Kemungkinan

474 25 6
                                    

   "By the way  thanks ya buat "teduhannya" haha," Ucapnya sambil mensejajarkan langkahnya denganku di lorong sekolah setelah upacara telah usai.

   Aku yang bingung harus bereaksi seperti apa hanya bisa tersenyum simpul sembari mengangguk pelan.

Hal yang remeh, bahkan aneh untuk mendapat sebuah ucapan terimakasih. Cukup aneh sampai-sampai aku masih terngiang hingga sekarang, dua jam setelah aku tiba di rumah, berbaring di atas kasur.

Aku bangkit dari kasur menuju lemari pakaian, memilih apa yang akan aku kenakan untuk rencana jalan malam nanti dengan beberapa teman kelas ku.

"Kok engga ada yang cocok ya?" Gumamku sambil mencoba mix and match kan beberapa kaos dan celana.

"Mau di bantu bantu, dek?" Ucap mama yang mengintip dari pintu kamar.

"Boleh deh, aku bingung nih ma mau pake apa," Balasku sambil kembali melihat ke arah cermin. Mencoba memantaskan diri dengan pakaian yang sedang kucoba.

Mama masuk, memilah beberapa baju yang aku tumpuk di kasurku agar lebih mudah mengambilnya.

"Ini kayanya cocok deh," Mama menyodorkan atasan off-shoulder bercorak floral dan rok hitam, "Coba chika pakai," sambungnya.

--
"Gimana ma?" Tanyaku  melihat pantulan di cermin.

"Kamu tuh sebenernya pake apa aja cocok sayang, yang penting pede

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu tuh sebenernya pake apa aja cocok sayang, yang penting pede." Mama menyentuh kedua pundakku dari belakang, "Anak mama yang paling cantik masa engga pede sih," Imbuhnya sambil mengelus puncak kepalaku. aku tersenyum pada pantulannya di cermin. 

Kami berdua duduk di sisi kasur, berdiam diri untuk beberapa saat.

"Kamu jadi pendiem sayan seja-"
"Ma," Potongku, "Jangan di bahas lagi ya." Mama mengangguk paham. "Jangan lupa di siram ya tanaman di kebun belakang." Mama bangkit dari kasur lalu keluar dari kamar ku.

Aku mengganti lagi pakaianku, lalu menggantung pakaian yang akan ku gunakan nanti malam.

Entah kenapa jajaran warna kuning cerah bunga matahari selalu membuat mood ku kembali baik. Air pada  gembor yang sedang kuisi sudah hampir penuh, sepertinya ini sudah cukup. Aku mulai menyirami satu persatu bunga matahari yang sudah hampir setinggi diriku, semuanya menghadap ke atas, pada matahari, hal yang membuat mereka berdiri tegak walaupun banyak hal yang terjadi pada mereka.

Langit mulai memerah, sirat-sirat jingga nampak melengkapinya. Matahari turun dengan perlahan, tugas untuk memberi kehidupan dan kehangatan pada buana nampaknya telah selesai untuk hari ini.

Aku mengeluarkan ponsel ku yang masih tersambung dengan handsfree yang sedari tadi memutar beberapa lagu untuk menemani kegiatan berkebun ku. Akan sangat disayangkan jika pemandangan seindah ini tidak di abadikan bukan? Ku arahkan kamera ponselku pada deretan bunga matahari ber-latar belakang langit senja.

( ON BREAK ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang