?
"Na Jena sayangku, ayo bangun! Sudah pukul sembilan."
Suara merdu Jaehyun nyatanya sudah menyapa pendengaran si gadis. Namun dia masih tidak berniat membuka mata, gerakan tangannya hanya berguna untuk menyingkap selimut hingga sebatas pinggang. Jaehyun jadi geregetan, setahunya Jena tidak pernah semalas ini bangun pagi. Oh, mungkin gadis itu memang begitu mengantuk karena semalam menemani trio lelaki J bermain game hingga pukul dua pagi.
"Ingat? Kita punya janji makan siang bersama dengan bocah-bocah nakal itu," kasur empuk milik Jena terasa bergoyang. Jelas saja Jaehyun merangkak menaikinya demi mendapat respon yang lebih baik dari gadisnya ini. Bagaimanapun mereka harus tepat waktu atau kedua adik itu akan mengomel nantinya. Jeno dan Jaemin memang sudah pergi lebih dulu, ada jadwal kuliah pagi.
Cup
Cup
Cup
Jena merasakan ada benda kenyal yang mendarat di kedua buah matanya. Lalu beralih ke dahinya dan di sana sedikit lebih lama. "Bangun atau ku cium bibirmu, eum?"
Si gadis menyapa penglihatan Jaehyun dengan bola mata cokelatnya yang sedikit memerah. Akhirnya membuka manik itu karena tak ingin Jaehyun berbuat lebih. Ingatkan dia bahwa bibir tipis itu telah menjadi candu Jaehyun. Jadi tidak ada istilah hanya sekadar kecupan jika sudah diberi kesempatan.
"Sungguh, aku masih sangat mengantuk," suara parau terdengar. Khas orang baru bangun tidur.
"Maka dari itu bangunlah sekarang, kumpulkan nyawamu dulu, lalu baru bersiap-siap. Memangnya kau tidak lapar? Ingat, terakhir kau makan pukul tujuh malam kemarin," Jena tersenyum kecil akan ucapan Jaehyun. Lumayan panjang juga. Dan merasa berterima kasih atas perhatiannya.
"Kau memang sudah berubah," Jaehyun yang bingung menatap gadis itu dengan alis terangkat, seakan-akan bertanya apa maksud ucapannya?
"Sejak kapan kau menjadi sangat cerewet, eoh?" gadis itu terkekeh dan membuat Jaehyun gemas. Sebenarnya dia juga tidak sadar jika sudah berbicara banyak atau menjadi cerewet seperti yang Jena katakan. Dia hanya mengutarakan apa yang ingin dia katakan. Well, 5 tahun tidak berinteraksi secara langsung membuat Jaehyun selalu merasa 24 jam bukanlah waktu yang panjang. Begitu banyak hal yang ingin dia lakukan dan utarakan pada gadis Na di hadapannya ini.
"Kau tidak menyukainya, hum?" Jaehyun menarik kedua belah pipi Jena.
"Bukan begitu."
"Berarti begini."
Cup
Iya, tepat di atas bibir Jena yang hendak terbuka untuk menjawab. Satu kecupan telah berhasil Jaehyun curi. Menyisakan Jena yang tertegun di tempat selama beberapa detik sebelum mengeluarkan protesnya. "Yak! Jung Jaehyun kurang ajar!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
FanfictionJanji dan berjanji ternyata bukanlah perkara yang mudah. Jaehyun tahu kemudian hari. Janji yang pernah dia ucapkan dengan tujuan melindungi malah jadi penghancur. Bukan hanya dia, bukan hanya diri sendiri. Tetapi menghancurkan mereka dan kita. Start...