Aku salah unggah anjir, malah d FWB-_-
Maap ya maap saking lamanya gak d pegang ini cerita, lmao.
"If the hurt comes,
so will the happiness."—milk and honey.
Mean.
Minggu pagi di awal bulan Februari, mendung sudah sejak kemarin dan bumi baru menangis pagi ini. Plan termenung dengan bau tanah basah yang entah bagaimana selalu mengingatkannya akan masa dulu, ketika permasalahan tersulit dalam hidupnya hanya sebatas soal perkalian matematika. Kakinya bergoyang diujung bangku, buku karya Agatha Christie itu masih setia ia peluk. Plan tidak pernah tau mengenai akhir dari buku Sparkling Cyanide tersebut, ibunya sekali membawa beberapa buku bekas, dan yang satu ini tertinggal
"Mean tidak datang lagi."
Bibirnya tertekuk kebawah dipenghujung kalimat. Dilihatnya wanita cantik itu bersama salah satu perawat yang dibenci oleh Plan karena selalu memaksanya meminum obat setiap pagi, atau sore. Mean tidak datang menemani istrinya berjalan-jalan pagi. Pria itu tidak datang lagi, ini sudah satu minggu penuh.
Plan menatap nanar sampul buku Sparkling Cyanide. Buku dengan sampul berwarna merah terang itu terlihat begitu kontras dengan kulit tangannya. Plan berpikir, mungkin jika ia memiliki kulit secantik istri Mean, pria itu akan selalu mengunjunginya. Atau jika ia memiliki paras serupawan wanita yang sibuk tertawa bersama dua wanita lanjut usia lain di ujung sana. Plan menyayangkan jika ia harus memiliki penampilan semenyedihkan ini, ditambah dia penyakitan.
Mean itu angkasa, dan Plan tak memiliki sepasang sayap.
"Aku mengantuk, Mean. Cepat datang."
***
"Kau akan menemui Plan, atau mencari Plan?"
Kerutan didahi Mean sekilas terlihat sebelum ia dengan sempurna melepas jas kantor miliknya, dan meletakkan di punggung sofa.
"Dimana letak perbedaan dari dua kalimat tersebut?"
Sara berpikir sejenak, sebelum ia balas dengan gidikkan bahu.
"Jadi, kau akan menemuinya atau tidak?"
Mean tak membalas dengan ukara. Ia mengangguk dan melenggang pergi dari sana bersamaan dengan datangnya salah satu perawat. Sara tak memerlukan keberadaan Mean ketika ia hanya harus mendapat satu suntikkan di paha belakang.
Bangkok tidak pernah semenarik ini sampai selama satu minggu lebih sehari Mean hanya memikirkan bagaimana keadaan kota Bangkok di bulan kedua tahun ini? Ia baru saja kembali dari tugas dinas di salah satu kota di Perancis, dan Bangkok mungkin adalah yang terbaik—menurut Mean.
Seperti, saat menjelang tidur, Mean akan memikirkan bagaimana udara kota Bangkok malam itu, bagaimana jika salah satu penduduk disana tidak tahan dengan cuaca dingin? Atau, memikirkan kabar rumah sakit, jika saja terjadi sesuatu, seperti perampokkan, atau kebakaran gedung?
Mean lebih banyak memikirkan hal-hal yang nyaris tidak penting daripada memikirkan persoal pekerjaan. Singkatnya, Mean merindukan kabar Plan.
Langkahnya terhenti tepat diujung lorong dekat tanda arah Penyakit dalam. Mean melupakan beberapa hal penting, ruangan kamar milik Plan, misalnya. Sejauh ini pria manis itu tak memberinya izin untuk berkunjung ke bilik miliknya, terkadang Mean ingin sesekali membawakan beberapa kue coklat basah, atau buah-buahn segar dari kebun milik ibu Mean untuk Plan.
KAMU SEDANG MEMBACA
a delusions of happiness | end'
Fanfic"Aku tidak percaya cinta lagi sampai aku menemukanmu berjinjit diujung lorong, kau manis sekali Plan." -Mean Mean tidak menyukai kisah cinta klasik, itu sangat membosankan. Mean tidak menyukai kisah cinta klasik, tapi dia mencintai Plan dengan ceri...