Setelah menyelesaikan sarapan aku pergi ke tempat Kuliahku. Di sidangku kali ini adalah untuk mengambil gelar S-1 ku yaitu Sastra Inggris, tadinya aku sempat berpikir untuk melanjutkan S-2 dengan jurusan yang sama namun, aku berniat untuk mengambil jurusan agama seperti Kakak-ku.
"Hi! Ms. Safa". Ujar seseorang yang tak lain Danish sahabat kecilku.
"Oh Hi Danish, biasa aja kali pake bahasa inggris segala mentang-mentang udah mau sidang S-1". Ujarku membuat Danish terkekeh.
"Oh iya Dan, lulus S-1 ini kamu mau lanjut S-2 dengan jurusan yang sama atau gak?". Tanyaku membuat langkahnya terhenti.
"Hmm.. mungkin lanjut sih itupun aku mau kuliah sambil kerja. Memang kamu ga akan lanjut dengan jurusan kamu yang sekarang?".
"Aku mau coba melanjutkan kuliah seperti Kak Adrian".
"Berarti kamu mau lanjut ke Turqi?!".
"Eh! Ngga kok disinikan ada fakultas islam. Lagi pula Ayah dan Kak Adrian tidak setuju jika Aku Kuliah jauh". Ujarku.
"Ya sudah Dan, kamu masuk gih bukankah sudah giliran kamu sidang?". Mendengar ucapanku Danish langsung memasuki ruang sidang.
Aku menunggu giliranku di ruang tunggu. Rasa cemas, takut, semua menjadi satu.
"Allahumma Laa Sahla Illaa Maa Ja'altahu Sahlan Waa Anta Taj'alul Hazna Idzaa Syi'ta Sahlan".
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah. Sedang yang susah bisa Engkau jadikan mudah, apabila Engkau menghendakinya.”
Safa berdoa dalam hatinya, agar apa yang akan ia hadapi saat ini dimudahkan oleh Allah Swt.
Tak lama kemudian Danish telah keluar dari ruang dosen dengan wajah bahagianya. Safa yakin bahwa dia lulus dengan baik, sekarang giliran Safa untuk masuk dan menghadapi setiap pertanyaan-pertanyaan yang di berikan oleh dosen.
"Semangat yah Fa, Bissmillah..". Ucap Danish yang langsung Safa angguki.
Pertanyaan demi pertanyaan Safa jawab dengan baik, dan dia dinyatakan lulus.
Bukan Safa namanya kalau dia tak jahil dengan Sahabatnya Danish, saat keluar dari ruangan Safa sengaja menampakan wajah muramnya seolah ia tak berhasil di sidang akhirnya ini.
"Loh Fa, kok kamu muram gitu. Kenapa?". Tanya Danish dengan wajah cemas.
"Aku...". Safa belum sempat melanjutkan bicaranya, Danish langsung mengambil hasil sidang yang berada di tanganku.
"Loh? Kamu lulus dengan nilai segini kenapa muram gitu? Dasar yah Safa Aamira! Berani kamu bohongin aku?". Ujar Danish.
"Hehe.. maaf yah, kan biar surprise". Ucapku seraya tersenyum.
"Maa syaa Allah...".
"Eh? Tadi kamu bilang apa Dan?". Ucapku bingung karna Danish mengucapkan kalimat tersebut.
"Eh.. bu-bukan apa-apa Fa. Kamu langsung pulang?". Ucap Danish salah tingkah setelah melihat senyum Safa.
"Iya aku langsung pulang tapi sepertinya aku tidak menelpon Kak Adrian. Aku mau kasih kejutan juga ke Kakak-ku itu".
"Oh begitu, ya sudah aku duluan yah kamu hati-hati Fa pulangnya". Danish berlalu seraya melambaikan tangannya.
"Iya Dan, kamu juga hati-hati". Ujarku.
Setelah melaksanakan sholat dzuhur terlebih dulu. Kini aku berada di halte bus, menunggu kedatangan bus selanjutnya. Namun, sudah hampir 30 menit berlalu bus itu tak kunjung tiba di halte.
KAMU SEDANG MEMBACA
LET ME BE WITH YOU
Teen Fiction[ROMANCE-ISLAM] . . . Biarkan aku bersamamu. Menghabiskan setiap waktuku hanya untukmu. Menjadikanmu sebagai untaian disetiap Doa-ku. Aku mencintaimu dan menyayangimu karna Allah. Aku bahagia disaat kau tersenyum. dan, Aku terluka disaat kau menangi...