one day for Plan.

515 86 10
                                    

"I find you in a sad song, the sound of rain, sunsets, Sundays, smiles,
and all the small things."

perry poetry

Suasana hati Plan sangat bagus. Ia mengintip dari balik jendela, kemudian tersenyum begitu lebar sampai ia terlonjak-lonjak di tempat. Hujan sudah reda sejak pukul Sembilan pagi, bau khas tanah basah begitu menyegarkan, walau udara pagi menjadi lebih dingin satu tingkat. Plan menghadap sisi kiri tubuhnya, ada kaca persegi panjang yang menggantung pada dinding, pinggiran kaca itu dari kayu biasa yang sudah rapuh dimakan rayap, permukaan kaca-nya saja sudah sedikit buram. Plan mengaca, merapikan rambut kering-nya, dan sedikit menata poni yang menutupi jidat. Ia juga merapikan pakaian rumah sakit yang sudah ia kenakan selama satu tahun lebih itu.

Plan menatap pantulan dirinya di cermin, lalu melenguh lesu. Bibirnya melengkung kebawah. Mean tidak akan merasa senang jika ia pergi dengan pakaian seperti ini, batinnya.

Benar. Hari ini, 19 February 2020. Hari ulang tahun Plan! Ia sedikit menyayangkan bahwa usia-nya semakin bertambah angka dan ia benar-benar menjadi tua. Tetapi, Plan juga merasa sangat bersemangat! Sampai seluruh tubuh-nya merasakan euphoria tersebut, membuatnya ingin melonjak dan berteriak kencang. Kalian tau mengapa?

Mean mengajak-nya jalan-jalan. Kalian dengar itu? Pria tampan itu kemarin mencari-cari Plan dengan peluh didahi, seperti baru berlari, lalu mengatakan bahwa ia ingin mengajak Plan ke sebuah taman bermain di hari ulang tahun Plan yang ke 29 tahun. Plan tidak pernah merasa begitu bersemangat sebelumnya, atau merasa tubuh-nya begitu sehat. Plan sudah menanti Mean sejak subuh, pria kecil itu sudah menanti didepan jendela dengan senyum yang tidak pernah hilang.

Plan memekik ketika mengingat sesuatu, ia berjalan menuju sisi lain kamar tidur-nya, mencari di salah satu laci nakas. Ia ingat bahwa salah satu perawat masih menyimpan pakaian miliknya yang ia kenakan ketika pertama kali ia datang ke rumah sakit ini satu tahun silam.

"Ada!" Lalu berseru senang ketika mendapati pakaian milik-nya itu benar-benar masih disana.

Plan melonjak-lonjak lagi, ia begitu gembira. Dengan bergegas, Plan menanggalkan pakaian rumah sakit yang ia kenakan dan menggantinya dengan pakaian milik-nya. Plan tertawa kencang ketika melihat pantulan dirinya pada cermin. Ah, itu membuat-nya rindu kehidupan-nya sebelum terperangkap didalam rumah sakit besar ini. Batin Plan, ini pakaian kesukaan-nya, ia selalu mengenakan ini ketika Good, atau Earth mengajak-nya bermain ke pusat kota sepulang bekerja.

Baju itu nampak sedikit kusut, namun masih baik dikenakan. Kaos polos berwarna hjau tosca pudar, dengan jaket warna merah yang ibu-nya belikan pada ulang tahun-nya lima tahun lalu, dan juga celana jeans berwarna biru yang membalut kaki-kaki kecilnya sempurna. Plan berpikir ia sudah sangat manis sekarang dan Mean tidak akan merasa malu.

Tapi, alas kaki...

Plan masih mengenakan sandal rumah sakit. Dan itu sangat tidak pas dengan pakaian yang ia kenakan saat ini. Sedetik kemudian, Plan angkat bahu, tidak perduli. Toh, yang terpenting ia memakai alas kaki.

Plan berjalan dengan setengah melompat kecil keluar kamar, menuju ke taman tempat ia dan Mean biasa berjumpa. Menyapa bibi Agatha yang sibuk membantu nenek Maria dengan sarapan pagi-nya, atau dengan ceria menyapa nenek Abigail yang memiliki gangguan pendengara. Plan semakin merekah ketika dilihatnya pria itu tampak mempesona dengan kemeja biru langit, dan celana kain hitam panjang, Mean begitu tampan. Pikir-nya.

Lengan kemeja pria itu ditekuk setengah, arloji mahal melingkar manis pada pergelangan kiri. Mean berdiri dengan begitu rupawan diujung sana, membalas senyum Plan dan melambai.

a delusions of happiness | end'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang