Fa.1

2 1 0
                                    

Sejak hari itu aku mulai beraktifitas sebagai mestinya. Hari awal masuk pondok masih terbilang belum sepadat hari biasanya malah ini masih terlihat santai. Masih sibuk dengan cerita liburan yang lalu. Aku sendiri juga sudah larut pembicaraan dengan teman sekamar dari detik aku menginjakkan kaki di kamar. Ya sesekali kita tertawa keras sampai kamar sebelah menggedor tembok papan pemisah kamar kita.

"Tau nggak ? dia kemaren nyatain perasaan ke aku, tapi akunya nolak" kata Dina yang memang dia sudah punya pacar di pondok Lirboyo Jawa Timur. Dia bisik-bisik tapi kedengeran sampai ke depan pintu. Dia asyik ngobrol sama Naily tentang liburan kemarin, yang kalau di ceritakan detail bisa mungkin sampai seminggu lebih. Mereka anak baru, mungkin masih sungkan mau gabung sama senior di kamar.

Aku seperti biasa mengabsen oleh-oleh yang mereka bawa, mencari kesukaanku. Duduk manis di depan pintu memandang bukit yang ada di depan sana. Melamun. Masih larut dengan kejadian yang kemarin. Bukan tidak mau, tapi saran ibuku dia yang jemput aku kepondok. Tapi apa dia bisa.

"Hemmm ya udah lah," 

"Kenapa mbak ?" tanya eng, "Ya udah kenapa ?" dia ikut duduk di sampingku, di depan pintu. Memang sebenarnya pamali kalau duduk di depan pintu, tapi mau gimana lagi sudah nyaman.

"Nggak papa eng, bingung aja akunya. Oh ya gimana liburannya ?" tanyaku kemudian

"Biasa aja mbak, lebih suka di pondok aku. Ramai. Banyak temennya. Kalau di rumah ga ada temennya." jawabnya. Kemudian kita terlibat beberapa obrolan yang sedikit membuat ku lupa dengan rencana dia yang akan ke jawa.

Setelah lama kita saling bercerita, adzan dhuhur di masjid sudah berkumandang. Menghentikan sejenak aktifitas kita yang kemudian berganti tempat ke tempat wudluan. Sedikit melanjutkan dengan bisik-bisik karena memang kalau sedang adzan baiknya mendengarkan dan menjawab adzan yang di lantunkan.

"Mbak, aku minta pasta giginya ya. Habis eh, belum beli." Kata Via, dan aku hanya mengangguk. Pertanda membolehkannya.

Setelah mengantri lama akhirnya aku mendapat giliran berwudlu. Ku basuh muka dengan mengucapkan niat, dan melanjutkan wudlu sesuai dengan tata cara yang sudah ku pelajari ketika sejak aku kecil sampai sekarang pun masih sama seperti itu. Untuk kesekian kali nya aku menghembuskan nafas berat ketika selesai berwudlu, mengingat kemarin. 

Sholat duhur berjama'ah di mushola komplek yang di imami mbak Qoni. Merupakan rutinitas yang harus di laksanakan, karena jika melanggar akan ada sanksi atau takziran yang di berikan oleh pengurus. Niat sholat berjama'ah tentu harus ada bukan berjama'ah karna takut sama takziran, kalau seperti itu malah salah. Setelah sholat, kami berdzikir bersama dan berdoa. Selesai berdo'a aku langsung kembali ke kamar, karna capek aku langsung boking tempat tidur untuk sekedar rebahan atau malah tidur saja menunggu ashar. Entahlah, intinya aku capek. Lelah. Lapar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang