"Untung tanya, coba engga. Bisa- bisa kena marah deh," Dia duduk bersila di lantai kamarku, "Eh guru mat galak ga sih?" Sambungnya bertanya.
Aku sibuk mencari buku PR di antara tumpukan buku- buku lain, mengambil alat tulis, dan tak menghiraukan sama sekali apa yang baru saja ia tanyakan.
Dia menepuk dahiku sesaat setelah aku duduk, "Adeh," Responku sambil mengelus dahi."Di tanyain diem aja." Ucapnya.
"By the way kita belom kenalan ya," Ujarnya.
Aku mengangguk cepat.
**
"Pagi Chika!" Ucap Dey semangat seperti biasanya. Dia menaruh tas nya lalu duduk.
"Kacamata baru?" Dey menjawab dengan mengangguk semangat. "Udah ganti yang keberapa kali coba ganti kacamata," Sambungku.
"Emmmmmm....empat" Dia mengacungkan empat jari. Aku menggeleng heran.
"Makanya kalo ngapa-ngapain tuh biasa aja, gausah yang all out banget juga."
"Ya kan biar kesannya fun gitu Chika, kaya gatau aja." Balasnya, "Eh pr mat udah ngerjain kan? Pelajaran pertama loh." Dey mengeluarkan buku catatan dan tempat alat tulisnya.
Kami mengobrol ringan, Dey menyambi dengan menyalin beberapa bagian dari PR yang belum ia selesaikan. Aku mengalihkan pandanganku sesaat pada bangku di belakang kiriku, kosong. Sepertinya dia terlambat, fikirku. Kami berdua memang mengerjakan tugas sampai cukup larut, aku ingat dia sempat emosi karena tidak fokus dan menulis tidak karuan, bahkan beberapa kali mendapatinya sedang mengalami microsleep.
Bel masuk berbunyi. Dan pada saat yang sama ia memasuki kelas.
"Huh, untung pas." Dia membungkuk, menyandarkan tangannya pada lutut, "Eh, hai. Makasih loh udah bantuin ngerjain pr kemaren, sori juga kalo ngerepotin," Aku mengangguk canggung. Dia menuju bangkunya.
"What? Kalian udah kenal ternyata?"
"E-eh engga gitu, jadi dia tuh ternyata rumahnya di sebelah, jadi kita tetanggaan gitu. Terus kemarin aku tuh kelupaan juga soal pr ini, pas sampe pulang dia tiba- tiba minta buat nyontek gitu. 'Trus gara- gara aku juga belum jadi ya mending ngerjain bareng." Jelasku.
"Oh, by the way nama dia siapa deh? Dia belum perkenalan kan kemarin," Tanyanya, aku tersenyum bodoh.
"Jangan bilang kalian ga kenalan?" Dey menyipitkan matanya.
"Ya...gitu lah...hehe.." Aku menggaruk belakang kepalaku.
"Yessica..Yessica..."Dey menggeleng heran, membuang nafas panjang.
Tak lama pelajaran di mulai, bu Acha memasuki kelas. Bu Acha adalah guru termuda di sekolah, sekitar dua puluh tiga ahun, cantik, belum mempunyai pasangan, dan iya, sama seperti tipikal guru matematika lain. galak. Mungkin itu alasan pertama sebelum guyonannya yang garing yang membuatnya belum memiliki pasangan.
Seperi biasa, dengan mengenakan kacamatanya ber-frame hitam, rambu yang dicepol, rok sedikit diatas lutut, dan blazer hitam dengan kemeja putih di dalamnya bu Acha memasuki kelas, dengan kepala yang sedikit mendongak tentunya. Suara ketukan dari heelsnya yang berbenturan dengan lantai terdengar sangat jelas di saat keadaan kelas sepi seperti ini.
Bu Acha meletakkan beberapa buku yang ia bawa, menyisakan satu buku merah tebah ditangan yang kemudian dibuka. Satu persatu murid mengangkat tangannya berbarengan dengan nama mereka yang dipanggil oleh bu Acha.
"Kamu, nama mu siapa? Tadi di absen sudah saya panggil semua, cuman kamu yang belum angkat tangan." Ucap bu Acha tegas sambil menatap tajam.
"Sa...ya anak baru bu, baru pindah kemarin.."
KAMU SEDANG MEMBACA
( ON BREAK )
FanfictionAku berharap bisa menjadi bunga matahari, ia tak pernah bersedih akan perpisahan.