Chapter 1

429 44 1
                                    


Happy reading~


.


.


.


"Yoongi-ya.. Wake up! Yoongi-ya.. Wake up! Yoongi-ya.. Wake up! Yoongi-ya-"

"Eunghhh iya iya aku bangun!", Yoongi mengerang dalam selimutnya, meraba-raba dimana gerangan benda yang meraung-raung memanggil namanya. Itu alarm ponsel milik Yoongi. Setelah menemukan ponselnya yang ternyata berada di samping bantal demi mematikan alarm yang berbunyi sangat memuakkan, ia melempar ponselnya lagi ke sembarang arah. Yoongi mengerjapkan matanya dengan susah payah. Ketika ia mengenali ruangan yang ditempatinya adalah kamar miliknya sendiri dan bukanlah tepi sungai Han, Yoongi bernapas lega. Oh, syukurlah tadi hanya mimpi. Mimpi yang... Ah sudahlah.

Niatnya ingin bergelung kembali ke dalam selimutnya, tapi ia keburu merasakan sesuatu yang aneh di celana. Ia terpaksa menegakkan punggung demi memeriksa celananya yang terasa basah.

"Oh shit!", Yoongi mengerang frustasi. Ia mengacak rambut kusutnya sebelum akhirnya beranjak bangun menuju kamar mandi. Sungguh Yoongi malas sekali. Secara, Yoongi sekarang pengangguran, jadi apa gunanya ia bangun pagi? Sialnya ia belum mengatur ulang alarmnya. Ingatkan Yoongi untuk melakukannya nanti.

Di dalam kamar mandi, Yoongi melempar celana penyebab dirinya harus mau repot-repot bangun. Shit! Kenapa juga ia harus mengalami 'wet dreams'? Hei, ini kali pertama ia mengalaminya kembali sejak SMP. Dan masalahnya, ia mengalami itu setelah mimpi berciuman! Itu terdengar wajar, tapi jika berciumannya dengan sesama lelaki dan menyebabkan Yoongi mengalami wet dreams nya, bukankah itu aneh?

Yoongi menatapi pantulan dirinya di cermin sembari terus menggosok gigi. Ini aneh. Yoongi menghentikan kegiatannya. Ia condongkan tubuhnya lebih mendekat ke cermin, menatapi bibir semerah cerinya yang sebagian tertutup busa pasta gigi. Ia sentuh bibirnya sendiri.

"Di sini dia menciumku.. Ah, sialan! Bahkan rasanya nyata sekali", rutuknya. Ia oles lagi pasta gigi ke ujung sikat giginya demi menggosok bibirnya, menghilangkan jejak ciuman dalam bayangannya. Ia tidak peduli walau ciuman itu hanyalah mimpi, yang jelas ia harus tetap membersihkannya.

Selesai mandi, Yoongi kembali bergelung dalam selimutnya. Bingung. Sebenarnya ia sudah tidak mengantuk, tapi jika sepagi ini, oh ayolah, ini masih jam setengah 7. Apa yang akan Yoongi lakukan selain kembali tidur? Ia masih malas keluar rumah. Malas juga bertemu dengan orang-orang. Kemarin ketika Yoongi masih bekerja, jam setengah 7 pun ia sudah rapi dan wangi, siap berangkat ke kantor.

Yoongi menghela napas, bosan. Matanya sama sekali tidak mengantuk. Ia putuskan untuk mengecek ponselnya yang ternyata banyak sekali notif chat dan panggilan yang ia abaikan seharian kemarin setelah angkat kaki dari tempat kerjanya yang terkutuk. Kebanyakan dari teman-teman sekantornya, termasuk Jimin. Ah, Jimin. Ia jadi teringat sabahat bantetnya itu.

Baru saja Yoongi hendak membalas chat dari Jimin, pintu kamarnya sudah diketuk dengan brutal oleh seseorang di luar sana. Yoongi merotasikan bola matanya dan meletakkan ponselnya begitu saja, tidak jadi membalas Jimin. Ia tahu siapa yang setiap harinya mengetuk seperti itu. Nenek lampir. Dengan rasa malas yang luar biasa, ia beranjak buka pintu kamarnya. Nenek lampir di luar sudah mengeluarkan taringnya, jadi ia harus bersiap-siap memasang telinga.

"Yoongi! Bangun pemalas!", teriak orang yang disebut nenek lampir oleh Yoongi. Suaranya tidak tanggung-tanggung, bahkan kaca jendela kamar Yoongi sampai bergetar.

"Hem iyaa aku sudah bangun", kata Yoongi malas seraya mengusap telinganya yang sedikit berdengung. Ini nih yang tidak Yoongi suka jika berada di rumah.

"Nah bagus, kau menganggur kan sekarang? Daripada kau tidak berguna, cepat siapkan sarapan. Eunbi berangkat kuliah sebentar lagi, jadi kau harus cepat", titah wanita ber make up tebal dihadapannya. Wajahnya sengak sekali membuat Yoongi ingin sekali melempar wanita itu ke sungai Amazon, biar habis dimakan piranha. Yoongi heran, darimana wanita tua itu tahu kalau Yoongi sekarang menganggur? Hem, siluman ular memang.

"Kenapa tidak kau saja? Kau kan ibunya?", Yoongi berdecak malas. Selalu begini. Wanita lampir di hadapannya benar-benar tidak akan membuat hidup Yoongi tenang.

Wanita itu berjengit. "Apa? Kau membantah? Berani kau?", wanita itu lantas menjambak rambut Yoongi yang masih setengah basah karena belum sempat dikeringkan, namun dengan sigap Yoongi menyingkirkan tangan wanita itu dari kepalanya.

"Dengar ya, aku bukan orang bodoh yang bisa kau perbudak sesukamu".

Wanita itu tertawa sinis. "Mau kuadukan pada ayahmu, hah?  Anaknya tidak lain adalah seorang pembangkang!".

Yoongi menaikkan satu alisnya, menatap wanita itu dengan tatapan menantang "Memangnya aku peduli? Kau sudah sering melakukannya dan selalu berhasil. Bukankah ayahku selalu mempercayai bualan kosongmu? Mengapa kau perlu bertanya padaku?".

"Lancang sekali! Dasar tidak berguna! Seharusnya kau bersyukur aku mau menjadi ibumu, walaupun aku tidak sudi melihat wajahmu!"

Mendengar ucapan wanita itu, seketika Yoongi terkekeh. "Ibu? Asal kau tau ya, aku bahkan sama sekali tidak pernah menganggapmu seorang ibu. Kau cocoknya jadi ibu anaconda".

Mata wanita itu membelalak sempurna, amarahnya semakin tersulut. Ia tidak menyangka Yoongi tidak takut dengan ancamannya yang biasanya manjur setiap kali bocah sialan itu membantah. Tangannya gatal sekali ingin menampar wajah Yoongi, namun Yoongi sudah lebih dulu menutup pintu dengan keras hingga menimbulkan bunyi debum yang menggema di seluruh ruangan. Tentu saja wanita itu terkejut setengah mati. Untung saja jantungnya kuat, jadi dia anti serangan jantung.

"Anak sialan! Kurang ajar. Tidak tahu diuntung! Tunggu apa yang akan kulakukan padamu!"

Di dalam, Yoongi memilih menutup telinga dan tidak ingin mendengarkan umpatan nenek lampir di luar. Yoongi menyumpal telinganya dengan headset dan menyetel lagu keras-keras agar telinganya tidak mendengar suara memuakkan wanita tua di luar yang masih sibuk mengumpati dirinya.

Sembilan tahun. Ya sudah sembilan tahun lamanya sejak ibunya meninggal karena kecelakaan mobil dan berakhir dengan ayahnya yang menikah lagi dengan janda satu anak bermarga Seo. Saat itu Yoongi hanyalah seorang anak laki-laki berumur 15 tahun. Ia yang tadinya sangat menentang pernikahan ayahnya dengan wanita ular itu berakhir dikurung di kamar mandi selama dua hari. Ayahnya bahkan sudah mempercayai wanita itu sejak pertama dan mulai tidak memperhatikan Yoongi yang notabene adalah anak kandungnya.

Yoongi tertawa miris. Ia tahu akhirnya akan begini. Ibu tiri memang tidak semuanya buruk, tapi yang Yoongi dapat adalah yang terburuk se-planet bumi. Ditambah lagi dengan anak perempuannya yang tidak jauh berbeda dengan ibunya. Duo lampir, kalau Yoongi boleh mengganti nama.

Persetan dengan semua itu. Sekarang hal itu bukanlah masalah penting. Yang terpenting saat ini adalah Yoongi harus segera mendapatkan pekerjaan baru. Ya, tidak baik jika ia terus menganggur di rumah. Bisa-bisa ia stress menghadapi duo lampir penghisap uang yang menghuni rumahnya. Pekerjaan apapun, asal jelas dan halal. Tapi nanti, setelah Yoongi menikmati tidur panjangnya.

Layar ponselnya kembali berkedip tanda ada pesan masuk. Oh, dari Jimin. Yoongi mengernyit. Padahal Yoongi tadi belum sempat membalas Jimin, tapi bocah itu sudah mengirimi pesan lagi. Haduuh.

"Yoon, nanti malam datang ke pesta ulang tahun Hobi. Aku jemput, tidak ada penolakan.

Nb. Banyak orang penting yang datang, jadi penampilanmu harus oke 😳".

Oh, kebetulan. Seketika senyum Yoongi mengembang. Sepertinya ia bisa memanfaatkan acara ulang tahun Hobi untuk mencari pekerjaan baru.







Tbc~


Annyeong~~~ book baru yang gaje hehe

[TaeGi] Don't Hear (Who are You?) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang