CupCakes

29 1 0
                                    

"Lama sudah ku menanti banyak cinta datang dan pergi...nanananaa" Belva bersenandung ria sambil menyiram tanaman di pekarangan rumahnya.
Semua orang di rumah ini sedang sibuk melakukan tugasnya masing-masing.
Om yang jaga provos lagi sibuk ngopi, om ajudan ayah sedang sibuk nyuci mobil, dan berbagai kesibukan lainnya. Lalu terdengar klakson mobil ya..siapa lagi kalau bukan ayah. Mobil dinas ayah memasuki pekarangan rumah,para penjaga di provost pun berdiri sembari menghormat, itu sudah menjadi hal sangat biasa di rumah ini, rumah yang tetap di hiasi oleh pria berseragam loreng.

"Hay..sayangnya ayah rajin banget sore-sore nyiram bunga." Kata papa sambil menghampiri belva lalu mengecup keningnya. "Iya dong ayah.." , "Sepertinya ada yang beda nih, kamu baru beli bunga lagi ya sayang?." Tanya ayah, ternyata ayahnya itu sangat memperhatikan apa yanh berada di sekitarnya. "Iya ayah..cantikkan bunganya,apalagi yang di tengah itu, belva sengaja nanamnya itu di buat bentuk love gitu biar besok-besok kalau tumbuh mawar putih jadinya sangat cantik." Ucap belva penuh kegirangan. Hingga mata belva menangkap sosok pria yang sedari kemarin hingga pagi ini masih berkeliaran di otaknya. "Kamu gak sekolah nak?." Tanya ayah. "Gak ayah, karena hari ini cuman lomba-lomba di sekolah, belva males sekolah." Ayah yang mendengar pernyataan itu hanya menggeleng kepalanya. "Abang dan kakakmu mana? Dek?." Belva masih sibuk menyiram tanamannya. "Gak tau ayah, tadi pergi barengan." , "Bunda?." Belva melihat ayahnya sambil tersenyum."Di dapur lah ayah." ,"Okelah ayah ke bunda dulu yah..kalau udah selesai langsung istirahat ya.." ,"Siapp.."

Hadara pun memakirkan mobil dinas itu lalu, mengganti pakaian dinas dengan pakaian olahraga yang di bawanya. Niat hati ingin berganti pakaian lalu berolahraga sekalian pulang ke barak,namun setelah mengganti baju matanya selalu ingin melihat apa yang gadis kecil itu lakukan. Hadara melihat belva kesulitan mengangkat tanah hitam yang ada di karung, akhirnya hadara menghampiri belva lalu membantunya. "Kamu gak bakal kuat dek, sini biar abang saja." Ucap hadara mengagetkan belva, belva pun mulai sedikit bergeser dari tempat itu,memberikan sedikit ruang untuk hadara mengangkat tanah hitam itu. "Hehehe,terimakasih abang." Hadara hanya menganggukan kepalanya. Lalu mengambil sapu lidi dan membantu belva untuk menyapu daun-daun kering yang gugur di bawah pohon. "Abang gak usah nyapu,nanti biar belva aja gapapa." , "Udah gapapa dek,kamu urusin saja bunga-bunga mu itu." Belva hanya menaikan satu alisnya dan kembali menanam bibit bunga baru.

Mata belva pun melihat salah satu tanamannya. Ternyata mawar putih yang ia tanam di sebelah mawar pink di ujung sana sudah berbunga, dan di situ hanya satu bunga saja dan itu adalah bunga pertama. Belva beranjak dari tempatnya lalu memetik mawar putih itu lalu berjalan mendekati hadara yang sedang menyapu. Hadara dengan spontan mememberhentikan kegiatannya itu,kini matanya terpaku melihat setangkai mawar putih. Dengan perlahan matanya menelusuri dari tangan naik perlahan hinnga sampai pada wajah. Ya belva yang memberikan bunga itu, sejak pertama kali belva sudah tergila-gila pada hadara. Belva tersenyum"Bunga pertama untuk orang yang spesial." Hadara hanya terdiam menatap belva. Belva menarik tangan hadara dan memberikan bunga itu pada hadara, lalu belva melanjutkan kegiatannya.

Hadara masih berdiri mematung."Bagaiaman mungkin gadis ini melakukan hal-hal manis seperti ini untukku? Bukannya kita baru berjumpa kemarin? Apa yang dia ucapkan semalam itu adalah sebuah kebenaran dari hati yang tulus bahwa dia menyukai ku?". Hadara membatin, sembari melihat belva dari kejahuan,belva tampak sangat manis dengan kesederhanaannya itu hadara pun mengakui itu. hanya saja bagi hadara, belva tak boleh sampai jatuh hati padanya." Bagaimanapun caranya belva harus benci denganku". Batinnya.

Hadara meninggalkan bunga itu di bangku taman lalu meninggalkan belva. waktu terus berputar hingga belva selesai melakukan aktivitasnya itu dan kembali masuk kedalam rumah, ia mandi karena badannya sudah sangat lengket akibat keringat. Selesai belva mandi belva kembali duduk di kursi taman, ia melangkahkan kaki perlahan.  Hatinya sedikit sakit ketika melihat bunga mawar itu di atas meja, kemudian ia tersenyum lagi meyakinkan diri bahwa bunga ini pasti akan di ambil oleh hadara. "Gapapa bel, mungkin bang hadara tadi buru-buru. ntar kalau dia kesini belva kasih lagi". Belva membatin dan menyemangati dirinya.

BELVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang