"kalau kamu nyuruh aku buat jadi matahari buatmu aku gak bakal mau, karena kalau aku harus jadi matahari buatmu berarti aku harus menjauh 150 juta kilometer, sedangkan aku gak bisa jauh jauh dari kamu"
Nafas alam menghembus dengan lembut, kembali membelai dedaunan yabg terhampar rata. Lebah lebah berkeliaran dari sarangnya, menghinggapi satu persatu bunga mencoba mengais seteguk madu dari sana.
Di tengah hamparan bunga matahari yang melambai lambai pada cahaya fajar, Ecah duduk di salah satu bangku yang ada disana, menghela nafas kasar lalu melirik jubah sang surya yang terkait di telinga langit.
Tangannya meraih buku yang tersusun di sebelahnya lalu kembali melanjutkan langkah kakinya menuju sekolah. Hari ini dia memutuskan untuk berjalan kaki, karena sopir rumahnya sedang pulang kampung, katanya istrinya mau melahirkan jadi dia mengambil cuti beberapa hari.
"Huft, jalan ke sekolah ternyata capek juga"
Ecah berdecak kesal lalu melirik beberapa buku yang kini tengah dia peluk di kedua tangannya.
Tin!!!!!
Suara klakson motor itu sempurna membuat Ecah terkejut hingga buku yang dia pegang terjatuh karena dia berteriak cukup keras sembari menutup telinganya.
Sementara Madan yang duduk di motor hanya terkekeh puas melihat ekspresi wajah Ecah yang sangat lucu dan konyol.Ecah hanya bisa mendegus kesal ketika melihat Madan menertawainya. Dia berjongkok lalu meraih dua buku tebal yang dia bawa.
"Jail banget"
Dia menghentakkan kakinya dengan kesal lalu melangkah pergi begitu saja.
"Eh mau kemana?"
Ecah menghentikan langkah kakinya lalu membalikan tubuhnya dan menatap Madan dengan tatapan malas.
"IQ kamu berapa sih? Udah jelas jelas aku pakai seragam, bawa tas, bawa buku, pake sepatu, pake kaos kaki, ya pasti mau ke sekolah lah"
"Jalan?"
"Enggak, terbang"
"Jangan terbang nanti dunia terpukau sama kecantikan lu"
"Ih"
"Udah ayok ikut gw aja, kasian kaki lu nanti makin kurus"
Madan terkekeh pelan melihat Ecah yang mengerucutkan bibirnya tanda kalau dia setuju dengan apa yang baru saja di katakan oleh Madan.
"Sebenernya yang ikut gw bayar 10.000"
Kaki Ecah yang hendak menginjak pedal motor dan bergerak naik kembali turun ketika mendengar perkataan Madan.
"Idih, gak jadi ikut aku"
"Tapi kalo bonceng masa depan mah gak bayar lah"
Tangan Ecah bergerak memukul kepala Madan yang berbalut helm dengan kesal lalu segera naik ke motor Madan dengan perlahan.
"Pegangan"
"Udah"
Tangan Ecah berpegangan pada belakang jok motor lalu memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih nyaman.
Madan menghela nafas kasar lalu meraih tangan Ecah dan meletakkannya pada pinggang Madan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
Teen FictionEcah, seorang gadis manis berambut kecoklatan yang mengawali hidup barunya di ibukota yang dipenuhi oleh kemewahan. Dia mengikuti ayahnya yang pindah ke Jakarta semenjak ayah dan ibunya berpisah. Ecah harus bisa menyamankan dirinya di ibukota denga...