2

226 132 41
                                    

"Kamu menjadi alasan utama aku masih menikmati indahnya hidup"

L&R


Tring tring

Bel berbunyi dengan nyaring. Menandakan kelas telah berakhir. Semua murid berhamburan keluar kelas. Prospeknya mereka akan senang atau gembira ria, namun realitanya mereka malah memasang wajah yang terlihat sangat syok.

"Gila gila... Matematika ngajak ribut!!"

"Latihan soal ABC, yang muncul XYZ!"

"Ada keresek ga? Gua mau muntah!!"

"Kepala serasa migran!"

"Itu cuman pranknya nino kuya kan?"

"Mati kutu gue!"

"Semua ini salah Pak Dandi!! Usir dia dari kampung ini!"

Segelintir orang mencerocos tak keruan. Walau Ujian Nasional sudah terlanjur selesai, mereka masih menyumpahi pelajaran Matematika yang gilanya minta ampun.

Radifa dan Syanti keluar dari ruangan itu melewati salah satu pintu terdekat. Pintu lab yang tidak terlalu besar membuat mereka sedikit berdesak dengan murid lain.

Syanti menggelengkan kepalanya, menghela nafas pelan. "Akhirnya selesai juga," lirihnya. Tepat saat dirinya dan Radifa keluar dari ruangan itu, ruangan yang begitu panas, engap dan menyesak, apalagi di dalamnya ada tiga kelas yang di gabungkan.

Radifa menghampiri Syanti yang berjalan cepat mendekati tembok di seberang ruang lab. Tembok setinggi 1 meter itu di gunakan sebagai pagar sekaligus tempat duduk untuk siapapun.

Suasana di luar bertolak belakang dengan di ruangan tadi. Begitu sejuk, segar dan asri. Mungkin karena banyaknya komputer, dan para murid menambah suasana ruangan itu semakin panas, di tambah deretan soal Matematika yang membuat emosi murid semakin menjadi jadi.

Syanti duduk di tembok pendek itu, menutup mata menghadap ke taman dan pohon pucuk merah yang ditanam sepanjang koridor Lab. Berusaha menenangkan hati dan pikirannya yang baru saja sempat teruji.

Didekat Syanti, Radifa mengernyitkan alis dahinya. Menatap lekat para murid yang sedang frustasi di koridor itu. Ada yang berjongkok untuk melamun, mondar mandir tak jelas, mencerocos, mengumpati dan tingkah aneh lainnya.  Tingkah mereka membuat Radifa menggelengkan kepala.

"Woy lu bisa nyadar body gak si?? Perut kaya toren lu kira triplek?" suara itu muncul di salah satu pintu lab paling ujung. Citra!! Suara sekeras itu pasti milik Citra.

"Eh eh, yang salah elo, elo yang marah. lo malah nerobos aja, lo kira tubuh lo body goals?" Tobing nama lawan bicara Citra, tubuhnya yang begitu besar membuat dirinya dan Citra terjepit saling membelakangi di pintu Lab yang kecil. "Main nyalah nyalahin lu!" teriak Citra.

Citra berontak berusaha keluar dari himpitan itu. Dengan niat yang kuat ia berhasil pergi dari pintu itu, juga meninggalkan Tobing yang sedang cemberut karena jadi korban berontakan Citra.

"Pergi lu, jangan ikutin gue!" suruh Citra sambil menaikan telunjuknya ke arah Tobing. "Eh eh, ge-er banget lo, siapa juga yang mau ngikutin lo, manusia kerdil."

"Aaarghhtt!! Eh-eh, eh-eh, Berisik ahh, gua pusing banget tau!!" ujar Citra kembali berteriak. "Eh eh, yang ada sesekolah ini yang pusing dengerin suara fals lo," jawab Tobing sambil merapihkan baju seragamnya, lalu pergi meninggalkan Citra dengan wajah cemberut.

Citra senang Tobing musuh bubuyutannya itu pergi, namun tetap saja pikirannya masih di penuhi sejuta kekesalan. Radifa masih mengintai Citra dari kejauhan, dirinya hanya menonton sedikit opera dari Citra. Sedangkan Syanti? Dia masih menatap taman sambil berdoa agar Citra tidak datang menghampirinya kali ini. Karena itu dapat memperkeruh suasana hati dan pikirannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LDR London Dirindu RiauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang