Patah

15 0 0
                                    

Waktu untuk duduk sendiri itu perlu. Mengingat sudah sejauh mana perjalanan yang telah kita lalui selama ini, mengingat mengapa kita tiba-tiba jatuh begitu saja setelah apa yang kita lakukan selama ini. Dia bukanlah segalanya, bermaslahat bagi hidupku saja tidak. Tapi mengapa kehilangannya, rasanya sakit sekali.

Katanya hidup hanyalah tentang ditolak dan diterima. Penolakan itu baik, dan penerimaan pun baik. Tergantung bagaimana kita menanggapinya.

Perpisahan itu pasti kan. Kita semua akan terpisah seiring berjalannya waktu, karena sejatinya poinnya adalah pelajaran yang diambil dari pertemuan tersebut.

Waktu aku melihat kupu-kupu berwarna kuning terbang, lantas perlahan hinggap di daun mangga. Aku tersenyum saja. Tak ada salahnya mengedarkan mata terhadap hal-hal kecil.

Aku bilang, aku memang merasa sakit. Tapi sakit adalah rasa yang lazim dirasakan oleh orang-orang yang telah mengambil resiko. Setidaknya, itu tandanya aku masih punya hati yang bisa merasakan rasa sakit.

Jika ditanya tentang kerelaan, maka aku bukan ahlinya. Aku akan bertanya tentang definisi kerelaan kepada Ibuku. Mengapa ia begitu kuat melangkah, padahal Bapak pergi meninggalkannya cepat sekali. Maka apalah arti kamu yang pergi, belum ada jasa, belum ada pengasihan, belum ada kepedulian.

Mereka bilang aku hanya salah tafsir, mereka berkata, "Itu hanya kagum belaka". Aku hanya mengangguk. Mungkinkah hanya begitu? Mungkinkah hanya terbawa suasana?

Ini adalah ketika cinta hanya disamakan dengan omong kosong belaka. Baik. Hanya omong kosong tapi tulus, bukan pujian yang penuh akal bulus. Yang paham hatiku hanya diriku sendiri, dan lagi ... yang menderita juga aku sendiri.

Realitas dan imajinasi saling menghantam naluri. Tidak. Tidak. Ibuku menunggu di rumah dengan senyumannya yang selalu merekah. Aku bersyukur, punya Ibu.

Jika cinta hanya membuat hati kita menderita. Maka jalan satu-satunya adalah kembali. Kembali menatap ke langit, hal apa yang paling sakti dari segala yang ada di alam semesta.

Pundakku berat, tidak kuat lagi. Maka aku memilih luruh, luruh di atas sajadah yang basah. Aku bukan siapa-siapa di dunia ini. Tuhan adalah pemegang segala-galanya. Maka hatinya, hatiku, hati mereka adalah kekuasaan-Nya.  Aku tidak kuat, tapi Allah Maha Besar.

WRITE MY STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang