Chapter 3

2 1 0
                                    

"Fajr is a chance to judge yourself on how close you are to Allah. How much do you want Jannah? Enough to leave your bed and prostrate to your Lord?"

***

Dari salah satu Buku yang pernah kubaca menjelaskan tentang Fajar. Fajar adalah kesempatan untuk menilai diri sendiri tentang seberapa dekat dirimu dengan Allah. Seberapa besar kamu menginginkan surga? Sanggupkah kamu meninggalkan tempat tidur untuk kemudian bersegera bersujud kepada Tuhanmu?

Sejak dulu aku memang sangat suka membaca, bahkan di kamarku banyak sekali buku-buku tentang Hadits, Sejarah Islam, bahkan Novel pun banyak sekali.

"Oh iya, aku baru ingat kalau hari ini aku dan Kak Adrian ada janji dengan teman Kakak, lebih baik aku cari dulu deh baju yang cocok". Aku pun langsung mencari baju untuk aku pakai siang nanti. Aku memang sudah terbiasa mempersiapkan apapun awal-awal, karna jika tidak aku siapkan lebih awal aku akan merasa sulit sendiri nantinya dan akan terburu-buru.

"Hmm... pilih yang warna peach atau yang warna navi yah?". Aku mengambil dua baju lengan panjang satu set dengan roknya.

Tok tok

Saat sedang memilih baju aku mendengar ketukan pintu kamarku, dan ternyata Bunda yang mengetuknya.

"Loh, Safa. Kamu mau kemana pilih-pilih baju?". Tanya Bunda yang membuatku menghentikan aktivitasku yang sedang memilih pakaian.

"Bun, hari ini Safa diajak Kakak untuk bertemu dengan temannya. Kakak bilang sama aku kalau aku nantinya bisa bekerja di perusahaan temannya". Ujarku

"Oh begitu, ya sudah pilih yang mana saja. Putri Bunda kalau pakai apapun akan terlihat cantik". Ucap Bunda seraya menyentuh pipiku.

"Tapi tetap saja Bun, Safa bingung harus pilih yang mana? Coba deh Bunda kasih saran agar Safa tidak bingung pilih bajunya". Aku memperlihatkan 2 baju yang aku pilih tadi pada Bunda.

"Hmm.. pakai yang warna peach saja, ini lebih cocok di kulit putih kamu Fa". Ujar Bunda, dan tanpa pikir panjang aku pun memisahkan baju warna peach itu.

"Ok. Makasih Bunda ku".

"Iya, ya sudah yuk kita sarapan dulu". Titah Bunda. Aku dan Bunda pun turun untuk sarapan, Ku lihat Ayah dan Kak Adrian pun sudah ada di sana.

"Anak gadis itu kalau habis sholat subuh jangan tidur dong". Ujar Kak Adrian tiba-tiba membuatku mengernyitkan mata.

"Siapa yang tidur? Safa itu habis sholat subuh dan mengaji, sengaja ga keluar kamar karna bingung mau ngapain. Bunda bilang sama Safa katanya kalau pagi Bibi yang masakin sarapan jadi Safa di kamar aja sambil baca novel terus pilih-pilih baju deh". Ucapku.

"Masa sih?".

"Ih.. Ayah... Kakak kenapa sih selalu godain Safa seperti itu?". Aku mendekat pada Ayah karna memang malas untuk berdebat dengan Kak Adrian pagi-pagi.

"Kalian ini pagi-pagi ada aja yang di ributin. Adrian jangan godain adik kamu terus, dan Safa sudah tau kakak kamu jahil jangan di ladenin dong". Ujar ayah.

"Sudah kita sarapan dulu". Ucapan Bunda pun selalu berhasil membuat kami menuruti ucapannya.

Setelah menyelesaikan sarapan, kami pun kembali dengan kegiatan kami masing-masing. Aku membantu Bunda membersihkan piring-piring kotor sementara ayah dan kak Adrian membicarakan tentang pekerjaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LET ME BE WITH YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang