Malam ini Guntur terdengar saling bersautan di sertai dengan hujan yang deras hingga seakan akan malam ini adalah malam yang memilukan.
Ban mobil melaju di jalanan aspal yang basah dengan genangan air hujan, setiap deras putaran rodanya menciptakan gemercak air di jalanan yang begitu sunyi seakan hanya ada satu mobil hitam itu yang melaju di jalanan malam ini.
Lampu merah menyala dengan terang menandakan bahwa mobil tersebut telah sampai ke tujuan akhirnya.
"Turun pelan-pelan"
Gadis tersebut hanya mengangguk lalu mengambil payung biru dari tangan ayahnya. Di wajahnya masih terlihat jelas ada guratan kesedihan yang begitu mendalam disana.
Ecah melangkahkan kakinya memasuki rumah yang terbilang mewah tersebut, ini adalah pertama kalinya dia masuk kedalam rumah tanpa pelukan hangat dari ibunya."Kamar Ecah ada diatas, bibi sudah siapkan semuanya disana, bi antar dia ke kamarnya"
Seorang wanita paruh baya mengangguk lalu mengulaskan senyumannya kepada Ecah memberi kode agar Ecah segera mengikuti langkahnya menuju lantai atas.
Ketika kakinya tengah meniti anak tangga dengan perlahan Ecah masih sempat memutar pandangannya ke arah ayahnya yang kini tersenyum lebar kepadanya meskipun Ecah tau betul jika di balik senyuman ayahnya itu ada kesedihan dan luka yang tersimpan dalam hati kecilnya."Selamat malam ayah"
"Selamat malam istirahat yang cukup"
Ecah hanya mengangguk lalu melanjutkan langkah kakinya setelah dia mendengar deheman dari pembantu rumahnya yang kini sudah berada di lantai atas.
•°•°•
"Ini kamarnya non"
Wanita tersebut membuka pintu kamar yang di dalamnya sudah tertata rapi barang barang milik Ecah bahkan Ecah tak percaya kalau ayahnya sudah mendekorasi kamarnya dengan stiker stiker Hello Kitty, sesuai dengan seleranya.
"Barang barang non sudah ada di dalam, non sebaiknya istirahat yang cukup"
"Makasih bi"
"Ya sudah Bibi ke dapur dulu ya non"
Ecah kembali mengangguk sebelum akhirnya dia menjatuhkan tubuhnya ke ranjang kamarnya mencoba memberi istirahat kepada tubuh dan pikirannya yang hari hari terakhir ini dia benar benar kacau.
Pandangan mata Ecah teredar kelangit langit kamar dengan kosong, walau dia sudah mencoba membuang bayangan itu namun tetap saja seakan akan di langit langit kamarnya dia bisa melihat putaran video dimana ibu dan ayahnya bertengkar hebat hingga membuat mereka mengambil jalan yang begitu menyedihkan.Tiga hari yang lalu ibu dan ayah Ecah memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka setelah mereka hidup tak rukun dan kacau selama dua tahun terakhir ini. Jujur saja dua tahun terakhir itu menjadi tahun yang begitu menyiksanya, dia harus melihat dan mendengar ibu dan ayahnya bertengkar setiap malam. Membahas hal yang sama dan mempertentangkan hal yang sama yang seakan akan hal itu tiada akhirnya.
Setetes air mata kembali membasahi pipi lembut Ecah. Dengan cepat Ecah mengelap air mata yang sudah hampir jatuh dari pipinya itu. Dia sadar jika dia harus menahan dan menghentikan matanya bersedih hanya karena masalah dan kejadian yang telah berlalu karena dia tau kalau waktu tidak bisa di putar kembali.
Ecah menatap bola kaca salju yang ada di meja kamarnya, jari telunjuknya bergerak perlahan menyentuh bola kaca tersebut dengan tatapan berkaca-kaca di matanya. Serasa sangat sulit sekali menghilangkan bayang bayang kebersamaannya bersama ibunya walau hanya sedetik saja. Ketika dia mengingat kata itu dia benar benar tidak bisa menahan air matanya untuk tak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
Teen FictionEcah, seorang gadis manis berambut kecoklatan yang mengawali hidup barunya di ibukota yang dipenuhi oleh kemewahan. Dia mengikuti ayahnya yang pindah ke Jakarta semenjak ayah dan ibunya berpisah. Ecah harus bisa menyamankan dirinya di ibukota denga...