Dulu sebelum ada sosmed barangkali populasi orang patah hati lebih sedikit dibandingkan dengan sekarang.
Benarkah demikian?
Eh, ngomong-ngomong ada yang menarik dari obrolan saya dengan Emak saya tempo hari. Bagaimana ia bercerita tentang bagaimana Bapak dahulu mau dengan beliau yang notabenenya sudah menjanda, sendangkan Bapak bujangan muda usia 20-an.
Emak bercerita kata Bapak, suatu hari ia pernah merantau di daerah Salatiga-Kudus. Daerah sekitaran sanalah. Bapak bilang kepada Emak saya bahwasannya ia pernah mendapati seorang gadis menyatakan perasaan padanya dan ingin ikut ke rumah Bapak. Tapi Bapak menolak secara baik-baik, dan ia berkata bahwa ia telah melamar seorang perempuan di kampungnya. Waktu itu pernikahan mereka katanya tinggal satu bulan lagi.
Saya terkikik menanggapi cerita yang tengah Emak saya katakan. Dan cukup bangga dengan Bapak saya yang gentle man.
Untuk sekian detik kemudian saya tertegun.
"Mak, apa aku ini ngikutin jejak Bapak, tah?"
Emak saya tidak langsung menjawab. Tapi langsung tertawa.
Saya membiarkannya tertawa. Barangkali Emak saya tengah mengalami Deja Vu dengan situasi ini, dengan situasinya di masa lalu. Saya pikir semua orang punya cerita menarik dalam hidupnya. Dan orang-orang yang pernah kita sayangi meski mungkin sekarang berubah biasa saja atau benci, mereka juga adalah bagian dari kenangan di hidup kita yang pantas disimpan rapih.
KAMU SEDANG MEMBACA
WRITE MY STORY
NonfiksiApa yang ada di dalam sini, adalah sebagian dari potongan di hati. Jangan coba membukanya jika tak ingin meringis mengetahui bagaimana isi hatiku. Oh, atau bahkan kehidupanku.